Pemakaman Rara dilaksanakan di Busan, tepatnya di samping makam appanya, Jeon Jeongguk.
Pemakaman dilakukan dengan iringan air mata saat peti mati dimasukkan ke dalam liang lahat, bahkan Nyonya Jeon sampai beberapa kali membuka peti mati demi memastikan kalau anaknya benar-benar sudah beristirahat dengan tenang.
Nyonya Jeon sempat ambruk, namun dia masih sadarkan diri. Ia hanya masih belum bisa ikhlas menerima kematian anaknya yang begitu tiba-tiba. Rasanya belum hilang duka akibat meninggalnya sang suami kurang lebih lima bulan yang lalu dan sekarang anaknya pun ikut diambil sang maha kuasa.
Banyak diantara para pelayat yang sudah meninggalkan area pemakaman karena langit sudah menampakkan semburat senja yang sebentar lagi akan berubah menjadi kelam. Namun, Nyonya Jeon ditemani saudaranya, Nyonya Kim masih tidak berniat untuk beranjak dari sana.
"Eunha-ya! Kajja kita pulang. Langit sudah menghitam, sebentar lagi malam." Ucap Nyonya Kim membujuk dongsaengnya agar pulang.
"Aniya! Siapa yang akan menemani anakku jika aku pulang? Ia akan kesepian di dalam kegelapan." Kata Nyonya Jeon sambil meratapi makam Rara.
"Eunha-ya! Lihat aku!" Ucap Nyonya Kim sambil menarik bahu dongsaengnya agar menghadap ke arahnya.
"Kau masih punya satu orang yang sangat membutuhkanmu. Kau masih punya satu orang yang sangat mengharapkan kasih sayangmu. Kau masih punya satu harta berharga yang selama ini kau sia-siakan. Dia adalah Jungkook! Aku tidak tau alasan apa yang membuatmu begitu membencinya, tapi seharusnya kau sadar, dia juga anakmu. Dia manusia yang lahir dari rahimmu sama seperti Rara. Kau mengandungnya, menyusuinya, dan membesarkannya, lalu kenapa sekarang kau menyiksanya dengan sikapmu yang seperti ini? Dia bahkan tidak tau dimana letak kesalahannya!"...
"Eonni!"...
"Jangan potong ucapanku! Eunha-ya, aku meminta dengan sangat padamu.. sayangilah Jungkook layaknya kau menyayangi Rara. Jungkook dan Rara itu sama, mereka sama-sama darah dagingmu. Apakah kau ingat? Eomma tidak pernah membeda-bedakan kita. Eomma membagi rasa kasih dan sayangnya dengan adil. Apa yang kita dapat? Kita hidup bahagia tanpa kebencian."...
"Mianhae.."...
"Aku belum selesai! Ingatlah satu hal! Jangan sampai kau terlambat dan menyesal. Cukup! Sudah cukup penyesalanmu kali ini. Sekarang, mulailah hidup yang baru dengan Jungkook!"...
Begitulah kiranya nasihat panjang lebar yang diberikan Boo Eunbi kepada Boo Eunha. Sejak dulu, Boo Eunbi tidak pernah mengenal kata bosan untuk menasihati Boo Eunha, meskipun nasihatnya selalu ditolak mentah-mentah dibarengi dengan umpatan kasar yang seharusnya tidak ditunjukan seorang dongsaeng kepada eonninya.
Sekarang, Boo Eunha telah sadar atas kesalahannya selama ini. Ia telah dibutakan oleh keegoisan yang tidak beralasan sehingga mata hatinya tertutup dan tidak bisa melihat Jungkook sebagai anaknya.
"Mianhae, eonni! Sekarang aku sadar bahwa aku salah. Aku tidak seharusnya membenci Jungkook. Aku menyesal! Aku akan memperbaiki semuanya sebelum terlambat." Kata Nyonya Jeon sambil tersenyum tulus.
Kedua Boo bersaudara pun berakhir dalam satu pelukan hangat. Pelukan persaudaraan!
.
.
.
.
"Eunghh.."...
Suara lenguhan seseorang tidak cukup membuat seorang lainnya terganggu dalam tidurnya.
"Hy..hyung.." Panggil seseorang itu sambil mengusap surai kecoklatan seorang lainnya yang sedang tidur dengan kedua tangan dilipat dan dijadikan bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Shackles Of Destiny ~ Story Of BTS [End]
FanfictionTerkadang takdir itu tidak sejalan dengan pikiran. Maka dari itu, pikiran harus sejalan dengan takdir agar hidup menjadi lebih bermakna. Start : April 2018 Finish : December 2018 HIGHEST RANK : #34 dalam #rapmonster 181001 #95 dalam #sadending 19041...