Rok

321 38 11
                                    

Levi kecil punya rasa penasaran yang tinggi. Apapun yang terpantul di matanya selalu ia pertanyakan. Bahkan sesuatu yang sebenarnya tak penting untuk diketahui.

Seperti perihal rok.

Kuchel mengernyit. "Kamu kenapa tanya begitu?"

"Ya kan aku penasaran dalamnya seperti apa."

"Tak perlu ditanya Levi sudah tahu jawabannya kan? Ini seperti kamu tanya ada apa di balik celana panjangmu."

"Celana dalam."

Kuchel mengangguk. Beliau juga memberitahu bahwa yang membedakan hanyalah kain luarannya. Cowok celana, cewek rok.

Ibu tak mungkin berbohong padanya. Tapi jawaban beliau tidaklah memuaskan. Untuk itu, Levi kecil berusaha membuktikan sendiri.

Ia pernah melihat salah seorang teman membawa rautan berkaca di sekolah. Ingin meminjam, tapi takut mengatakan alasan penyalahgunaannya.

Bermodalkan uang SPP sekolah, ia sukses membeli barang tersebut. Kuchel juga berhasil dibuat marah.

Dengan akses WiFi, Levi kecil mencari tutorialnya. Arahkan kaca rautan bundar di bagian atas ujung sepatu, lalu posisikan ke bawah rok perempuan. Agar tak mudah jatuh, pasang perekat.

Lakukan secara diam-diam, itu intinya. Tapi tetap saja. Seberapa sering Levi kecil mencoba, pasti berakhir dengan jerit, atau bahkan tamparan.

Yah. Dia juga bodo amat sih.

"Iiihh! Levi mesuum!" pekik Sasha.

"Huwaaa! Bu Guruuu!" Christa menangis mengadu.

"Kyaaa! Apaan sih, Levi ngintip-ngintip gajelas!" Petra mengomel sambil menampar.

Mikasa langsung jotos.

"Ah! Levi! Jangan ngintip-ngintip dong!" Muka merah, Eren menekuk kedua lututnya.

Eh, tunggu? Dari pantulan kaca, Levi kecil melihat ada sesuatu di balik celana dalam anak tersebut.

"Ibu senang mendandaniku jadi cewek. Makanya, kau tahu kan, dulu pas SD aku pakai rok?" Eren menyesap es dawetnya. Ia mengerling kesal. "Dan aku jadi korban intipmu juga waktu itu."

Levi yang duduk di seberangnya membuang muka. "Rasanya jijik kalau diingat lagi."

"Lagian hobi ngintip-ngintip."

"Kan penasaran. Makanya jangan alim-alim jadi anak. Nggak pernah kan, mengalami apa yang kualami."

"Tapi aku tidak akan mengintip rok laki-laki," Eren mendengus bangga.

"Iya. Gara-gara itu aku langsung tobat nggak ngintip lagi."

Mereka lanjut mengurusi laporan kerja masing-masing. Masih terbayang-bayang, pempek kapal selam mengaduk bersama es kopyor dalam perut. Levi mendadak mual.

"Tapi, Eren," Levi berhenti mengetik sejenak. "Kenapa cewek kalau pakai rok nggak kedinginan? Padahal bawahnya kan bolong lebar gitu."

Sampai umurnya mencapai nyaris tiga puluh tahun, Levi tetap menyimpan rasa penasaran yang tinggi.

-end-

.

.

Kali-kali bikin yang gaada sad end-nya dan unfaedah eheheh~

Drabble ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang