Aline berjalan cepat sambil menghapus air matanya. Ia tak menghiraukan sapaan dari semua karyawan. Aline segera memerintah Mr. Lee untuk meninggalkan perusahaan itu.
Aline meminta Mr. Lee untuk berhenti disebuah taman yang cukup ramai. Ia duduk disalah satu kursi taman meluapkan tangisnya disana. Pundak Aline disentuh oleh seseorang lalu Aline menoleh pada orang itu yang seumuran dengannya.
‘’Bolehkah aku duduk disini?’’. Tunjuk orang itu pada bangku kosong berada disebelah Aline.
Aline menghapus air matanya lalu tersenyum mempersilahkannya untuk duduk disampingnya.
‘’Perkenalkan namaku Flora’’. Flora mengulurkan tangannya pada Aline dan Aline menyambutnya dengan senyuman.
‘’Aku Aline’’.
‘’Berapa bulan kehamilanmu Aline?’’.
‘’Hampir menginjak bulan ke sembilan’’. Aline mengelus sayang perutnya.
‘’Dimana suamimu? Pasti kau sangat bahagia bersama suamimu menanti kelahirannya?’’. Kini wajah Flora menjadi murung.
Aline tersenyum miris. ‘’Iya aku sangat bahagia’’.
Flora memandang lurus kedepan. ‘’Andai kehidupanku sepertimu, pasti aku sangat bahagia’’.
‘’Maksudmu?’’. Aline menoleh pada Flora yang terlihat murung.
‘’Aku baru saja keguguran. Kau mempunyai suami yang mencintaimu sedangkan aku? aku hanya hidup sendiri tanpa suami. Dulu ia sama sekali tidak ingin bertanggung jawab dengan apa yang telah ia lakukan. Dan karena dia aku sampai depresi dan mengalami keguguran’’. Lanjutnya dengan menahan air mata.
Aline merasa iba, ia memeluk Flora memberi kekuatan pada wanita itu. Setelah itu mereka saling curhat dan bercanda.
Sebenarnya Arsen tau jika Aline berada di taman. Ia lebih memilih untuk membiarkan Aline menenangkan diri dan menunggunya dirumah. Aline kembali kerumah, ia melihat sekilas Arsen yang sedang menunggunya. Aline meneruskan langkahnya menaiki tangga namun dicegah oleh Arsen.
‘’Maafkan aku Aline, aku tidak bermaksud-‘’. Aline memotong ucapan Arsen.
‘’Sudahlah aku lelah. Aku ingin istirahat’’.
‘’Apa yang kau lihat itu tidak benar Aline. Entah mengapa aku menatap Tesa seperti menatap-‘’. Arsen menggantung ucapannya, menyadari ia hampir saja mengucapkan nama seseorang.
‘’Seperti menatap siapa? Jihan?’’.
Arsen menegang. Dari mana Aline tau Jihan? Arsen terus bertanya-tanya dalam dirinya.
‘’Ada apa? Kamu berfikir dari mana aku tau tentang nama Jihan?’’. Aline tersenyum sinis.
‘’Aku tau semuanya Arsen. Aku tau tentangmu dan wanita itu!’’. Lagi-lagi Arsen menegang. Ia hanya diam mendengar perkataan Aline.
‘’Aku pernah menginginkan suatu hubungan yang utuh meski pada akhirnya harus runtuh. Aku sadar mengokohkan cinta tak semudah menutup dan membuka kedua mata, tapi tentang bagaimana menjaga rasa yang ada di antara kita dengan cara saling percaya dan saling terbuka”. Ucap Aline menguatkan diri. Ia menatap manik mata suaminya sekilas lalu menaiki tangga meninggalkan Arsen.
Aline tak ingin berdebat dengan Arsen, ia sangat lelah. Dan tentang Jihan, Aline mengetahui itu semua dari buku diary dan rekaman video milik Jihan yang disimpan sangat rapi oleh Arsen. Sejak ia menemukan foto seorang gadis beberapa minggu yang lalu, Aline penasaran tentang wanita itu dan iapun mulai mencari taunya. Dan Aline menemukan satu kotak besar yang Arsen simpan di lemari paling bawah. Aline membuka kotak itu dan iapun tau semuanya.
Arsen terus berusaha meminta maaf pada Aline. Aline selalu mengacuhkannya. Namun Aline jadi risih sendiri mendengar kata maaf dari Arsen dan juga selalu diikuti. Akhirnya Aline memaafkan semua kesalahan Arsen.
Hubungan mereka telah membaik. Aline dan Arsen menjalani hari-hari mereka seperti sebelum mereka bertengkar.
***
‘’Tuan’’. Ando membuka pintu ruangan Arsen tanpa permisi.
Arsen menatap tajam Ando yang sudah berdiri didepan mejanya dengan wajah pucat dan gugup.
‘’Maafkan saya tidak sopan Tuan. Tetapi ini sangat penting Tuan. Tuan harus tau hal ini’’. Jelas Ando pada Arsen.
‘’Hal apa yang kau maksud?’’. Balas Arsen dengan nada dingin.
‘’Diluar ada-‘’. Ucapan Ando terpotong oleh suara seseorang yang tiba-tiba masuk keruangan Arsen.
‘’Arsen’’.
Arsen dan Ando menoleh kesumber suara. Arsen menegang. Ia tak percaya dengan apa yang ia lihat hari ini. Arsen berdiri dari tempat dududknya tanpa melepas pandangannya pada seseorang yang masih berada didepan pintu.
‘’Apa kabar?’’. Seseorang itu tersenyum pada Arsen.
Arsen masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia melangkah mendekat dan menatap seseorang itu dari atas sampai bawah.
‘’Kau’’.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY OF LIFE (REVISI)
Lãng mạn#Book - 2 Berbagai macam godaan pasti akan datang untuk menggoyahkan suatu hubungan, namun janji untuk saling setia tak lagi dapat menjadi penguat agar bertahan lebih lama. Memperjuangkan sebuah cinta terkadang bukan menjadi hal yang mudah untuk dil...