39; 3 AM

3.5K 731 364
                                    


Jungkook tak pernah merasa dipermainkan begini sebelumnya. Ia tak menyangka Hyoji serius dengan perkataannya. Sekalipun ia bandar alibi, meski telah seribu satu alasan dan bujukan, Hyoji tetap menginginkan es kelapa pukul satu dini hari. Jadi lelaki itu dengan rasa kantuk yang luar biasa tak bisa ditepis, membuntuti istrinya yang sudah meloloskan diri dari rumah menuju bagasi mobil. Beruntungnya pelukan dan kecupan Hyoji membuat netranya kembali segar dan menyanggupi kemauan wanita hamil.

Di dalam mobil, Jungkook berkali-kali mencoba menelepon Jimin perihal Hyoji yang meminta aneh-aneh saat itu. Tetapi Jimin tidak mengangkatnya, padahal biasanya lelaki itu belum tidur bila sedang menangani sebuah kasus. Yang Jungkook dengar, Jimin sedang menangani kasus produser musik yang menghilang selama tiga hari dan sempat meninggalkan pesan padanya berbunyi, 'Aku merasa ada yang menguntitku akhir-akhir ini, bila sesuatu terjadi padaku, tolong katakan pada artis kita untuk menyelamatkanku'.

Well, Jungkook juga tahu dari Hyoji. Dari pada itu, ia malah penasaran sejak kapan mereka saling berbalas pesan. Mengapa Jimin menceritakan pekerjaannya pada istriku? Jaksa Mini itu tidak sedang mencoba membuatku pening, kan? Begitu pikir Jungkook setelah Hyoji memberitahunya. Dan, tidak mungkin, kan? Ia harus meminta Hyoji memblokir nomor Jimin juga?

Mulanya Jungkook membiarkan, tak ingin memblokade wilayah istrinya. Jelas, toh masalahnya bukan di Hyoji, tetapi Park Jimin yang membuatnya dongkol. Di saat ia menelepon berkali-kali dan tak kunjung terjawab, di sampingnya Hyoji tengah tersenyum dan berujar, "Aku sudah bilang pada Jimin kita sedang menuju rumahnya."

Mengernyit, mencuri pandang pada layar ponsel istrinya. "Kamu sedang chatting dengannya?"

"Iya."

"Memangnya Jimin tidak sibuk?"

"Entah, dia cepat sekali membalas pesanku."

"Lantas Jimin membalas apa?"

"Dengan senang hati, katanya."

Tertawa sumbang, Jeon Jungkook cuma menatap Hyoji sekilas dan mengangguk samar. Lantas batinnya mulai mengumpat tidak jelas. Pantas saja panggilannya cuma jadi sampah notifikasi. Saat Hyoji lagi-lagi melirik layar ponsel, di luar kendali Jungkook malah menyeletuk, "Kalau aku memintamu memblokir kontak seseorang, kamu keberatan?"

Hyoji menoleh dan tersenyum, pandangi raut sulit pada fitur suami. "Kamu dulu sudah pernah bilang begitu, ya? Aku agak keberatan kalau harus melakukannya lagi. Tak masalah aku menolak, kan?"

Tak ada respons yang tepat untuk penolakan. Jungkook alhasil menganguk dan bersenadung selagi menuju rumah Jimin. Setelahnya tak ada percakapan atau basa-basi kuno seperti biasa. Ia mendiami Hyoji yang sesekali masih memusatkan atensi pada pesan Jimin.

Mengerti sikap suaminya yang kelewat bungkam, Hyoji jadi gundah sendiri dan merasa bersalah. Ia pikir tak masalah, sebab bukannya Jungkook juga saat itu tahu kalau ia dan Namjoon sempat menghabiskan waktu nyaris sejam di telepon?

"Sayang?"

"Hm?"

"Sedang merajuk, ya?"

"Aku sedang menyetir," sahutnya datar dan kembali menyenandungkan lagu bertajuk Half Moon.

Iya, tahu.

Lantas waktu berjalan begitu cepat. Keinginan Hyoji telah terpenuhi meski ia memuntahkan semuanya dalam lima detik setelah menghabiskan satu gelas kecil es kelapa susu. Ia kembali ke rumah jam setengah tiga dini hari, Jungkook langsung memejamkan mata selama lima belas menit dan terbangun lagi sebab Hyoji langsung memeluknya erat karena listrik mereka mendadak padam.

Jungkook langsung menelepon pusat dan menanyakan, "Apakah ada pemadaman atau apa?" tetapi tak ada. Ia meggandeng tangan Hyoji ke luar rumah untuk mengecek sendiri box listrik mereka dan sekalian membawa alatnya.

"Bisa lepaskan tanganku sebentar? Aku harus membuka penutupnya dan mengeceknya, Hyo." Well, bukannya melepaskan, Hyoji malah menggeggam tangan Jungkook semakin erat. "Kalau kamu begini bagaimana aku bisa mengeceknya?" Menghela napas, nyatanya tangan Hyoji malah bergetar. Pada akhirnya Jungkook membawa Hyoji ke hadapannya dan menyuruh wanitanya memeluknya selagi Jungkook mengecek. "Peluk aku yang kencang kalau masih takut."

Saat ia menyenteri box tersebut, ada kabel yang ternyata putus. "Kabelnya putus, Hyo."

"Bagaimana bisa?" Dengan vokal yang lirih dan suaranya juga bergetar.

Jungkook jadi bingung ingin menjawab bagaimana. Saat melihat penampakan box itu, ia tahu ada yang aneh. Ada jejak alat lain yang mencoba memaksa membukanya dan bekas kabel yang digunting. Saat Jungkook menyenteri sekitarnya, ia menemukan jejak tiga pasang kaki di lantai. Kalau mengecualikan jejaknya dan Hyoji, jelas ada satu orang lagi yang baru saja berada di rumahnya. Sialnya, tatkala ia mencoba meneliti jejak tersebut, pijakan kaki itu berasal dari dalam rumahnya.

"Jeon Jungkook...." Hyoji meremat punggung lelakinya. "Kenapa? Apa ada seseorang-"

"Tidak, Sayang." Jungkook mengusap bahu Hyoji guna memberinya ketenagan selagi ia memikirkan alasan. "Bekasnya seperti digigit hama." Ia menjeda, berpura-pura mengotak-atik. "Lihat, ada lubang kecil di sini. Pasti ulah tikus."

Jungkook kembali menyenteri lantai dan mengamati lagi jejak tersebut yang berakhir pada tiga puluh senti meter sebelum tembok pembatas samping rumah. Jantungya berdegup cepat saat menyadari bahwa jejak tersebut terbalik seolah datang dari sana.

"Hyoji, kamu harus istirahat, tetapi mungkin tidak akan bisa tidur dalam keadaan gelan begini. Jadi selagi aku memperbaiki ini, kamu mau pergi ke rumah Jimin sendiri dan istirahat di sana?" Jungkook memeluknya erat, mengusap-usap punggungnya. "Kunci mobilnya masih ada di saku, aku akan mengatarmu ke garasi."

"Kenapa tidak denganmu? Kamu bisa menelepon pusat untuk memperbaikinya."

Tidak bisa, Hyo. Sebab yang benar adalah, orang itu masuk melompati tembok dan pergi ke dalam rumahnya. Orang itu masih ada di sini. "Aku akan menelepon pusat dan menunggunya di sini."

Hyoji menurut setelah Jungkook membujuknya dan membuatnya percaya. Ia mengantar wanitanya ke garasi mobil dan berpesan, "Jangan berhenti di tengah jalan apapun yang terjadi, kamu harus sampai di rumah Jimin dan katakan padanya untuk meneleponku, ya?"

Hyoji mengagguk dan keluar dari garasi. Mencoba mengabaikan tatapan wanitanya yang terkesan sayu dan takut, ia tak punya pilihan lain selain membawanya pergi dari sini. Ia harus memanipulasi segalanya agar terlihat baik-baik saja dan tetap membuat istrinya aman.

Perasaan Jungkook kian antah-berantah saat mendengar Hyoji mengucapkan cinta padanya sebelum kaca mobil tertutup. Benar-benar menyesakkan dada melihat mobil itu keluar dari gerbang dan tak lama kemudian dadanya serupa dihantam batu saat bumi yang ia pijak bergetar bersama suara ledakan yang begitu kencang memekakkan telinga.

"BANGSATTTT!!!"

***

Kalo nyabet 200 komentar sebelum jam 3 pagi, aku langsung update lagi. Karena sebenernya satu chapter, tapi kayanya jadi panjang banget, makanya aku buat dua chapter.

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang