Keduanya telah selesai saat langit tak lagi kelabu. Di bawah dekapan selimut dengan tubuh yang dimandikan peluh dan napas yang masih kembang-kempis, Hyoji menyingkirkan lengan Jungkook yang tertidur dan melarikan diri buat membersihkan diri terlebih dahulu. Kendati pergulatan tersebut telah usai sejam lalu, letupan dalam dada tak kunjung selesai. Semburat merah di pipi juga tak kunjung sirna, malah rasanya akan abadi berwarna di sana.
Jungkook memang sehebat itu membuatnya melayang. Apa itu tadi? Demi Tuhan aku menyukai raut wajahmu yang memerah matang saat kelepasan mendesah, Hyo. Well, maka bersiaplah sebab Jungkook akan membuat pipinya terus memerah begitu.
Hyoji memakai pakaian dengan cepat sebelum Jungkook bangun atau lelaki itu akan kembali menggodanya dan bisa jadi berujung dengan ... mandi bersama? Hyoji menggeleng kuat-kuat tatkala merasakan pipinya menghangat lagi. Sial!
Alarm ponsel Jungkook berdering, prianya bahkan tak berniat bangun untuk sekadar mematikannya. Sementara Hyoji menyingkap tirai jendela supaya pendar mentari masuk dan meggelitiki kelopak matanya. Reaksinya, Jungkook cuma melenguh dan kembali tidur membelakangi jendela. Mulanya Hyoji ingin membiarkannya, tetapi tatkala ia mengecek gawai miliknya, Namjoon mengirimi sebuah pesan.
Namjoon: Aku rasa semalam Jungkook berkerja sampai larut malam, jadi tolong ingatkan dia untuk tidak terlambat ke kantor karena anak magang akan melakukan presentasi jam delapan. Maaf merepotkanmu, Hyoji.
Ponsel telah diletakkan di atas meja rias, Hyoji sengaja mengeringkan rambut dengan hair dryer untuk membuat kebisingan. Lelakinya tak kunjung bangun bahkan ketika alarm kedua berbunyi lagi. Hyoji mematikan hair dryer lalu beranjak untuk mengambil ponsel Jungkook dan menempelkan benda tersebut tepat di telinganya.
"Hyoji...," gerutunya. Ia malah menyingkirkan benda tersebut dan menarik pergelangan tangan si wanita supaya mendekat.
Hyoji duduk di sampingnya, lengannya masih digenggam dan matanya yang masih mengatup. "Bangun, Jung. Mandi dan aku akan membuatkan sarapan untukmu."
"Nanti saja," suaranya lirih dan serak.
"Sekarang!" Ia menarik pergelangan tangannya. "Atau kau tidak boleh memegangku lagi!" Ancamannya malah dihadiahi tawa.
Jungkook bergerak lebih mendekat dan mendekap pinggul wanitanya. "Aku akan memelukmu kalau begitu," ujarnya masih tanpa membuka mata.
"Aku akan pergi kalau kau tidak membuka mata!"
Kelopak matanya bergerak dan perlahan terbuka. "Ini sudah. Jangan pergi."
"Bangun atau-"
Jungkook segera mengangkat kepala, Hyoji kira lelakinya akan bangun, tetapi malah menaruh kepalanya di pangkuan Hyoji dan memejamkan mata. Lagi.
"Jeon Jungkook!"
"Hmmmmm."
Menarik napas dan embuskan. Sepertinya ini pertama kalinya Jungkook susah dibangunkan. "Apa susahnya bagun sih, Jung?"
"Susah sekali, Hyo. Rasanya ada lem perekat di mataku."
"Terserah."
Well, bahkan untuk beberapa detik Jungkook tidak merespons dan malah terlihat sangat nyeyak tidur di pangkuannya. Hyoji memutuskan untuk menggunakan cara terlembut menurutnya. Ia mengusap kepala lelakinya dan memainkan rambut Jungkook. "Tidak bekerja?"
Jungkook menggeleng.
"Tetapi sayangnya Namjoon mengirim pesan padaku untuk mengingatkanmu kalau anak magang akan melakukan presentasi jam delapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕
Fanfiction(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey --- Sejak awal, pernikahan mereka memang terasa bak terjerembab dalam lembah menyedihkan. Jeon Jungkook menikahi Shin Hyoji tanpa aba-aba yang...