warning!!
Kehilangan memang jadi perkara paling menakutkan baginya. Tetapi siapa sangka bila jatuh cinta akan lebih menyeramkan dari yang ia duga. Cinta adalah perihal terumit yang sukar dimengerti. Sekarang boleh jadi benci, tidak ada yang tahu bila lusa akan terasa begitu sunyi saat seseorang memilih pergi. Waktu pertama kali bertatap muka dengan Jungkook, Hyoji merasakan benci yang teramat sangat. Terutama saat ia dikabarkan hamil dan hari-hari setelah pernikahan. Tetapi kini rasanya terbalik. Ia merindukan Jungkook bahkan satu menit setelah lelakinya mengecup kening dan beranjak tidur di sampingnya.
Hyoji merindukannya bahkan di alam mimpi sekalipun. Sampai ia terbangun di jam empat dini hari karena Jungkook terus memanggil namanya. Begitu kelopak matanya terbuka, Jungkook sudah berada di tepi ranjang mengusapi kedua pipinya. Hyoji tidak tahu apa yang terjadi, dia hanya merasakan dadanya begitu sesak.
"Kenapa menangis?" Ia menyingkirkan anakan rambut yang jatuh menutupi sebagian mata Hyoji.
"Menangis?"
Jungkook mengangguk. "Sampai tiga kali. Kau membuatku takut, Hyo. Perutmu sakit lagi?" manik yang memancarkan kecemasan itu lantas mengusap-usap perut Hyoji.
"Tidak sakit, Jung."
"Lalu kenapa menangis?"
Jungkook membutuhkan jawaban logis. Tetapi ia bahkan tak mampu memberi jawaban. "Aku tidak tahu, Jung," katanya lirih. Sementara netranya tak mampu beralih. Hyoji turut jatuh ke dalam matanya.
"Mimpi buruk lagi?" Netranya menyorot intens, memberikan perhatian penuh padanya.
"Tidak." Permukaan dadanya mendadak bertalu ngilu. Hyoji sudah berjanji pada diri sendiri untuk percaya pada lelakinya. Ia telah berusaha untuk melupakan kejadian di malam sialan itu. Ia juga sudah nyaris berhasil memusnahkan bayangan Yesi yang memeluk suaminya erat. Tetapi mengapa rasanya masih begitu menyesakkan dada?
"Hyoji...." Mengisi sela jemari Hyoji dan meremat tangannya. Jungkook tahu, Hyoji masih pada sikap keras kepalanya perihal memendam. Jadi ia berusaha untuk tak memaksa dan memahami tanpa harus mengerti, bukan?
"Aku tidak tahu kenapa jadi sulit mengontrol perasaanku." Hyoji menggigit bibir bawahnya, menatap Jungkook sayu. "Aku merindukanmu, Jung. Tiba-tiba. Tidak tahu kenapa."
Maniknya goyah, ucapan Hyoji menyentil ulu hatinya. "Kau sudah berani berkata rindu secara gamblang,Hyo." Ia tersenyum jengah. "Padahal aku selalu menemanimu. Hyoji, kau serius merindukanku?"
Hyoji tak segera menyahut, lantas si lelaki segera menarik wanitanya untuk didekap hangat. Tak peduli dengan isi kepala yang masih pening berkat menanam banyak dugaan yang tak kunjung selesai. Benar, bukan? Saat ini ia hanya perlu memaku seluruh atensi untuk istrinya. Sebab entah kenapa, ia merasa harus terus bersamanya sejak kedatangan Min Yoongi.
"Jung...." Hyoji menengadahkan kepalanya buat melihat wajah sang suami.
"Hm? Mau sesuatu?"
Hyoji mengangguk, tersenyum kemudian. "Aku ingin susu. Mau buatkan?"
Jungkook memiringkan kepalanya, seolah tengah berpikir keras. "Akan kubuatkan, tetapi beri satu ciuman." Jungkook menunjuk pipinya. "Setuju?"
"Tentu saja." Hyoji menarik tengkuk Jungkook dan segera mengecup pipinya. "Kalau begitu cepat buatkan." Si wanita menarik sudut labium, lalu mendekat lagi buat mengecup bibirnya dengan durasi lama. Sementara di sana, si Jeon dengan dadanya yang telah berdesir hangat sekaligus menegang telah kehilangan koneksi bernala. "Yang enak."
Beludak tawa menggoda nyaris diledakkan tatkala melihat raut wajah Jungkook memerah jengah dan mengangguk antusias. "Kalau enak, kamu harus berjanji untuk menurut padaku, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕
Fanfiction(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey --- Sejak awal, pernikahan mereka memang terasa bak terjerembab dalam lembah menyedihkan. Jeon Jungkook menikahi Shin Hyoji tanpa aba-aba yang...