34; EVANESCENT

5.3K 820 199
                                    

Sendu lekas pergi, rindu bosan tersimpan
-




Serangkaian hari-hari panjang yang usang pun mencekam setelah insiden Rabu siang di dalam kamarnya yang sendu. Bahwa keduanya masih menyimpan banyak cemas, ketakutan dan rasa bersalah yang telah menggunung. Bahwa ada banyak setapak rumit yang perlu ia pijak untuk menuju singgahsana rumah tangganya. Ia bersyukur mantra yang terucap tak didengar sia-sia. Meski nantinya kita saling tahu, mari tidak saling meninggalkan. Meski rasanya masih sama menyesakkan dada, setidaknya mereka masih menetap di bawah atap yang sama.

Hari itu tak berjalan mudah seperti saat tatapan Hyoji kosong maka Jungkook akan mendekap seraya menenangkan dan mengecup keningnya. Atau seperti saat Hyoji menangis dan Jungkook akan membuatkan susu hangat yang terlanjur dingin karena menunggu Hyoji selesai menguras air mata. Sekarang tidak semudah disayang dan semuanya selesai. Sebab praharanya bukan cuma rasa cemburu atau kesalahpahaman, tetapi perkara yang membawanya ke tepi jurang. Bukan lagi melihat bulan, tetapi menatap dasar yang curam.

Setelah lelaki tua itu menunjukkan identitas usai menjamahnya seperti belasan tahun lalu, Hyoji segera paham atas segala kejanggalan yang terjadi selama ini, juga sekaligus menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang pernah terpatri dalam pikirannya. Semuanya jadi begitu jelas, kelewat jelas sekali sampai rasanya ia tak sanggup menerima fakta ini. Alasan mengapa ibu mertuanya bersikap sangat baik, karena keluarga Jeon telah merenggut kehidupannya. Memisahkan ia dan ibunya dengan cara yang paling kejam.

Dengan rasa kecewa dan murka yang membeludak di waktu yang sama, ia telah berteriak di depan Jungkook kalau ia ingin bercerai. Ia membenci fakta bahwa seseorang yang meneror dan menghancurkan hidupnya di masa lalu adalah ibu dan pamannya. Tetapi Jungkook justru keluar kamar dan kembali dengan revolver di genggaman. "Aku berusaha mencari tahu soal dirimu dan baru tahu sekarang. Kalau memang kamu ingin menghukumku atas apa yang tidak kulakukan dan tidak kuketahui, maka kamu boleh menghukumku dengan cara apapun. Barangkali kamu membutuhkan benda ini untuk hukumanku," katanya saat meletakkan revolver itu di pangkuan Hyoji. "Hukum aku dengan caramu, selama kamu tidak pergi dan percaya kalau aku di sini untukmu."

Bohong kalau Hyoji tidak terluka, tidak menangis dan depresi sepanjang malam dalam sepekan. Ia menunjukkan pada Jungkook sisi gelapnya, kacau dan patahnya dia. Hyoji beberapa kali menolak keras bila Jungkook mendekat. Menepis serta memukuli lengan dan dada Jungkook tiap kali dirinya disentuh atau saat Jungkook mengelapi tubuhnya dengan air hangat dan menggantikan pakaiannya.

Jungkook tidak merasa sakit meski seluruh tubuhnya dihantam membabi buta, selama Hyoji masih ada di sisinya. Ia hanya merasa sakit bila wanitanya terus-terusan berkata ingin pergi dan tak akan melihat Jungkook lagi. "Pergi, Jung! Pergi! Aku tidak mau melihatmu! Aku membencimu!" Kalimat yang sama selalu terucap diiringi tangis dan rintihan.

Pagi dan malam selalu terdengar keributan dari piring atau gelas yang dilempar ke lantai. Maka lelaki itu akan membersihkannya. Kalau Hyoji tertidur, Jungkook seringkali menempelkan irisan mentimun di atas kelopak matanya untuk mengurangi kantung matanya yang menghitam. Ia juga memakaikan lipbalm agar bibir wanitanya tidak mengering, juga terkadang menyisiri rambutnya yang lusuh dan memijati kakinya. Bila ada kesempatan, ia senantiasa mengecupi perutnya seraya berdoa agar mereka baik-baik saja.

Nyeri hati yang Jungkook rasakan tak lebih parah dari yang dialami istrinya. Ia hanya sedang berupaya untuk membuktikan bahwa dirinya layak untuk dijadikan tempat apa saja yang Hyoji inginkan.

"Aku sayang padamu, Hyo. Ternyata rasa takutku bukan cuma mendengar kamu berbicara ingin pergi, tetapi juga saat melihat kamu tidak baik-baik saja karena aku. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana supaya kamu mau memaafkanku dan mau aku peluk lagi," kata Jungkook di suatu malam saat Hyoji telah memejamkan matanya. "Aku mencemaskan kamu, Hyo. Sangat cemas. Aku merindukan kamu dan kita yang dulu. Aku ingin melihat kamu tersenyum dan menerimaku lagi, aku serius akan selalu ada untukmu. Kamu tidak akan percaya, kan? Tetapi aku sungguh akan melindungimu. Aku serius jatuh cinta padamu. Aku tidak mau kamu pergi. Aku takut kehilangan kamu."

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang