Robo

73 14 16
                                    

Seperti biasa, sinar matahari pagi menyinari kamarku dan memaksa aku untuk membuka mata, pagi ini aku hanya bisa memandangi jendela kamarku dan berfikir bahwa kejadian kemarin hanyalah mimpi saja, itu yang aku harapkan. Tapi kenyataannya itu semua bukan mimpi.

Aku mencuci mukaku dan berjalan menuju lantai bawah, tentu meja makan tujuanku. Di sana sudah ada Paman dan Bibiku, "Pagi Paman, Bibi," ucapku pada mereka yang sudah duduk di meja makan, "Pagi Ray, ago kita mulai sarapannya," ucap Paman yang menungguku untuk sarapan bersama.

"Apa kamu sudah membuka hadiah dari orang tuamu," tanya Bibi padaku.

"Belum," jawabku setelah memandang wajah Bibi dan kulanjutkan sarapanku.

"Kamu harus bisa nerima kenyataannya Ray," saut Pamanku sambil mengoles slay di rotinya.

"Iya," jawab singkatku, "Aku udah selesai, terima kasih sarapannya," sambungku dan pergi menuju kamarku.

Kamar ini adalah rumahku yang sesungguhnya, di sini aku besar tanpa perhatian dan kasih sayang orang tuaku ... Memang aku tinggal bersama Paman dan Bibiku dari aku kecil, itu sebabnya aku jauh dari kata kasih sayang orang tua, aku hanya duduk dengan tenang dan memperhatikan sebuah hadiah besar. Itu adalah hadiah dari orang tuaku.

Itu adalah hadiah yang cukup besar, yaa ukurannya bahkan hampir setinggi aku. Oh iya aku belum memperkenalkan diri, "namaku Ray dan umurku 10 tahun, yaa 3 hari yang lalu umurku genap 10 tahun ... Diulang tahunku yang ke 10 orang tuaku hanya memberikan hadiah ini dan bahkan mereka tidak datang, mereka hanya menitipkan hadiah ini dan pergi menghilang begitu saja. Disaat itulah aku berfikir tidak memiliki orang tua," dan inilah kisahku.

Sekarang adalah jaman teknologi. Semua mobil sudah berada di udara, walau ngga terlalu tinggi dari daratan. Bahkan kau bisa melihat berbagai macam robot yang bekerja layaknya manusia ... Dan aku hidup dijaman ini.

"Ray ... Ray ... Kemarilah," suara Paman memanggilku.

"Iyaa," sautku yang kemudian menghampirinya di halaman rumah.

"Lihatlah, hebat bukan," ucap Paman yang menunjukan sebuah mesin pembuat sepatu.

"Paman udah menyelesaikannya," kataku yang memandangi mesin itu.

"Hahaha ... Ini baru percobaan, perhatikan," ucapnya sambil menghidupkan mesin itu.

Mesin itu bekerja dengan baik, yaa sampai asap keluar dari mesin itu dan "duuaarrr" suara ledakan dari mesin pembuat sepatu itu, "Kutu besi," ucap Paman dengan wajah datar sambil memperhatikan mesin yang hangus terbakar.

Yaa Pamanku memang suka membuat banyak mesin. Tapi, sebanyak itu pula dia gagal ... Membuat mesin itu sudah biasa dijaman ini, bahkan hampir semua yang ada dijaman ini menjadi mesin. Jika orang orang itu sudah mulai gila, mungkin manusia juga akan menjadi mesin.

"Paman ... Paman," teriakku di ruang tamu, "Kemana dia," ucapku dalam hati setelah berkali kali memanggilnya. Aku mencarinya di ruang bawah tanah, itu adalah tempat dia membuat berbagai macam mesin, "Ngga ada di sini," ucapku dengan pelan setelah memperhatikan ruangan Paman yang penuh dengan mesin mesin rusak, "Apa ini ... Untuk Ray," kubaca sebuah CD yang bertuliskan namaku. Bergegas aku menuju ruang tamu dan memutar vidio itu, "Ini kan," ucapku dengan kaget setelah melihat vidio yang diputar CD itu.

"Sudah mulai yaa ... Baiklah, untuk Ray Ayah dan Ibu minta maaf jika kami kurang ada waktu untukmu ... Mungkin kami bukan orang tua yang baik untukmu. Tapi, kami berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Maafkan kami jika kami harus pergi untuk slamanya, selamat ulang tahun Ray Tertydor, kami hanya bisa memberikan hadiah itu untukmu. Semoga kau menyukainya," ucap Ayah di dalam vidio itu, "Sayang cepat bantu aku sini," suara wanita yang memanggil Ayahku, aku bisa tau kalau itu adalah ibuku ... Dan vidio itupun berakhir. Sepertinya mereka membuat vidio ini di tempat mereka bekerja, yaa aku bisa tau dari melihat pakaian Ayah dan juga beberapa peralatan untuk membuat mesin.

Kid's AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang