Hibrida

137 16 6
                                    

Mikasa mengerjap. Sinar matahari dari arah jendela menerobos masuk tanpa permisi. Memantulkan cahaya mengenai satu titik pada pipinya. Menyuntik rasa hangat yang semakin lama makin berlebih.

Perempuan itu menegakkan punggung kembali. Bau menyengat dari cecair pekat dan kental memenuhi ruangan sejak tadi, menggelitik bulu hidung hingga mendapat informasi dari data yang dikenali.

Alkohol.

Mikasa mengedarkan pandangan. Tentu tak heran bila botol-botol kosong tanpa tutup banyak bergelimang di beberapa sudut ruang. Mereka menguarkan macam-macam aroma. Wangi fermentasi anggur bercampur dengan larutan malt, distilasi pati, dan semacamnya.

Hanya ia sendiri yang ditemani oleh mereka. Ingatan Mikasa tentang semalam memang sudah pudar, menjadi seonggok abu yang terhempas oleh sinar mentari pagi. Namun melihat dari situasi saat ini, ia mulai paham.

Saraf otak seakan berkelit dalam kepala. Menghasilkan rasa pusing luar biasa yang memutar-balikkan dunia secara imaji. Usus dan rekan-rekannya terasa penuh hingga Mikasa harus repot-repot ke kamar mandi dan muntah di tengah jalan.

Seperempat gelas air putih masih tersisa. Semua ditegak habis olehnya di atas kursi.

Dalam visual yang penuh gelombang, Mikasa terkulai lemas. Setidaknya ia berhasil. Semua memori dibuangnya mentah-mentah lewat muntahan dan tegukan-tegukan dalam semalam.

Degup jantung Mikasa meliar. Kekental berbau menyengat bisa jadi faktor pemicu. Lima pak sudah ia habiskan sebagai penenang. Maka dari satu pak lagi, ia mengambil tiga pil. Meminumnya dengan mengandalkan air liur.

Iris obsidian berpenglihatan macam geliat cacing, Mikasa menatap kosong kursi di depannya. Mendadak sesenggukan.

"Eren...," ia membisik serak.

Tiga tangkai bunga red spider lily berdiri menghadapnya. Namun mereka menjelma perlahan menjadi sesosok pria bersurai cokelat. Menatapnya kalem.

Salahkan larutan berkandungan etanol itu. Salahkan lima pak penenang. Sekarang daya khayali Mikasa Ackerman meningkat drastis.

-end-

.

.

.

Senang melihat otp seiyuu ku kembali lagi di S3 heuheu:")

Oh iya, sekadar fakta. Di sini bunga red spider lily melambangkan kematian. Bunga ini pernah muncul di anime Tokyo Ghoul S1.

Drabble ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang