22; Me and My Broken Heart

9.1K 1.3K 336
                                    

"Vi, meski banyak yang bilang cinta itu tiada batas, tetapi perilaku manusia harus punya batasan. Apalagi perihal kejar-mengejar dan memperjuangkan milik orang lain. Ketika kau tahu yang memiliki belum tentu saling mencintai, kau juga harus tahu kalau cinta memang tak harus memiliki," kata sang manajer waktu menyuruh Taehyung buat segera keluar dan naik ke atas panggung.

Pada akhirnya orang-orang terdekatnya juga berkata sama. Lepaskan, dia bukan milikmu lagi. Bukan karena tak ingin melihat perjuangannya, hanya saja sudah cukup sampai sini. Berhenti atau akan semakin terluka.

Terasa lelah berjalan di lorong yang tak begitu panjang. Sejak Hyoji mengganti nomor dan tak memberinya kabar, wanita itu jadi mendominasi segalanya. Mana yang katanya masih cinta? Yang katanya ingin berjuang bersama. Omong kosong! Taehyung tertawa perih dalam benak.

Sewaktu manajernya mengabarkan beberapa jadwal diundur karena ia harus jadi tamu spesial dalam perdana game baru, Taehyung sempat terkejut sebab memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi. Ia memang punya kesempatan untuk melihat Hyoji, tetapi tidak dalam pengawasan siapa pun, termasuk yang punya acara.

Jadi kini kakinya terpaku waktu berada di belakang panggung. Jantungnya kembali gusar melihat Hyoji dan Jungkook duduk paling depan. Taehyung meringis saksikan senyum ranum Hyoji tatkala telunjuk Jungkook menoel hidungnya sambil bergurau. Ia tak mengerti konsep menarik bagaimana yang jadi topik obrolan mereka, dadanya seakan ditimpuki batu ketika telapak Jungkook berpindah pada perut Hyoji dan mengelusnya-yang sayangnya, perut itu jelas tak rata lagi.

Hyora benar waktu mengadu kalau ada adik baru dalam perut mama.

"Dan sebagai rasa terima kasih sebab sudah datang malam ini. Aku, selaku sekretaris Jeon Jungkook mempersilakan seseorang yang sangat dinanti untuk mengisi dan memeriahkan acara ini." Yeobin beri jeda buat menatap ke arah Taehyung yang sudah berdiri di samping panggung. "Mari beri tepuk tangan untuk tamu spesial kita!" seru Yeobin.

Sudah dapat interupsi, jadi kakinya melangkah naik. Saat itu pula tepuk tangan dan sorakan terkagum-kagum mengudara isi kekosongan dalam jiwanya. Sayangnya, di tengah kemeriahan, ia merasa asing dan sendiri. Netranya memaku pada keterkejutan Hyoji. Ada yang menghantam permukaan dada. Rindu pun terluka. Mata mereka beradu cukup lama dan intens.

Tak pedulikan eksistensi Jungkook yang menggengam jemarinya, hati Taehyung teriris perih kala Hyoji menatapnya sendu pula merindu.


****

Hyoji berterimakasih kepada Jungkook sebab telah menghadirkan perasaan aneh dalam dada. Menerobos dan hancurkan dinding setebal keinginannya bersama Taehyung. Hyoji tak berbohong waktu bilang ia membutuhkannya, ia juga tak buta selepas itu suaminya mendadak berupaya menjadi yang terbaik. Jungkook memang seringkali menyuruhnya untuk tak merespons Taehyung lagi. Tetapi, Hyoji butuh waktu dan punya rencana bagaimana nantinya soal dia dan Taehyung. Tidak dengan gegabah menghadirkan Taehyung dalam keadaan hati yang belum mutlak untuk Jungkook.

Mulanya Hyoji hendak berikan segenap hatinya untuk Jungkook seorang, andai saja lelaki itu benar-benar mampu mematri seluruh atensi untuknya. Padahal Hyoji telah berupaya mati-matian membunuh perasaannya untuk Taehyung dengan cara memutus koneksi di antara mereka. Dan langkah yang Jungkook pijak malam ini adalah kesalahan besar, sebab kini perasaan yang nyaris hilang merangkak kembali.

Dalam keadaan begini, emosinya jadi membeludak tak tertahan. Maniknya memejam dan menghela napas menormalkan detak jantung yang menggila. Ia merasa bersalah entah karena apa dan pada siapa.

Jemari Jungkook perlahan terlepas setelah membisikkan, "Aku bisa lihat sebesar apa cinta kalian." Lalu tertawa hambar. "Tahu tidak? Tatapan kalian membuatku muak."

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang