Konstan

243 27 10
                                    

Oranye menghias seisi angkasa. Asap-asap membumbung, bergabung dan memecah di antara langit-langit. Debu beterbangan ke sana-ke mari. Semua sumbernya berasal dari puing-puing bangunan yang hancur akibat pertengkaran dua titan. 

Annie Leonhart. Terpejam dalam kurungan es buatannya sendiri. Hampir mengajak Eren Jaeger—dalam bentuk titan—menyatu bersama. 

Satu hal yang membuat Bertholdt menahan nafas untuk sepersekian detik. Pendengaran maupun otak tak mau sinkron. Telinga masih berfungsi sangat baik. Namun otak tak mau menerima fakta yang terucap. 

Ia tahu, Armin mengatakan hal itu hanya untuk memancingnya. Di luar tangkupan tangan besi Reiner, mereka meminta agar Eren segera diserahkan. Namun, bagaimana? Ini perintah atasan. Bertholdt mengaku terpicu mendengarnya. Sangat. Tapi tak ada waktu untuk menangis. Eren harus dibawa hidup-hidup kepada sang pemimpin. 

Waktu berlalu cepat. Kesempatan untuk konfesi cinta tak lagi datang. Armin telah melahapnya, menyerap semua kekuatan yang ia miliki. 

Bertholdt Hoover. Telah membuang banyak kesempatan untuk meraih hati sang gadis tersayang. 

.

.

Tengah hari. Di apartemen sederhana, kediaman Fubar berdentang belnya. Seharusnya ini minggu cutinya. Siapapun yang datang tak akan diundang masuk. Sama seperti teman-teman atau pun sales yang belum ada dua jam lalu berkunjung. 

Tapi kali ini berbeda. Ada suara anak kecil menyeru dari luar berkali-kali sambil memencet bel. Tentu pria jangkung itu akan sangat terganggu bila terus berlangsung tanpa henti. Ia pun memutuskan membuka pintu. 

Muncul kepala mungil dengan tinggi selutut pria tersebut. Surai pirang diikat ke belakang, menyisakan helai-helai poni yang menutupi sebagian sisi matanya. Bola mata biru cerah menatap kristal kehitaman di atasnya. Hidung bergaris tajam mengendus-endus wangi kemalasan dari si lelaki Fubar.

"Kakak!"

Telunjuk mengacung. Jelas si pria jangkung bingung. Anak siapa yang lancang main tunjuk-tunjuk? Untungnya, memori segera memutar kalimat sang ibu di telepon tempo hari. 

"Nanti, jangan kaget kalau tiba-tiba ada anak kecil berambut pirang datang ke rumahmu. Dia adikmu yang sempat mendapat hak asuh dari si lelaki brengsek."

Lelaki brengsek. Sebutan untuk mantan ayah. Tak lagi bermarga Fubar setelah bercerai. 

"Ohh. Annie... Leondhart, ya?"

"Iya. Mulai hari ini, aku akan tinggal di sini. Mohon bantuannya." Ia berucap seraya membungkuk hormat. 

Ingatan mereka akan masa lalu masih belum kembali. Fakta bahwa perasaan khusus yang tersimpan sejak dulu perlahan-lahan terungkap, bersama dengan rasa bersalah. 

-end-

Drabble ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang