Drabble ✓

Cari Mati

Konon kematian berada sangat dekat dengan nadi.

Mikasa Ackerman.

Rambut hitam sepundak membingkai indah wajah oriental khas Asia. Jarang emosinya tergambar di sana, memunculkan kesan dingin bagi orang lain. Sebagian dari mereka menyayangkan rupa indahnya, membentuk bayang-bayang sendiri kala perempuan tersebut tersenyum.

Tapi, pelit ekspresi yang sudah menjadi kebiasaan sejak dulu bukan tanpa alasan. Mari kita bahas di lain kesempatan.

Ah. Ia mengaku dulu tidak masalah bila ditanya mengenai umur. Namun peraturan itu kini kadaluarsa. Tak sopan bila bertanya usia pada wanita pun berlaku pada diri Mikasa.

Berprofesi sebagai penulis novelis dewasa. Isi lebih berbobot, bukan hanya bertema esek-esek tanpa plot yang teratur. Cukup laris di pasaran dengan gaya penceritaan dan diksi yang sedikit berbeda.

Sayang ia tak suka berinteraksi dengan orang lain. Editor, Armin Arlert, adalah pengecualian. Kehidupannya lebih didominasi dalam kamar di sebuah rumah sederhana.

Hal ini juga ia jalani dengan alasan tertentu.

Mikasa menghafal urutan nama dan foto orang-orang dalam jurnalnya. Di daftar teratas jika disusun berdasar rentang waktu yang tersisa, ada nama Eren Jaeger.

Dan mereka berdua menjalin relasi—dalam artian asmara. Padahal Mikasa tahu, hal itu dilarang keras untuknya.

Pertemuan pertama mereka membekas dalam ingatan. Bukan berarti spesial dan penuh debaran seperti dalam drama. Pemuda Jaeger ditemukannya berdiri di tengah rel, sedangkan kereta melaju dengan kecepatan tinggi di hadapannya.

Mikasa tak habis pikir. Rentang sisa hidup Eren Jaeger masih lama, walau berada di daftar teratas.

Tapi kenapa ia begitu ingin mengakhiri hidupnya?

"Kujaga kau. Biar tanganku sendiri yang akan mengambil nyawamu."

-end-

.

.

Yhaaa... jadi sebenernya cerita ini termasuk teaser(?) untuk projek saya berikutnya selain RivaEre. Entah berupa fanbook atau sekedar di Wattpad, ku juga tak tahu.
Itu pun kalo jadi eheh.
Kalo ga, ya gajadi :")