Chapter 17

148 17 6
                                    

"Rara-ya! Jangan tinggalkan oppa! Jebal, bangunlah hiks!"...

Itu suara Taehyung oppa.

"Rara-ya! Kenapa kau meninggalkan kami begitu cepat, eoh?"...

Kali ini suara Seokjin oppa.

"Rara-ya, mianhaeyo! Jeongmal mianhae hiks.."...

Apa ini suara Jungkook oppa?

"Aku memang oppa yang jahat hiks.. hiks!"...

Kali ini aku yakin bahwa suara itu benar-benar suara Jungkook oppa.

"Sudahlah Jungkook, kau tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri. Ini sudah takdir!"...

Eomma?

"Benar Jungkook, sekarang saatnya kita pulang. Kajja!"...

Kim imo?

"Aniyo! Aku ti..dak bi..sa me..relakan ke..per..giannya hiks.. ken..napa takdir begitu kejam padanya, eoh?"...

Siapa yang pergi?

"Tenanglah, sayang! Semua orang pasti akan menyusulnya, begitu juga dengan kita. Kita pasti akan bertemu dengannya lagi, tapi tidak sekarang. Bersabarlah!"...

Menyusul kemana? Sebenarnya ada apa dengan mereka?

"Eomma, semua salahku hiks.. Rara meninggal gara-gara aku hiks.."...

Apa?! A..aku me..meninggal?

"Bukan, sayang! Semuanya bukan salahmu. Ini sudah takdir Rara, jadi relakan saja, ne!?"...

Hiks..hiks..hiks..

"Kajja kita pulang!"...

Eomma, oppa, imo, jangan tinggalkan aku!

Aku takut sendirian disini, disini sangat gelap!

Eommaa.. oppaa.. imoo..
Eommaaa.. oppaaa.. imooo..

"EOMMAA! OPPAA! IMOO!"...

Hosh.. Hosh.. Hosh..

Aku tersentak dari kasur dengan peluh yang membanjiri sekujur tubuhku. Mimpi buruk yang kualami sungguh mengerikan. Aku melihat diriku tengah terbaring di dalam peti yang dikelilingi oleh orang-orang yang kukasihi sambil menangis. Mereka mengeluarkan suara-suara pilu dan menyerukan namaku beberapa kali di sela-sela isak tangisnya. Sungguh, baru pertama kali aku memimpikan hal seperti ini. Memimpikan diriku sendiri sudah meninggal.

"Apa ini adalah sebuah pertanda bahwa aku akan meninggal dalam waktu dekat?" Batinku sambil mengatur deru napasku yang masih tersengal-sengal.

"Ah, aku tidak boleh pesimis! Aku sudah berjanji pada Taehyung oppa bahwa aku akan berusaha untuk sembuh. Lagi pula mimpi itu hanya bunga tidur." Batinku lagi menenangkan diri.

Aku bangkit dari tempat tidur sambil menyibakkan selimut yang menutupi sebagian tubuhku. Tiba-tiba..

Prakk..

Sebuah bingkai foto keluarga di atas bufet samping tempat tidur mendarat dengan keras ke lantai karena tidak sengaja terkena sibakan selimut. Bingkai itu tidak pecah, hanya retak dan retaknya tepat pada foto seorang anak kecil yang sedang tersenyum lebar sambil memegang permen lolipop besar. Anak kecil itu adalah aku.

"Astaga! Aku merusak bingkai fotonya." Ucapku segera mengambil bingkai itu lalu mengamatinya dengan seksama.

"Retakan kacanya tepat di fotoku. Pertanda apa lagi ini?" Monologku. Jantungku kembali berdegup dengan kencang.

[1]Shackles Of Destiny ~ Story Of BTS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang