Akhir-akhir ini sang saniwa sering merenung. Safir kembar di wajahnya berkilau dalam kekosongan, bahkan ia tidak peduli terhadap daun kering yang tersangkut di rambut.
Musim gugur telah tiba, pakaian lebih tebal dikenakan di badan. Saniwa tidak juga berubah dari kebiasaan melamunnya. Gadis itu sering berdiam di beranda sambil menyesap teh hijau dalam diam. Diacak berbicara pun hanya menyahut sepatah dua patah kata.
Apakah terjadi hal buruk di dunia manusia? Bukankah aruji-sama telah memutuskan hubungannya dengan dunia sana setelah membawa adiknya ke benteng?
Ya, Rei—sang saniwa—baru sebulan yang lalu memutuskan kontak dengan dunia normalnya. Ia membawa adik laki-lakinya ke benteng atas persetujuan pemerintah yang berwenang dalam tugasnya sebagai saniwa. Sedangkan untuk Yuki dan Chiisa—Rei janji akan menjenguk keduanya sekali seminggu. Bagaimanapun persahabatan mereka tidak bisa diacuhkan begitu saja.
Ketika membawa Sora, sang adik kandung, pulang ke honmaru—para toudan heboh. Mereka tidak menyangka tuannya memiliki adik laki-laki sebesar para tantou. Dengan cepat, Sora akrab dengan bocah Toushirou.
Kembali pada Rei. Gadis itu sekarang tengah merenung (lagi) di beranda, memperhatikan setiap daun yang jatuh ke tanah. Pandangannya kosong, selalu begitu dan jelas membuat seisi benteng khawatir.
Bukan khawatir tentang tugas mereka sebagai penjaga sejarah akan terbengkalai, melainkan khawatir terhadap kondisi sang tuan. Lihat, bahkan Sora sendiri tidak mampu memperbaiki kondisi sang kakak.
"Mikazuki-san, tolong buat Taishou kembali seperti sediakala!" rengek Midare. Tantou itu mengajak sang tuan perawatan wajah tempo hari tapi ditolak, seolah Rei tidak memiliki hasrat selain bersedih.
"Kita tidak bisa membiarkan Taishou terus begitu! Seluruh honmaru akan ditelan suasana muram!" seru Shinano.
"Benar, akan sangat tidak baik jika kita membiarkan Nushi-sama terus bermuram durja. Mikazuki, besok cobalah berbicara dengannya." usul Kogitsune.
Hasebe ingin mengajukan protes tapi apa boleh buat, sudah jelas Mikazuki yang paling erat dengan tuan mereka.
Para tantou telah melakukan seribu satu cara untuk mengalihkan atensi Aruji-sama, tapi gadis itu hanya melayani mereka sebentar. Untuk kemudian kembali melamun bersama tatapan kosong. Anehnya, pekerjaan berat seorang saniwa selalu terselesaikan.
Ada apakah gerangan yang membuat saniwa sengklek jadi begitu?
Hari ini, Shokudaikiri Mitsutada memasak tumisan dan tofu kesukaan Rei. Gadis itu amat senang tentunya, tapi matanya lagi-lagi tidak tersenyum. Ia makan dengan gembira bersama para toudan dan Sora, namun itu semua tak kunjung mengembalikan sinar matanya yang biasa.
Semua orang semakin khawatir.
Lebih-lebih Hasebe, sebab seminggu ini ia tidak dipanggil untuk menjadi sekretaris sekalipun. Kemungkinan sang aruji dirasuki mahkluk halus makin membayang dalam otak mereka. Kalau tidak, bagaimana bisa gadis petakilan itu akan diam dan berwajah suram?
Bahkan saat sedih, aruji-sama selalu membuat gaduh citadel raya!
Mendadak, saat tirai gelap sempurna menutupi langit dan bulan bersinar temaram di atas sana, keresahan para penghuni benteng terjawab. Mereka mendengar suara gesekan biola yang menyayat kalbu.
Begitu sedih, begitu hampa, begitu kehilangan. Entah lagu apa ini—mampu membuat bulu kuduk setiap orang merinding dan kelenjar air mata bekerja berlebihan.
Ini adalah lagu dari manifestasi kesedihan mendalam. Siapa lagi yang memainkan biola dengan epic penuh improvisasi luar biasa selain sang aruji?
Sayangnya malam telah larut dan mereka tidak dapat berbondong-bondong menggebrak pintu kamar Rei—tepat sedetik usai lagu itu usai.
Jadi para toudan yang lebih dewasa (minus Ookanehira), berembuk dan memutuskan untuk mengirim Mikazuki demi investigasi. Mereka harus memecahkan kesedihan yang di alami sang tuan secepatnya sebelum seluruh honmaru tenggelam dalam kemuraman!
🌻🌻🌻
Besoknya malah terjadi kegemparan, sebab Rei menghilang dari kamarnya di pagi buta. Hasebe kalang kabut mencari sang tuan panutan sedangkan para tantou hampir menangis jika tidak ditenangkan Ichigo Hitofuri—selaku kakak paling budiman.
Ternyata sang tuan tengah menginvasi kamar pasangan Sanjou—Mikazuki dan Kogitsunemaru sejak pukul lima pagi. Menangis tersedu di sana atas alasan yang remeh temeh. Bermimpi buruk.
"Aku... Aku... Aku bermimpi kalau tokoh utama kesukaanku akan menderita di sisa hidupnya dan tidak akan bertemu pujaan hatinya lagi. Tidakkah itu mengerikan Mikazuki?" tangis Rei membasahi yukata tidur sang Tenka Goken.
Kogitsunemaru dan Mikazuki terkekeh, tiada menyangka sebab kesedihan mendalam sang saniwa akibat novel Cina yang ia baca dan masih bersambung ketika mendekati klimaks—
Tepat dibagian paling menusuk hati.
Katakanlah saniwa mereka ini tidak rasional, konyol, dan lebay. Tapi bagaimana lagi—memang hanya film dan untaian cerita panjang yang bisa membuat saniwa slebor macam dia menitikkan air mata.
Lihatlah Rei yang menangis tergugu seolah baru saja diceraikan suaminya. Orang lain akan menggelengkan kepala dengan heran, sementara sepasang kekasih Sanjou tersebut hanya maklum. Bukan sekali ini memang saniwa mereka terguncang gara-gara bacaan angst, tapi ini yang paling menghebohkan honmaru.
Tidak sadarkah sang tuan bahwa ia telah menggonjang-ganjingkan seisi benteng? Terlihat bagus untuk memukul wajah tidak berdosa gadis itu.
Akhirnya, ketika Hasebe mengetahui alasan kemuraman Rei, uchi milik Oda Nobunaga dan Kuroda Nagamasa tersebut mengamuk. Ia mengomel dari satu tempat ke tempat lain, mengeluhkan betapa saniwa nyaris membuat jatuh jantungnya.
Terlepas dari geraman penghuni benteng lainnya, mereka semua bernapas lega. Rei, tuan mereka tidak mengalami hal serius yang membahayakan—seperti dirasuki setan atau arwah gentanyangan.
Seminggu kemudian, sang saniwa kembali menginvasi kamar sepasang kekasih itu di pagi buta. Merengek dan mengadu betapa jahat sang penulis novel tersebut membuat menderita sang deutragonis.
Akibat perilaku kekanakan Rei yang kelewatan, Mikazuki menjadi pening sepanjang hari dan merasa bertambah tua beberapa tahun. Kemudian, Kogitsunemaru dengan riang gembira menghibur istrinya tersebut.
.
.
.
.Author Note :
OHOK, akhirnya update project ini juga heuheu. Saniwa to Honmaru no Monogatari adalah project dari fandom saya yang paling indah—Tourabu. Thanks to DMM and Nitro+ yang tidak membebani fans dengan aturan ketat dalam berkarya untuk fandom (look at many fanmerch, doujin and cosplay).
Karena sebentar lagi akan hiatus soalnya dah mau ujian semesteran *sobs* jadi saya minta maaf fic ini ga akan lanjut sampai tahun depan. Belum lagi harus kerja bagai quda~ :"D
Thanks to u too who are reading my fanfiction //au ah, rip my english//
Akhir kata, salam dari saya and votmen jangan lupa. See ya! 🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
Saniwa to Honmaru no Monogatari
FanfictionJangan lupa vote ya! X3 Ini adalah kisah sang saniwa yang harus merelakan masa remajanya untuk mengurusi lelaki-lelaki pengangguran dan menggali tanah mencari harta karun demi membayar pajak serta memenuhi kebutuhan tidak penting para toudan :'3