Abu

178 20 0
                                    

Istilah barat TGIF sama sekali tidak berlaku untuk Eren Jaeger. 

Dua jam lalu ia telah bertengkar dengan petinggi perusahaannya sendiri. Entah siapa yang memulai dan apa yang menyebabkan, Eren lupa. Baru tersadar begitu sang pimpinan mencetuskan keputusan mutlak, yaitu hengkang dari kantor saat itu juga sampai seterusnya. 

Sampai sekarang tetapan itu masih terngiang di telinga. Mengingatnya lagi tambah menyakitkan dan membuat pria tiga puluhan tersebut seolah terpuruk dalam jurang. Ia sudah bekerja di sana sejak lima tahun lalu dan mampu beradaptasi dengan baik, meski tahapannya lambat. 

Di zaman sekarang, tak mudah untuk mendapat pekerjaan. Sedangkan ia harus memperoleh pendapatan segera. Fakta itu membuat Eren semakin frustasi. 

"Permisi! Dua botol besar minuman dan semangkuk mi datang!" 

Eren melirik, menegakkan punggung kembali, mengangguk. Gadis delapan tahun itu meletakkan pesanan Eren ke atas meja. Namun setelah si pria brunet mengucap terima kasih, pelayan cilik tersebut tak kunjung beranjak. 

"Kakak ada masalah apa kali ini? Boleh cerita padaku?" Ia bertanya, tersenyum hangat. 

Kali ini. Menunjukkan bahwa sudah beberapa kali Eren menceritakan apapun setiap berkunjung ke bar. Kadang gadis cilik itu yang meminta, kadang Eren juga yang berinisiatif. 

Atas tawaran itu, dengan air mata mengalir dan menyedot ingus sambil menikmati pesanan, Eren bercerita.

.

Titik-titik air berderai dari gumpalan kapas tebal di langit. Cukup deras dan mampu menyebarkan hawa dingin dalam sekejap. Orang-orang yang berjalan santai di tengah kota luntang-lantung mencari tempat berlindung. 

Eren mendesah kecewa begitu keluar dari minimarket. Rencananya untuk menghibur diri dengan minuman dan makanan cepat saji sesegera mungkin pupus sudah. 

"Oh, Kakak?"

Sedikit cempreng namun lembut. Karakteristik suara yang familiar dikenal Eren. Ia menoleh. Bocah itu berdiri di sebelah jendela etalase minimarket sambil memeluk diri sendiri. 

Eren lekas mendatangi si gadis pelayan dan menyampirkan jaket di tubuh mungil itu. 

"Enggak usah. Nanti Kakak sakit gimana," tolaknya. 

"Aku tak apa-apa. Sudah biasa sakit."

Iya. Sejak aku dipecat

Mereka saling diam, sama-sama memandang langit abu yang menaungi. Semakin larut, kesadaran semakin melayang tak tentu arah. Sampai tak sadar bila gadis cilik itu jatuh terpejam. 

Begitu terdengar suara keras, Eren menoleh. Tubuh menggigil diangkatnya. Berkali-kali Eren memanggil tanpa nama. Sesekali menampar untuk membangunkan. 

Kesengsaraan bagi Eren. Meski sering bertemu dan berbincang, pria itu masih tak tahu nama dan alamat si bocah perempuan. 

Tapi Tuhan memberi petunjuk. Sesuatu yang tergenggam di balik kepalan tangan mini mendarat searah gravitasi. Eren mengambil alih. Ia berupa kartu berlaminating, berisi informasi yang cukup berguna ketika tersesat. 

Nama: Carla Jaeger

Alamat: Panti Asuhan Maria, Jln. Shigansina No. 41

Eren agak curiga mengetahui nama itu. Marga mereka memang sama, tapi ia tak ingat ada hubungan darah dengan anak tersebut. 

Ah sudahlah. Untuk sekarang, Eren menampung pelayan cilik itu dulu di rumahnya. 

-end-

Drabble ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang