Mesin Ventilator berbunyi satu nada yang sama dan panjang tanpa terputus, menandakan sang empu yang menggunakan mesin itu telah meninggal. Seluruh orang yang berada diluar ruangan menangis ketika melihat seorang suster menutup tubuh lemah itu dengan selimut putih khas rumah sakit.
Kedatangannya kerumah sakit sebenarnya bukan untuk menjemput ajalnya, tapi untuk melihat kekasihnya yang baru saja diantar ke rumah sakit karena keracunan susu almond. Susu almond yang sudah Dhya packing kedalam kemasan sekali minum.
Dhya..
Wanita itu harus meregang nyawanya di rumah sakit yang sama dengan kekasihnya. Dhya yang pergi terburu-buru ketika mendengar berita dari Dicky dan Alice tidak menghiraukan mantan calon mertuanya yang meminta Dhya untuk pergi bersama. Dhya kalut. Dhya berlari menuju jalan raya depan perumahannya, disaat yang sama, Dhya melihat seorang anak kecil berlari mengejar bolanya kearah anak-anak motor sedang beratraksi.
Dhya berusaha mengacuhkan anak itu, karena dirinya yakin bahwa akan ada yang melihat bocah kecil itu masuk ke lintasan motor.
Tapi nihil..
Tidak satu orangpun yang mampu melihat kehadiran anak kecil itu ke dalam lintasan, orang-orang terpaku akan atraksi anak-anak motor itu. Dhya yang merasa terdesak dengan keadaan memilih untuk menyelamatkan anak itu, meskipun kini hatinya sangat ingin segera menemui Damien.
Dan sesaat setelah Dhya memeluk anak itu dan menggendongnya ke luar lintasan, tepat di belakang Dhya terdengar sebuah ledakan yang sangat keras. Ledakan yang membuat Dhya terpelanting jauh, karena jarak dirinya dengan ledakan itu sangat dekat.
Anak kecil itu tetap dipeluknya erat meski tubuhnya melayang, anak itu menangis dan memeluk Dhya erat, menatap Dhya yang mengeluarkan cairan merah dari matanya.
Begitu tubuhnya menyentuh tanah terlebih dahulu, seketika Dhya kehilangan kesadarannya. Mama Annie dan Mama Dhya yang melihat kejadian itu segera meminta tolong orang sekitar membawa Dhya masuk kedalam mobil untuk dibawa kerumah sakit yang sama dengan Damien.
Tetapi Tuhan membuat skenario yang sangat lucu, Dhya justru tidak sempat melihat kondisi Damien, ia bahkan mendahului Damien pergi menghadap Tuhannya.
Code Blue .. Code Blue.. ICU Bed 3 .. Code Blue ..
Bram yang mendengar panggilan itu segera meninggalkan Richard yang terpaku diruangan Donor darah, Richard masih mencerna setiap kalimat yang baru saja Bram keluarkan. Kenyataan mengenai Jonathan dan Damien membuat Richard kebingungan, mengapa keadaan seperti ini harus menerpa kehidupan keluarga besarnya.
“Bertahan Damien, mas mohon.” Lirih Bram dalam perjalannya menuju ruang ICU. Bed 3 yang mendapat CODE BLUE (Keadaan yang kritis) itu adalah Bed-nya Damien.
Bram yang berlari dengan langkah seribu terhenti didepan IGD, tepat ketika melihat mamanya dan mama Dhya didepan ruang IGD menangis bahkan nyaris berteriak.
Langkah Bram yang semula lebar, kini sangat pelan. Entah mengapa Bram ketakutan melangkahkan kakinya keruangan IGD, Bram merasakan sesak padahal ia belum tahu apa yang membuat kedua Ibunya itu menangis terisak – isak. Disana ada keluarga Dhya juga, tetapi tidak ada Dhya.
“Maa..”
“Mama Dhya..”
“Kenapa kalian disini? Damien di ICU.”
Keluarga itu dan Mama Damienpun memalingkan wajah mereka dari tubuh yang tertutup selimut putih kemerahan itu kearah Bram. Seluruh mata yang menatap Bram terlihat sembab, mata mereka bengkak seperti sudah menangis untuk waktu yang lama, atau menangis dengan sangat pedih sehingga membuat mata mereka membengkak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DLJ Love Story, an inspiration to love again
Romance#24 Newbie 11/05/2018 #14 Newbie 05/06/2018 #10 Newbie 02/01/2019 ini cerita keduaku, masih dengan cerita mainstream ala penulis Wattpad. hanya saja dicerita ini aku tambah unsur komedi (Comedy-Romance), lemesin aja dan mari nikmati setiap alurnya. ...