33. PERUBAHAN ARSEN

35.4K 1.5K 24
                                    

Hari ini Arsen terlambat pulang. Ia kembali ke mansion dengan tubuh yang lelah. Aline menyambut suaminya dengan senyuman manis, namun Arsen malah mengabaikannya. Aline menatap punggung Arsen berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Dalam hati ia berpikir bahwa suaminya sedang kelelahan.

Aline menyusul Arsen kedalam kamar. Ia mendengar gemercik air dari kamar mandi, dan itu berarti Arsen sedang membersihkan diri. Tak lama kemudia Arsen keluar dari kamar mandi. Dengan perutnya yang sudah membesar, Aline berdiri dari duduknya untuk mengambilkan baju Arsen.

Namun Arsen tak mengambil baju yang Aline ambilkan, ia mengambil baju sendiri dan mengabaikan Aline seolah tak ada Aline disana. Hati Aline sakit saat Arsen mengabaikannya. Ia menatap Arsen yang sedang mengenakan kaos lalu membaringkan tubuhnya diatas ranjang.

Ada apa dengannya? Mengapa dia mengabaikanku seperti ini’.

Aline berjalan mendekati ranjang untuk berbaring namun Arsen melempar bantal padanya.

‘’Aku ingin tidur sendiri’’. Kata Arsen dingin lalu melanjutkan tidurnya.

Aline mengerutkan dahinya binggung. ‘’Maksud kamu apa Arsen? Kamu mengusirku dari kamar ini? Mengapa kamu bersikap dingin padaku?’’.

Tak ada jawaban. Aline menghembuskan nafas lelah lalu ia membaringkan tubuhnya disofa. Malam ini ia memilih tidur disofa. Ia tidak ingin tidur dikamar lain karena ia takut jika Reyna melihatnya maka ia akan diberondongi dengan pertanyaan-pertanyaan. Karena malam ini Reyna memutuskan untuk menginap di mansion Arsen. Maka dari itu Aline memilih tidur disofa dalam kamarnya.

‘’Malam ini kita tidur disofa dulu sayang. Kamu jangan rewel ya. Kamu harus nurut sama Mommy. Malam ini Daddy sedang lelah jadi Daddy tidak bisa mengajakmu bicara. Sekarang kita tidur ya. Selamat malam sayang, Mommy menyayangimu baby’’. Aline mengusap perutnya mengajak anaknya untuk berbicara.

Setiap malam Arsen selalu mengusap perut Aline sembari mengajak anaknya berbicara. Arsen mendengar semua yang dikatakan Aline. Namun ia acuh dengan ucapan istrinya.

***

Masih sama dengan sikapnya beberapa minggu yang lalu. Pagi ini Arsen tetap acuh pada Aline. Bahkan ia juga acuh pada seluruh penghuni mansionnya. Dan beberapa minggu ini Arsen juga selalu berangkat pagi pulang larut malam, terkadang ia tak pulang ataupun menghubungi Aline sekalipun.

Saat Aline menawarkan sarapan bersama, Arsen mengacuhkannya. Hatinya sakit saat ia diacuhkan oleh pria yang telah ia cintai. Dalam hatinya bertanya. Mengapa Arsen tiba-tiba mengacuhkannya seperti ini.
Ingin sekali Aline bertanya pada suaminya tentang perubahan sikap tiba-tiba itu, namun ia takut jika suaminya akan marah padanya dan jika tak bertanya maka ia akan terus merasakan sakit karena diacuhkan.
Aline menghembuskan nafas lelah. Aline bertekat akan menemui Arsen di kantornya untuk menyelesaikan masalah ini. Tanpa berpikir lagi Aline berangkat ke kantor Arsen dengan di temani Mr. Lee.

Sesampainya di gedung pencakar langit yang bertuliskan ‘LS Corp’, Aline segera masuk untuk menemui suaminya. Disepanjan perjalanannya menuju ruangan Arsen, semua karyawan menyapa Aline dengan sopan. Aline menjawab sapaan semua karyawan dengan senyum manis dibibirnya.

Aline telah sampai didepan pintu ruangan CEO. Ia menoleh sebentar ke meja kosong yang berada disamping pintu. Biasanya Tesa berada disana namun meja itu kini kosong.

Mungkin Arsen sedang ada rapat. Aku akan menunggunya didalam ruangannya saja’.

Aline memegang handle pintu membuka pintu itu dan matanya langsung tertuju pada dua orang berbeda jenis kelamin yang sedang berciuman intens. Mata Aline terasa panas saat melihat kejadian yang ada didepan matanya saat ini. Tanpa ia sadari tetes demi tetes mengalir pada pipi pucatnya.

‘’Arsen’’. Lirih Aline menatap suaminya dan Tesa sedang berciuman mesra.

Mereka berdua mendengar ucapan Aline lalu menoleh kearah sumber suara. Aline menutup pintu itu dengan kencang. Ia berjalan cepat dengan perutnya yang sudah membesar untuk segera pergi meninggalkan dua orang sialan itu.

***

Akhir-akhir ini Arsen sangat pusing karena mimpinya. Semenjak Jihan mendatangi mimpinya, ia tiba-tiba merindukan sosok wanita yang selama enam tahun menemani dan mengisi hatinya. Ia juga merasa bersalah pada Jihan karena sudah lancang mengijinkan hatinya untuk mencintai Aline. Arsen telah melanggar janjinya pada Jihan jika ia tidak akan mencintai wanita lain selain dirinya. Maka dari itu ia acuh dan mencoba untuk membenci Aline yang sudah lancang mengijinkannya untuk jatuh cinta. Arsen juga mencoba untuk menghindari kontak mata dengan Aline dengan cara pulang malam dan bahkan terkadang tak pulang sama sekali.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Arsen. Ia mempersilahkan orang itu untuk masuk. Setelah mendapat ijin dari pemilik ruangan untuk masuk, Tesa masuk kedalam ruangan Arsen dengan ciri khasnya.
Tesa memberikan Teh hangat untuk Arsen dan Arsen yang juga kebetulan sedang haus dan pusing menerima minuman yang dibawa oleh Tesa. Arsen meminum Teh itu dan beberapa menit kemudian ia merasa tambah pusing. Ia menatap Tesa seolah ia menatap Jihan, kekasihnya dulu.

Entah apa yang Tesa campurkan kedalam minuman itu, Arsen tiba-tiba menarik Tesa lalu mencumbunya. Dalam ciumannya dengan Arsen, Tesa tersenyum penuh kemenangan. Dan disaat itu pula Aline melihat kejadian sialan yang membuatnya sangat sakit. Lagi-lagi Tesa tersenyum penuh kemenangan ketika mengetahui Aline melihat kejadian itu.

Arsen langsung tersadar dan segera mungkin meninggalkan Tesa untuk mengejar istrinya. Walaupun selama ini ia acuh pada Aline, akan tetapi ia masih peduli pada Aline dan juga bayinya. Saat malam ia selalu memperhatikan dan sesekali mengusap perut Aline hanya untuk menyapa anaknya. Arsen keluar dari kantornya dan segera mencari Aline.


















DESTINY OF LIFE (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang