Rei tidak pernah sekalipun dipeluk oleh lelaki, kecuali ayah kandungnya. Itu pun dulu sekali. Kenangannya bersama sang ayah bagai kabut pagi di musim panas, pudar dalam hangatnya sinar mentari.
Sekarang segalanya telah berbeda, meski masih kikuk dan canggung serta tak bisa mengendalikan deburan jantung sendiri, Rei tetap membiarkan para toudan-nya memeluk.
Setidaknya lewat pelukan mereka dapat berbagi kehangatan, dan rasa sayang yang tak dapat diukir dengan kata-kata.
Jika para tantou terang-terangan memeluk (plus toudan periang macam Namazuo, Horikawa, Yasusada, Kiyomitsu, dan Tsurumaru), maka ksatria lain yang lebih besar akan memeluk diam-diam.
Entah ingin menjaga image kalem atau bagaimana. Tapi tindakan mereka yang tiba-tiba kadang membuat Rei terkejut sendiri.
Awal dari kebiasaan---yang sempat ditentang mati-matian oleh Hasebe---bersumber dari Shinano. Salah satu adik Ichi yang sedikit nyeleneh, yaitu penyuka dada.
***
Hujan turun dengan derasnya sejak malam tadi. Membuat para tantou uring-uringan karena tidak bisa bermain di halaman. Ingin mandi hujan pun percuma, para kakak langsung memarahi.Suhu udara turun hingga 21°C, tapi demi menghemat listrik Hasebe melarang penggunaan penghangat ruangan. Penghangat hanya dipakai di ruang kerja dan kamar Aruji saja, katanya.
Beberapa toudan memilih bermain berlarian sepanjang lorong, sebagian menuju dojo untuk latihan atau sekedar menonton. Sedangkan pedang pemalas macam Akashi akan berhibernasi selama yang ia bisa.
Shinano, Gotou, dan Hochou yang baru seminggu di citadel juga meraksakan dampak turunya suhu. Daripada berjoget ala idol macam Midare, Gotou dan Shinano lebih suka berbincang panjang lebar. Sedangkan Houchou menghangatkan diri dibawah lemari pakaian yang kosong, tak lupa juga dengan majalah 'Istri Idaman' yang ia beli di toserba.
"Haah~ dingin sekali! Kalau dingin begini pasti nyaman dalam pelukan Taishou." Shinano menggeliat di tatami. "Dadanya pasti hangat,"
"Bicara apa kau ini?! Tidak sopan!" sembur Gotou ketus.
"Gotou, memangnya kau tidak ingin berada di dada Taishou apa? Apalagi cuaca sedang dingin begini." elak Shinano, sibuk membayangkan kehangatan yang ia dapat jika memeluk sang tuan.
"Hah?! A-aku mana bisa melakukannya!" Semburat merah menghiasi wajah Gotou, "po-pokoknya kita tidak boleh meminta hal lancang seperti ingin Taishou memeluk kita!"
"Mou ii ne~"
"Lagipula kau bisa dimarahi Ichi-nii nanti. Bisa dipecat jadi adik bagaimana?"
Shinano semakin merengut. Atsushi bersama Namazuo dan Honebami datang, menyarankan bocah apel itu untuk berlatih di dojo saja daripada mengeluh.
Tidak mungkin mendapatkan kehangatan dari sang tuan, Shinano berkeliling honmaru mencari kehangatan. Dari pelukan Iwatooshi, rambut Juzumaru, selimut Nikkari, jubah Yamanbagiri, bahkan sampai di kejar-kejar oleh Sengo.
Tidak satupun dapat memuaskan hasrat mencari kehangatannya. Jika mendatangi Aruji, takutnya malah didepak oleh Hasebe. Ini belum musim gugur, jadi Aruji mereka tak mungkin menyiapkan pakaian dari wol.
Shinano benar-benar galau. Tapi lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Ia mendatangi ruang kerja sang tuan, malah terkunci.
Baru ingat, jika tuannya itu pasti sedang istirahat setelah sekian jam berkutat dengan pekerjaan sedari pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saniwa to Honmaru no Monogatari
FanfictionJangan lupa vote ya! X3 Ini adalah kisah sang saniwa yang harus merelakan masa remajanya untuk mengurusi lelaki-lelaki pengangguran dan menggali tanah mencari harta karun demi membayar pajak serta memenuhi kebutuhan tidak penting para toudan :'3