Chapter 15

895 76 0
                                    

Hai Readers, maaf yaaaa lama updatenya
gantinya hari ini aku update 2 part...
kemarin itu ada kerjaan di Lombok selama 45 hari, habis itu masuk bulan Ramadhan jadi agak keteter.
Disimak terus yaaa..
Voment dong ^^ biar semangat nih nulisnya..
buat readers setia, terimakasih sudah menunggu love love deh buat kalian...

"Dia itu terlalu tua, apa kamu ingin menghabiskan sisa hidupmu dengan mengurusnya yang sudah mulai penyakitan?"

"Apa kau tidak kasihan pada anakmu? Mereka mungkin seharusnya memanggilnya kakek bukan papa."

"Kau hanya akan menghabiskan sisa hidupmu dengan mendorong kursi roda, menyuapi makan."

"Kau tidak akan mampu menikmati usia mudamu lagi."

"Pria penyakitan."

"Tapi ma,..." Dhya tidak berdaya dengan semua yang mamanya katakan, papanya pun hanya mampu menatap Dhya kasihan.

"Mama menolak mentah-mentah pria itu, mama tidak ingin melihat hidup anak mama hanya untuk mengurus pria tua."

Mama Dhya meninggalkan Dhya yang mulai mengangis terisak, Dhya terduduk sendirian diruang tamu rumahnya. Matanya hanya mampu menatap layar handphone yang berwallpaperkan wajah Damien, wajah ketika pria itu tengah tertidur dengan mulut yang menganga.

PRAANGG !!

Handphone dalam genggaman Dhya direbut oleh sang mama dan dibanting ketembok, lalu mendarat dilantai dengan layar yang sudah retak.

"Damieeennnn."

Keringat Dhya mulai bercucuran, ia tersadar dari tidurnya. Sesampainya dirumah, Dhya langsung terlelap karena rasa lelah menghampiri dirinya. Dhya mengulang mimpi yang baru saja ia alami, airmatanya luruh, dadanya sesak, bibirnya bergetar.

"Damien, akankah sesulit itu?"

"Bila memang sesulit itu, kita akan tetap berjuang bersama bukan?"

***

Dirumahnya Dhya banyak terdiam, Dhya hanya tengah berpikir dan mengulang smeua mimpinya semalam. Akankah semua sesulit itu bahkan jika itu demi kebahagiaan Dhya akankah kedua orangtuanya tidak merestui mereka. Akankah ia menyakiti Damien, akankah ia mampu hidup tanpa pria tua itu setelah Dicky dulu menyakitinya.

"Dhya.." Suara yang sejak malam membuat Dhya khawatir memanggilnya.

"Dhyaaaa.."

Dhya masih tidak menggubris panggilan mamanya, matanya menatap kosong pada piring yang ada dihadapannya. Bahkan serial India kesukaannya yang diputar ditelevisipun tidak ditengoknya. Diwajahnya banyak kekhawatiran, kegundahan. Akankah hatinya dan hati Damien dapat bersatu, atau kini harus pecah lagi setelah mereka berdua telah berhasil mengumpulkan puingnya dan merapihkannya kembali.

"Enin, aunty Dhya lagi pecah hati." Ucap Raka pada neneknya. Raka adalah salah satu keponakan Dhya yang merupakan keponakan tertua. Raka baru memasuki sekolah dasar tahun ini, dan "Pecah Hati" adalah kata yang ia buat sendiri untuk mengisyaratkan bahwa seseorang sedang dalam keadaan patah hati.

"Dhya.. Kenapa nak?" Ucap mamanya mengulang sambil menepuk bahu Dhya.

"Eh.. Eh.. iya ma, kenapa?" Dhya masih belum juga focus.

"Kamu kenapa? Kenapa ngelamun kayak gitu. Ada masalah apa?"

"Enggak kok ma."

"Anty, lagi kangen sama Om Damien ya?" Raka memecah keheningan. Dhya yang mendengarnya hanya mampu membelalakan matanya dan membuka mulutnya tidak percaya. Kemudian menatap Raka dengan tajam, membuat anak itu sedikit ketakutan.

DLJ Love Story, an inspiration to love againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang