PPPRRAAAANNNGGGGG !!!!
Toples dalam genggaman Dhya terjatuh ketika pria yang namanya tadi disebutkan oleh Damien mulai berdiri dan membalikkan tubuhnya menghadap Dhya, menatap Dhya dengan rasa sakit. Bibirnya bergerak mengucap maaf, air mata keduanyapun lolos.
"Dam, Mengapa kita terjatuh dalam pesona seorang perawat......"
"Perawat yang sama." Ucap Dicky yang menatap Dhya lekat-lekat.
Damien menatap Dicky dengan tatapan bingung, tak mengerti apa yang baru saja sahabatnya katakan.
"Maksudmu, Dick?"
"Wanitamu ini adalah Wanitaku."
***
Kejadian sore tadi membuat Damien banyak terdiam, entah apa yang ada dalam pikirannya. Ucapan Dicky terus terngiang ditelinganya, Dhyanya adalah wanita yang Dicky campakkan 2 tahun lalu, dan Dicky, sahabatnya, adalah pria yang tadi pagi Dhya ceritakan. Pria yang membuat Dhya terus menitikkan airmata hingga detik ini.
Dhya menghabiskan waktunya seharian didalam kamar, ia meminta ijin pada mama Annie dan Mas Bram. Oiya, sejak keluarga Javier menjadi Mualaf, Dhya diminta mama Annie untuk memanggilnya dengan mama bukan tante lagi.
Sore itu, baik Dhya atau Damien terlihat kusut diruang tamu, keduanya duduk terpisah jauh tanpa mengatakan sepatah katapun. Seseorang yang menyaksikan mereka merasa bahwa ini saat yang tepat untuk memisahkan keduanya.
Damien mulai merasakan sakit dikepalanya, padahal sudah sejak lama ia tidak pernah merasakan sakit yang seperti ini. Terakhir ia merasakan rasa sakit ini dulu, dulu sekali Damien sering kesakitan jika mengingat kepergian papanya, dan kepergian Stella. Tapi kini sakit itu hadir bukan karena kedua hal itu. Otak Damien terlalu banyak berpikir dan menerka masa depan.
"Bagaimana jika Dicky mewujudkan ucapannya?"
"Bagaimana jika Dhya meninggalkan dirinya?"
"Bagaimana jika ternyata keduanya masih saling mencintai?"
"Apakah dirinya harus menikahi Dhya segera?"
"Apakah Dhya akan menerimanya jika Damien melamarnya saat ini?"
"Mengapa Dhya tidak keluar kamar hingga detik ini?"
Dan ratusan pertanyaan lainnya muncul dikepala Damien, rasa takut kehilangan yang kini Damien rasakan justru lebih besar daripada saat ia kehilangan Stella. Entah mengapa, meski dulu tetap pedih, tetap saja Damien mampu menahan airmatanya, tapi kini, Damien lemah. Pandangannya tetap menuju kamar Dhya, pintu kamar yang tertutup lampu yang padam membuat Damien semakin khawatir.
"Kau tidak akan menghancurkanku kan?"
"Kau tidak akan membuatku hancur untuk kedua kalinya bukan?"
Damien kembali berbicara dengan dirinya sendiri, berbicara sambil menatap pintu kayu yang tertutup rapat.
***
Dicky's POV
"Apa aku salah dengar?"
"Dhya? Siapa Dhya yang Damien maksud?"
"Dhya Lavaniya Januardi."
"Apa dia Dhyaku? Dhya yang aku sia-siakan 2 tahun lalu?"
"Skenario macam apa ini Tuhan?"
Mata Dicky terbelalak ketika melihat sesosok wanita yang dulu selalu tersenyum hangat padanya, selalu menantinya pulang kerja sekedar untuk bertanya hal-hal sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DLJ Love Story, an inspiration to love again
Romance#24 Newbie 11/05/2018 #14 Newbie 05/06/2018 #10 Newbie 02/01/2019 ini cerita keduaku, masih dengan cerita mainstream ala penulis Wattpad. hanya saja dicerita ini aku tambah unsur komedi (Comedy-Romance), lemesin aja dan mari nikmati setiap alurnya. ...