Beberapa jam lalu, Rei baru saja melepas Hasebe kiwame setelah sekian lama. Dan keceriaan saniwa itu hanya bertahan sebentar, kini wajahnya sudah mendung dan sering melamun. Beberapa kali gadis itu menabrak toudan lain atau benda-benda sekitar.
Rei sadar, meng-kiwame-kan Hasebe tidak akan sama seperti meng-kiwame-kan anak-anak tantou. Tiap ia mengirim mereka pergi berkelana, kegundahan yang dihadapi Rei berbeda-beda. Hanya saja kali ini yang lebih kuat, sebab Hasebe-lah yang paling sering menjadi secretary sword-nya.
Tsukumogami pedang Ofu-sama dan Nagamasa tersebut telah banyak membantu Rei, bahkan membantu gadis itu berpindah tempat tidur dari lantai menjadi futon hangat. Hasebe sering sekali bangun tengah malam untuk membersihkan ruangan kerja Aruji-nya yang seumpama kapal pecah.
Dibanding membaca dokumen dan melakukan pemetaan di layar hologram, Rei memilih melamun (lagi).
Apa Hasebe akan bertemu dengan Ofu-sama dan Nagamasa ya? Apa yang akan dia katakan pada kedua mantan tuannya yang terkenal itu?
Hasebe akan pulang, kan? Dia menyayangiku sebagai tuannya kan? Aah~ memangnya aku sudah sederajat dengan tuan-tuan terdahulunya?
Wajah Rei muram, segelap langit mendung sore ini. Tak berapa lama, hujan turun deras membasahi bumi. Seolah berkonspirasi menambah kegalauan di sanubari Rei.
Setiap kepulangan toudan dari kiwame itu bergantung pada kesetiaannya pada tuan mereka yang sekarang. Jika toudan itu masih terbayangi akan kerinduan romansa masa lalu, maka ia tidak akan pulang. Andaikata tidak merubah sejarah pun, ikatan mereka dengan saniwa akan diputus. Raga manusia mereka akan lenyap seiring waktu.
Rei selalu ketakutan tiap kali ksatria pedangnya pergi mengunjungi masa lalu dalam rangka memperkuat diri. Seperti Kiyomitsu yang ia dahulukan sebelum Hasebe-karena Yasusada mendesak. Takutnya kiwame toudan penggemar kuteks itu malah menjadi kiwamistake.
Syukurlah waktu itu Kiyomitsu berhasil meng-upgrade diri dan move on dari bayangan patahnya dirinya. Sekarang, Kiyomitsu sudah dapat tertawa lebih tulus dan percaya diri. "Aruji kan, selalu menyayangiku." katanya.
"Apa yang Anda khawatirkan, Aruji? Bukankah Hasebe adalah pedang paling setia selama ini?" Pada malam ketiga kepergian Hasebe, Jiji menghampiri tuannya yang tengah merenung sendirian di atap.
"Hhhhh-kau seperti tidak tahu saja, Jiji. Aku bukanlah daimyo hebat layaknya tuan-tuan kalian terdahulu. Baru saja kiwame uchi aku sudah galau begini, bagaimana ketika giliran tachi kiwame? Bisa mati aku." Rei bersungut-sungut.
Ia bahkan tidak tahu, sampai mana batas kesetiaan ksatrianya pada gadis remaja yang labil ini. Bagaimana jika suatu saat nanti, satu per satu dari mereka menilainya tidak layak menjadi saniwa dan berpaling? Rei bisa bunuh diri jika begitu.
"Ha-ha-ha, tenanglah Aruji-sama. Hasebe pasti akan kembali jika tidak 'patah' di tengah jalan." ujar Mikazuki, sok bijak seperti biasa.
"Kau benar-benar dingin jika masalah begini ya, Mikazuki. Kita sampai sekarang bahkan belum tahu mengapa kau dan Kogitsune akrab, padahal belum tentu kalian bertalian dalam sejarah." kata Rei, menerawang jauh ke langit berbintang.
Entah apa yang dilakukan Hasebe di luar sana, tapi Rei akan menunggunya kembali. Gadis itu tidak akan becus mengurus dirinya sendiri tanpa toudan kuda cerewet tersebut.
Karena gelisah menyebabkan Rei insomnia, ia mengungsi ke kamar Sanjou-gumi. Lebih tepatnya mengganggu Kogitsune dan Jiji yang bersiap terlelap. Sanjou memiliki dua kamar, satu kamar lainnya Iwatooshi, Imanotsurugi dan Ishikirimaru. Rei tidak tega harus menjejalkan kakek-kakek dalam satu kamar.
Rambut Kogitsunemaru adalah pilihan terbaik untuk membuatnya tertidur malam ini.
🌷🌷🌷
Liburan musim panas dihabiskan Rei dengan menyibukkan diri wara-wiri di citadel. Setidaknya dnegannbegitu kegundahannya akan sedikit berkurang dan terlupakan. Gadis itu mampir hampir di setiap tempat. Ke dapur membantu Shoku memasak, merawat taman bunga, bermain bersama bocah-bocah Toushirou, hingga menyikat kuda.
Semua demi menghalau kegalauan gadis remaja yang bak ditinggal kekasih merantau mencari mahar nikah. Ah~ lebay sekali rasanya.
"A... Aruji! Surat Hasebe datang!" pekik Monoyoshi dari engawa.
Rei yang tengah memetik tomat bergegas menyongsong burung pembawa surat. Jantung gadis itu merosot ke perut, mules tiba-tiba menyerangnya saat lipatan surat dibuka.
Untuk Aruji-sama,
Apa kabar?
Terima kasih banyak telah memberi saya persetujuan Anda untuk melakukan perjalanan ini.
Sekarang saya sudah sampai di sini, sebagai pedang milik Aruji saya bermaksud untuk meningkatkan keterampilan saya lebih dari siapa pun dan kembali tanpa membuat Anda malu.
Namun, saya tidak berpikir saya telah diarahkan ke sini hanya untuk pelatihan....Kenapa begitu? Saya bertanya-tanya. Seakan takdir itu sendiri akhirnya membawa saya ke Azuchi.
Saniwa tersebut menangis, berdoa agar Hasebe segera kembali padanya. Meskipun yakin saat Hasebe kembali nanti, segalanya akan berubah. Toudan cerewet itu pasti akan menemukan inovasi baru untuk mengabdi pada tuannya.
Hari demi hari makin berat bagi Rei, usai surat pertama Hasebe datang. Entah kapan surat kedua dari si pemotong lemari itu akan sampai, tapi Rei sudah mulai uring-uringan. Makan tak habis, PR musim panas tak selesai, bermain game terasa bosan.
Belum lagi dengan pikiran bahwa ia akan memberangkatkan starter sword-nya, Yamanbagiri untuk kiwame. Ditinggal pergi berturut-turut oleh dua orang yang berpengaruh padamu adalah hal yang meresahkan.
Pagi-pagi buta, seekor burung pembawa pesan bertengkar manis pada bingkai jendela kamar sang saniwa. Rei buru-buru membuka surat tersebut, masih dalam kondisi bed hair dan bau kecut.
Untuk Aruji,
Ketika saya secara khusus dikirim ke Azuchi, menghadapi 'pria itu' itu adalah situasi yang tidak bisa dihindari.
Atau lebih tepatnya, mungkinkah saya hanya dapat menemukan kekuatan sejati saya dengan mengatasi orang itu?Masalahnya adalah, jika saya kehilangan ketenangan saya, tidakkah saya akan akhirnya menyerangnya?
Itu hanya lelucon. Saya adalah pedangmu. Oleh karena itu, saya adalah pedang yang tujuannya melindungi sejarah.
Lagi-lagi air mata Rei merembes, setelah mengetahui Hasebe bertemu dengan sang Dai-Rokuten-Maoh Oda Nobunaga. Semoga Hasebe dapat mengendalikan emosinya, Rei berharap cemas.
Tidak lama setelah itu, surat ketiga Hasebe tiba. Rei sangat senang hingga berlarian di koridor, karena sudah saatnya pedang cerewet itu pulang. Ya, Hasebe akan pulang. Kembali ke naungan saniwa tercintanya.
🌷🌷🌷
Pucuk-pucuk pohon masih berembun, beberapa uguisu hijau berkicau merdu. Sahut-menyahut, menarik sang betina untuk melanjutkan keturunan.
Rei sudah bersiap di balik gerbang honmaru, bangun pagi-pagi dan memakai yukata. Ia ingin tampak baik-baik saja selama Hasebe pergi. Ada Nihongou dan Hakata yang turut menemaninya menyambut Hasebe pagi itu.
Pagi yang cerah di mana mentari bersinar lembut, ketika gerbang dibuka oleh seseorang bertopi. Ia langsung menyalami sang tuan, tunduk seperti biasa.
"Tadaima, Aruji-sama."
"Okaerinasai, Hasebe!" Gadis tersebut langsung melompat ke pelukan sang pemotong lemari.
.
.
.
.
Huwaaaaaa ╥﹏╥ maaf updatenya lelet sekali ╥﹏╥Aku sedang sibuk²nya dengan fandom baru, juga kebetulan banyak urusan di rl sehingga ff ini terbengkalai ╥﹏╥
Pls votmen if u like my fanfic! Thank you! (ノ^o^)ノ
KAMU SEDANG MEMBACA
Saniwa to Honmaru no Monogatari
FanfictionJangan lupa vote ya! X3 Ini adalah kisah sang saniwa yang harus merelakan masa remajanya untuk mengurusi lelaki-lelaki pengangguran dan menggali tanah mencari harta karun demi membayar pajak serta memenuhi kebutuhan tidak penting para toudan :'3