Chapter 12

901 63 1
                                    

Ruang tamu kediaman Javier sangat ramai meski hanya diisi oleh 2 orang pria, penghuni rumah yang lain sedang tak ada dirumah. Keluarga Javier memiliki budaya yang sama dengan keluarga Bargantara, keluarganya Arsyad.

Selama rumah mampu menampung seluruh anggota keluarga, maka tinggallah dalam satu atap. Jangan biarkan sisa hidup kedua orangtua kalian menjadi hampa dan kosong, sedangkan mereka selalu memberikan kalian kehangatan ketika kalian kecil.
~Damien Lucas Javier~

Maka dari itu seluruh anak dari keluarga ini tetap tinggal dirumah ini kecuali Alice, Alice harus ikut keluarga suaminya karena ia wanita.

"Bi Pon, mana minumnya?" Ucap Damien setengah berteriak dari ruang tamu rumahnya.

Bi Pon yang mendengar teriakan Damien mulai mengebut kegiatannya membuat minuman untuk tamu Damien. Sahabat Damien yang melarikan diri ke New York gara-gara gagal Move On. Heran memang kenapa seluruh sahabatnya senang melarikan diri. Tidak Dicky, tidak pula Arsyad dan semuanya karena "WANITA".

"Ini minumnya Mas Dicky." Ucap Bi Pon yang menyimpan minuman Dicky tepat dihadapan Dicky.

"Makasih, Bi." Ucap Dicky yang langsung mengambil alih gelas itu dan kemudian menyeruputnya.

"Oiya, Bi.. Panggilin Pocong ya."

"Iya den Damien." Jawab Bi Pon yang kemudia berlalu meninggalkan keduanya.

Uhhuukk. Uhhuukk.. Uhhuukk..

Ucapan Damien membuat Dicky tersedak, Lemon Juice yang ia seruput awalnya manis kini terasa menyakitkan dihidung dan kerongkongannya. Dicky tersedak, beberapa tetes dari Lemon Juice itu sepertinya mengkontaminasi minuman Damien karena keluar lagi dari mulut Dicky.

"Sorry, Sorry Bro. Tapi lu kenapa?"

"Lu melihara pocong? Seriously?" Ucap Dicky yang mulai membersihkan kemejanya yang basah dengan tissue.

"Bukan, panggilan sayang gw buat perawat gw."

"Perawat?" Ucap Dicky yang seperti tak nyaman, seperti mengingatkannya dengan sosok seseorang.

"Bukannya perawat lu cowok?"

"Yup, perawat gw, perawat hati gw, dari dia gw punya semangat hidup dan berani bermimpi lagi." Ucap Damien sambil memainkan kerah bajunya.

"Najis." Jawab Dicky yang jengah melihat pria yang nyaris tua ini berpolah seperti ABG 17 tahun.

Keduanya melanjutkan obrolan khas para lelaki, sesekali Damien membahas sudah sejauh apa Dicky mencoba move-on, dan Dicky selalu menjawab dengan hembusan nafas kasar. Bagi Dicky, sosok wanita masa lalunya itu berbeda dari wanita yang lain, dan Dicky terlambat menyadari semuanya. Dicky melepaskan berlian hanya karena ia terlalu mendengarkan omongan sahabatnya dikantor.

Benar kata orang, kalau penyesalan selalu datang terakhir. Dan itu yang kini Dicky rasakan, rindu merana. Damien yang melihat sahabatnya tengah melamunpun menepuk pundak Dicky dengan halus, menenangkan Dicky seolah untuk melupakan semua yang sudah terjadi dimasa lampau.

"Ketika aku sibuk memikirkan masa lalu seseorang berkata padaku."

"Masa lalu hanya patut kau kubur."

"Apapun yang sudah terjadi, itu sudah terjadi. Bangkitlah dan mulai berjalan. Maafkan segala kesalahan."

"Dan apapun yang akan terjadi dimasa depan, biarkan Tuhan yang menggariskan. Berserahlah atas segala rencana-Nya karena itu pasti yang terbaik untukmu."

DLJ Love Story, an inspiration to love againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang