Aku mengerjapkan mataku berkali-kali sampai penglihatanku benar-benar jernih. Aku mencium bau alkohol dan obat-obatan yang sangat menusuk. Aku pikir aku pasti ada di ruang kesehatan sekolah, tapi kenapa cat ruangannya lain? Kenapa tempat tidurnya sangat empuk? Dan.. Hahh? Kenapa Jungkook oppa ada disini?
"O..oppa?" Aku memastikan bahwa itu benar-benar Jungkook oppa dan bukan halusinasiku.
"Sudah sadar? Kalau begitu aku akan pulang." Ucap Jungkook oppa dingin. Apa dia tidak khawatir dengan keadaanku yang seperti ini? Bahkan dia tidak menanyakan kondisiku sama sekali.
"Oppa, jangan pulang dulu! Aku takut sendirian. Sebenarnya aku dimana oppa? Kenapa kau bisa ada disini?" Balasku dengan bibir yang bergetar. Air mata sudah tergenang di pelupuk mataku, tapi aku menahannya untuk tidak keluar.
"Kau di rumah sakit. Yoona akan menemanimu nanti." Kata Jungkook oppa. Padahal aku sudah berusaha memanjangkan pertanyaanku agar dia menjawab dengan panjang juga, tapi sepertinya cara itu tidak mempan.
"Op.." Bahkan aku belum menyelesaikan satu kata dari mulutku, tapi dia sudah beranjak keluar.
Aku menutup mataku dan berusaha menahan semuanya, tapi tidak bisa. Semuanya keluar begitu saja. Air mata yang tadinya tergenang kini sukses mengalir setelah menghancurkan bendungan kokohnya. Bibir yang tadinya kaku kini bergetar hebat. Suara yang tadinya tidak kuasa untuk keluar kini mengeluarkan nada dan desahan yang memilukan. Ya, aku menangis.
JUNGKOOK POV
Aku keluar dari ruangannya setelah menjawab satu pertanyaan darinya. Aku lekas menutup pintu dan berjalan ke arah taman rumah sakit. Jujur, aku dilema. Di satu sisi aku sangat kasihan dan tidak tega melihatnya seperti itu. Aku tersiksa melihatnya terbaring lemah. Aku ingin sekali memeluk dan menghiburnya, tapi di sisi lain aku masih sangat kesal dan marah padanya. Oh, sungguh aku tidak tau apa yang harus aku lakukan. Aku memang oppa yang jahat dan aku tau itu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena egoku menguasai semuanya. Aku benar-benar menyesal datang kesini. Ini semua gara-gara Yoona. Seandainya aku tau aku akan menjadi namja yang cengeng seperti ini, aku tidak akan datang kesini hanya untuk mengetahui keadaanya. Ya, aku menangis.
FLASHBACK ON
"Yeobseyo, Jungkook sunbae.." Nada suara yang sepertinya sangat cemas.
"Nugu?" Tanyaku.
"Aku Yoona, sunbae. Aku hanya ingin memberi tau bahwa tadi Rara pingsan di kantin sekolah dan sekarang dia sedang berada di rumah sakit karena ruang kesehatan terkunci." Jawab Yoona panjang lebar.
"Lalu?" Tanyaku berlagak seperti orang bodoh padahal sebenarnya aku tau apa yang harus aku lakukan sekarang.
"Sun..sunbae? Apa ini benar-benar Jungkook sunbae?" Tanya Yoona terkejut mendengar tanggapanku.
"Ani!" Jawabku lalu menutup telepon secara sepihak.
Tutt.. Tutt.. Tutt..
Aku menutup teleponnya karena tidak sanggup menahan keterkejutanku. Mwo?! Rara pingsan? Ya tuhan, aku benar-benar mencemaskannya, tapi kenapa tubuh ini tidak ingin beranjak sama sekali? Bagaimana ini? Hatiku ingin kesana, tapi jiwaku ingin tetap disini. Ah, aku bingung.
AUTHOR POV
Yoona mematung. Ia tidak habis pikir dengan Jungkook. Orang yang sangat disanyangi oleh sahabatnya itu tega-teganya berkata seperti itu. Yoona serba salah. Ia sangat ingin meminta penjelasan kenapa Rara bisa terlambat ke sekolah? Kenapa Rara bisa tiba-tiba sakit? Dan kenapa Jungkook bersikap dingin? Tapi dimana dia bisa mendapatkan jawaban atas semua pertanyaannya itu? Sedangkan sahabatnya belum juga sadar. Dalam kegelisahannya, dia memutuskan untuk menghubungi Jungkook kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]Shackles Of Destiny ~ Story Of BTS [End]
FanfictionTerkadang takdir itu tidak sejalan dengan pikiran. Maka dari itu, pikiran harus sejalan dengan takdir agar hidup menjadi lebih bermakna. Start : April 2018 Finish : December 2018 HIGHEST RANK : #34 dalam #rapmonster 181001 #95 dalam #sadending 19041...