"Kau dengar itu?" Tanyaku pada Kihyun yang berdiri di sampingku.
"Apa? Mendengar apa?"
"Suara itu!" Ucapku lagi.
Kihyun mengerutkan keningnya. "Suara apa Lim Changkyun?"
Kami baru saja mencapai puncak gunung. Dan suara itu. Suara yang aku dengar. Benar benar tertangkap di pendengaranku ketika aku baru saja mau duduk.
Aku memicingkan mataku ke arah Kihyun. Kemudian aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling kami.
"Suara mendayu dayu ini, suaranya mistis khas alat musik jawa yang waktu itu pernah ditunjukkan ketika pekan kesenian di kampus kita."
"Maksudmu... suara gamelan?"
Aku menganggukan kepalaku.
"Dari arah mana?" Tanya Kihyun.
Aku menolehkan kepalaku ke arah jam 1. Kemudian beranjak melangkah ke arah yang kumaksud. Dan Kihyun mengikutiku dari belakang.
"Lihat kan? Tidak ada apa apa di sini?" Ucap Kihyun sembari menepuk pundakku.
"Ta-"
"Aku juga mendengarnya!"
Kami berdua menolehkan kepala kami ke arah belakang. Ada Wonho di sana. Wonho tersenyum kecil dan berjalan ke arah kami berdua. Kemudian menatap Kihyun dan aku secara bergantian, dengan kerutan di keningnya.
"Aku juga mendengar suara itu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
