Chapter 22

222 16 0
                                    

Suara roda brankar yang berputar cepat serta derap langkah yang terburu-buru menggema di koridor rumah sakit. Jungkook dibantu para perawat bergegas membawa seseorang menuju ruang ICU, dia adalah Rara.

Jungkook masih sesenggukan tanpa air mata. Air matanya telah mengering meninggalkan bekas aliran di pipinya.

Jungkook terus berlari mendorong brankar dongsaengnya meskipun lelah menguasai tubuhnya saat ini. Langkahnya yang terseok-seok menandakan kedua kakinya dipaksakan untuk bertumpu. Dalam hati dia tidak henti memanjatkan doa, semoga dongsaengnya baik-baik saja.

"Mianhamnida! Anda tidak boleh masuk, silahkan tunggu di luar!" Ucap salah seorang perawat sebelum menutup pintu ruang ICU.

Tinggallah Jungkook sendiri dengan kegelisahaan yang membuncah dan perasaan yang kacau. Entah kenapa, dia mulai menyalahkan dirinya sendiri.

Seandainya dia menolak permintaan Rara untuk pergi ke taman bermain.

Seandainya dia tidak terbuai dengan pemandangan yang tidak ada apa-apanya dibandingkan Rara.

Seandainya dia lebih peka dan lebih berani untuk menatap Rara yang sudah sangat lemah saat itu.

Seandainya, seandainya, dan seandainya. Hanya kata seandainya yang ada di benak Jungkook.

Baru lima menit waktu berlalu, namun Jungkook sudah merasa seperti menunggu selama sebulan. Ia sangat tidak tenang, duduk, berdiri, mondar-mandir, lalu duduk lagi, begitu seterusnya, bahkan rasa lelah yang menguasai tubuhnya tidak dia hiraukan.

Jungkook pikir dia tidak bisa tinggal diam, dia harus melakukan sesuatu.

Seokjin! Ya, dia harus memberi tau Seokjin. Bagaimana pun juga keluarganya harus tau. Tidak peduli dengan apa yang akan mereka katakan nanti.

Jungkook mengambil handphone di balik saku celananya. Ia mencoba untuk tenang, meskipun tangannya bergetar tidak karuan.

Tutt.. Tutt.. Tutt..

Panggilan tersambung!

"Yeoboseyo, Kookie-ya! Wae?" Tanya Seokjin dari seberang sana.

"Hy..hyung..hh.." Jungkook berusaha mengatur napasnya.

"Yak! Jangan bilang kau menghabiskan bensin mobilku dan tidak membawa uang untuk mengisinya!" Kata Seokjin bermaksud untuk bercanda.

"A..aniyaa!" Balas Jungkook susah payah.

"Lalu apa? Aah, aku tau! Pasti kau tidak tau dimana tempat penjual tteokbokki kan? Geurae, dari taman bermain pergilah ke arah selatan, sampai di persimpangan belok kiri lalu.."...

"Diam, hyung! Bisakah kau dengarkan aku dulu?" Ucap Jungkook tidak sengaja membentak Seokjin.

"..."...

Hening! Antara Jungkook dan Seokjin tidak ada yang memulai percakapan lagi. Saat ini Jungkook masih berusaha mengatur perasaannya. Seokjin sendiri sedang dalam mode terkejutnya. Kenapa Jungkook tiba-tiba membentaknya? Selama ini dia memang selalu bercanda seperti itu kan?

"Hyung!" Panggil Jungkook pelan.

"Mm?" Balas Seokjin singkat. Ia tidak marah, hanya masih terkejut.

"Mianhae.. Hiks.."...

Isakan itu timbul lagi. Mata Jungkook memproduksi air mata lagi. Membuat Seokjin yang ada di seberang sana gelagapan.

"Kookie, kau tidak perlu minta maaf! Hyung tidak marah jadi berhentilah menangis!" Kata Seokjin menghibur.

"Hyung, datanglah ke rumah sakit yang sama dengan tempat Rara di rawat kemarin!" Ucap Jungkook sambil menghapus air matanya dengan kasar.

[1]Shackles Of Destiny ~ Story Of BTS [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang