The Pink Hole

52 11 11
                                    


Mama pernah bercerita padaku, tentang sebuah lubang hitam yang bisa menarik apapun yang ada di dekatnya, tentang seberapa besar daya hisap yang mampu ia lakukan. Aku pernah berfikir, akan memasukkan temanku Fred ke dalam lubang itu, agar dia menghilang selamanya dari pandanganku. Aku membenci bocah gendut itu bukan tanpa soal, ia telah dengan berani mengambil ice cream pesananku, untuk itu, aku ingin dia masuk dan hilang saja dalam Black hole.

Mama juga pernah mengajakku menonton film Doraemon. Kucing biru itu sangat menjengkelkan, namun juga menggemaskan. Aku benci, saat ia memaksa Nobita untuk belajar, karena aku pun tak menyukai hal itu. Satu-satunya yang aku sukai dari robot berbentuk kucing itu adalah kantung ajaib yang ia miliki. Sejujurnya, aku sedikit penasaran dengan kebenaran dari kantung itu, namun kata mama, itu hanya sebuah fiksi semata, rekaan orang dewasa untuk menarik minat anak-anak terhadap film kartun. Mama juga bilang, kalau robot seperti Doraemon itu mungkin saja ada, tapi yang pasti tidak di zaman ini.

Hmmm... Benarkah?

****

"Selamat malam sayang, mimpi indah." Mama mengecup singkat keningku, kemudian mematikan lampu utama di kamarku, dan membiarkan lampu tidurku tetap menyala. Saat sudah aku pastikan mama menutup kamarku, dan kembali ke kamarnya, aku memulai aksiku malam ini.

Ini hanya rahasia antara kita saja, oke?

Jadi begini, semalam aku mendengar bunyi gedebum yang cukup aneh dari dalam lemariku, namun saat itu aku tak berani mengeceknya, dan saat aku bangun pagi, lemariku telah berantakan. Padahal aku selalu mengambil pakaianku dengan hati-hati, jadi sangat aneh jika lemariku tiba-tiba berantakan begitu. Aku curiga, bahwa keadaan demikian disebabkan oleh elien Black hole, namun semoga saja tidak. Eh, iya juga boleh sih, karena aku memang sangat penasaran dengan kebenaran adanya elien.

Brak! Buk! Buk! Bruk!

Sudah aku bilang kan, kalau bunyi itu adalah hal yang nyata, bukan ilusi malamku saja. Kalau kemarin aku pura-pura tak mendengar dan kemudian tidur, untuk malam ini, aku akan menjadi pemberani, kuat dan penangkap elien yang hebat.

Aku memasukkan kepalaku sejenak, ke dalam selimut dan merapalkan doa. "Tuhan, apapun yang ada di dalam sana, aku mohon, jangan buat dia memakanku. Aku masih ingin hidup untuk meneriakkan yel-yel sekolahku, aku juga masih ingin bermain bersama Tiana, anjing galak di depan rumah. Oh satu lagi, aku masih ingin tetap hidup untuk memasukkan Fred ke dalam Black Hole, semoga kau melindungi aku. Amin."

Kemudian aku dengan hati-hati menghampiri lemari kayu berwarna coklatku. Aku membukanya perlahan, dan tercengang begitu melihat isinya.

Demi Tuhan! Ini gila.

Aku melihat sosok seperti kelinci dengan tanduk rusa di kepalanya, eh jangan lupakan giginya yang mencuat seperti taring singa, serta matanya yang biru seperti lautan.

Kelinci, eh maksudnya makhluk aneh itu menatapku sejenak, kemudian berlari menuju sebuah lubang yang seperti diselimuti oleh Kabut berwarna merah muda. Sejenak aku melupakan kenapa lemariku bisa seluas ini, karena aku masih terfokus pada binatang aneh yang aku curigai sebagai elien itu. Aku mengikuti langkahnya menuju lubang aneh itu dan kembali dihadapkan dengan berbagai macam keanehan.

Coba kalian tebak apa yang aku temukan?

Bukan, bukan berbagai hewan aneh, tapi robot. Ya, aku menemukan begitu banyak robot di tempat ini. Ukurannya beragam, ada yang kecil sekali, sampai besar sekali.

"Ahoy!"

Refleks yang aku lakukan saat mendengar sapaan itu adalah menutup telinga sambil jongkok. Saat mendengar kekehan seorang kakak, aku mendongak dan mendapati seorang anak lelaki, yang kemungkinan berusia lima tahun diatasku mengulurkan tangan kirinya.

Dengan takut aku menyambutnya, dan ia membantuku untuk bangkit. Kesimpulan pertamaku tentang kakak ini adalah, dia orang yang baik dan... tampan.

"Hai, namaku Siera, siapa namamu?" Aku menyerngit, seorang lelaki dengan nama Siera? Memangnya ada?

"Jangan kaget, aku perempuan kok!" Ia tersenyum manis, membuatku sedikit tersipu karena merasa salah mengenai jenis kelamin kakak ini.

"Laura, Graça Aluna Laura Mark."

"Wah, namamu panjang sekali. Baru kali ini aku menemukan nama sepanjang itu."

"Oh ya? Memangnya yang umum namanya bagaimana?"

"Di Robocity, hanya diperbolehkan menggunakan satu kata dalam nama mereka." Penjelasan kakak ini membuat alisku mengerut, Memangnya ada aturan seperti itu?

"Kota yang aneh!"

"Hahahaha, kau ini seperti bukan dari zaman ini saja, masa aturan begitu saja dibilang aneh."

"Emangnya ada yang lebih aneh?"

"Ada! Lihat sekeliling," katanya, kemudian memaksa tubuhku berputar agar bisa melihat betapa menakjubkannya kota ini.

Tak ada sampah, begitu banyak robot berlalu lalang di jalanan, bis kota yang bisa berbicara, seketika aku ingat pada si Tayo dan temannya.

"Masa melihat begini saja sudah takjub? Kau harus melihat penemuan terbaru ayahku. Kau pasti suka!" Tanpa persetujuan dariku, kakak tampan yang ternyata perempuan itu menarik tanganku dan membawaku menuju sebuah taman.

"Ini milik ayahku, dan tebak! Semua yang ada disini adalah robot!!!" Aku menyerngit mendengar ucapan kakak itu, ini serius bunga-bunga indah ini adalah robot?

"Bagaimana bisa?" tanyaku kian penasaran.

"Hahahaha, kamu ini kuno sekali. Bukannya sebagian besar bunga yang kamu lihat ini sudah punah ya? Mangkanya ayahku membuat robot mirip dengan mereka."

"Punah? Sejak kapan?"

"Sejak tahun 2100, tumbuhan dan hewan banyak yang punah. Kemudian para peneliti dan ilmuwan, mulai membuat replika mereka semirip mungkin, dan bingo! Kami bisa menikmati keindahan flora fauna Indonesia dimasa lampau."

"Tunggu, memangnya ini tahun berapa?"

"2503, memangnya kenapa?"

"Katakan kalau ini mimpi, mungkin aku sedang berhayal karena memikirkan Fred jelek itu. Ya Tuhan, aku harus segera bangun!"

Kakak tampan itu mecubit hidungku, dan rasanya sakit, oke aku tidak sedang bermimpi. Tapi sepertinya daya hayalku mulai berlebihan, apakah ini akibat materi flora fauna yang aku pelajari kemarin? Mengingat diusiaku ini, seharusnya aku baru membaca buku pelajaran kelas tiga sd.

Buku sains kelas enam sepertinya sangat mengerikan!

"Aku baru saja melihat kalender dan hari ini adalah 15 april 2018, seingatku begitu, karena tadi pagi mama yang menyuruhku melakukannya, dan sekarang kakak bilang ini tahun 2500?"

"Ow, santai adik kecil, mungkin kamu telah memasuki Pink Hole."

"Pink Hole? Apa itu?"

"Jadi begini, Pink hole, adalah sebuah lubang berselimut Kabut berwarna Pink yang diciptakan oleh para ilmuwan untuk berteleportasi dari masa ke masa. Singkatnya, kami menggunakan lubang itu untuk melihat dan mengambil sampel tumbuhan dan hewan yang telah punah, tujuan kami adalah, agar bisa membuat replika flora dan fauna mendekati sempurna."

"Aduh, aku harus segera bersekolah. Besok kita bertemu lagi, dan ingat. Ini rahasia kita oke? Sampai jumpa!" Kemudian kakak tampan itu menghilang ditelan Kabut yang ia keluarkan dari jam tangannya, Kabut itu berwarna biru muda.

Aku yang mulai tersadar dengan keadaan ini mulai ingat pada hal yang sama. Aku harus segera kembali, besok aku ujian. Haduh! Bagaimana ini, bagaimana caraku untuk kembali?

"KAKAK TAMPAN! BAGAIMANA CARAKU UNTUK KEMBALI?" teriakku kemudian menangis di bawah pot bunga anyelir yang ternyata adalah robot.    

-Selesai-

Kid's AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang