Seoul, Korea Selatan
RARA POV
"Eomma, aku berangkat!"-Rara
"Ne, jaljinae!"-Eomma
Aku pun keluar rumah dan segera menghampiri seseorang yang sudah menungguku dari tadi.
"Oppa, aku sudah siap!"-Rara
"Geurae, kajja!"-Jungkook
Ya, aku memang sangat dekat dengan oppaku. Tiada sehari pun yang akan kulewatkan tanpa bersamanya. Aku sangat menyayanginya karena dialah satu-satunya namja yang aku punya semenjak appa meninggal. Ia juga sangat menyayangiku. Ia selalu menemaniku kemana pun, menjagaku, & mentraktirku makanan.
.
.
.
.
"Rara-ssi!" Aku yang mendengar teriakan sang malaikat pun mendekat.
"Tumben sekali kau datang sepagi ini. Biasanya kau datang tepat saat bel berbunyi." Kataku mencibir.
"Yak! Tidak masalah bukan jika aku datang pagi?" Yoona memutar bola matanya malas.
Namanya Im Yoona, sahabat sekaligus teman sebangkuku.
"Tentu saja tidak. Aku cuma sedikit heran. Ah ne, kajja ke kantin. Aku sudah sangat lapar!" Ucapku sambil menarik tangannya.
"Kajja!"-Yoona
.
.
.
.
Kriinnngg.. Kriinnngg..
Semua siswa kompak bersorak girang dalam hatinya. Park ssaem segera mengemasi alat mengajarnya dan melangkah keluar dari kelas.
"Rara-ya, aku pulang duluan. Minho sudah menungguku." Kata Yoona sambil mengemasi alat tulisnya.
"Geurae!" Tanpa menunggu jawaban darinya aku langsung berlari menjauh.
Pertanyaannya, Minho itu siapa?
Minho adalah saudara sepupu Yoona dan bisa dibilang temanku yang satu sekolah, tapi tidak sekelas denganku dan Yoona. Setiap hari Yoona selalu berangkat dan pulang sekolah bersamanya karena rumah mereka searah.
.
.
.
.
Sudah satu jam lebih aku mondar-mandir menunggu seseorang di gerbang sekolah, tapi orang yang kutunggu-tunggu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Yak, neo micheosseo?" Seseorang mengagetkanku.
"Eoh? Oppa, kau mengagetkanku." Seketika bibirku maju tiga cm.
"Hehehh, mianhaeyo." Ucap Jungkook oppa sambil membelaiku dengan lembut.
"Oppa, mengapa kau meminta maaf hanya sekali? Kesalahanmu itu ada dua, oppa." Kataku seketika membuat keningnya mengerut. Sikap awkwardnya muncul.
"Eoh, ayolah oppa, kau tau ini sudah jam berapa? Apa kau ingin menelantarkanku secara halus?" Ucapku sedikit kasar. Entah mengapa tiba-tiba aku merasa marah padanya.
"Geurae..geurae.. Dongsaeng oppa yang cantik, mianhae karena oppa telah membuatmu menunggu lama." Kata Jungkook oppa sambil mencubit pelan kedua pipiku.
"Akh, appo oppa!" Aku meringis, tapi aku juga senang karena dipuji-puji.
"Kau ini kenapa manja sekali, eoh? Ya sudah. Kajja, kita pulang." Ucapnya sambil menuntunku menaiki motor ninja merahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Shackles Of Destiny ~ Story Of BTS [End]
FanfictionTerkadang takdir itu tidak sejalan dengan pikiran. Maka dari itu, pikiran harus sejalan dengan takdir agar hidup menjadi lebih bermakna. Start : April 2018 Finish : December 2018 HIGHEST RANK : #34 dalam #rapmonster 181001 #95 dalam #sadending 19041...