Pernah dengar ungkapan seorang wanita yang hancur? barangkali adakah kata yang lebih parah daripada sekadar hancur, rusak, atau luluh lantak dan lenyap? Hyoji ingin memakainya untuk hari ini. Sebagaimana ia yang merasa telah diremukkan jiwanya dalam sekejap. Hyoji melewatkan kesadaran sudah berapa lama ia berada di dalam kamar asing ini. Sebab setiap detiknya berjalan begitu berat dan lambat seakan ada tumpukan batu yang menggelayut di sana.
Dalam renungan panjang yang menyajikan seberkas memori pahit, batin babak belur, serta asumsi mengerikan yang menghadangnya di depan mata. Hyoji tak hentinya berharap setidaknya satu orang baik menemukannya sebelum ia benar-benar menjadi serpihan duka yang tinggal menanti binasa.
Dalam celah gorden jendela yang sedikit tersingkap, Hyoji menemukan seberkas pendar rembulan merekah kuning, menemaninya meresapi setiap ketakutan yang senantiasa merangkak menyayat kulit disaat semua makhluk hidup terasa bisu malam ini.
Seperti ditarik kembali pada tahun-tahun penuh kekelaman dan teror mencekam. Hyoji merasakan sekujur tubuhnya lemas dan bergetar. Ia tahu suasana cacat seperti apa yang sedang ia hadapi kali ini, jelas bukan seperti teror yang cuma sekadar menakut-nakuti. Malam ini, sesuatu yang paling buruk, yang sangat ia takuti, seolah sedang berjalan menujunya.
Praduganya kali ini tak melenceng. Ia merasakan seolah mata pisau sedang menggorok telinganya saat mendengar bunyi knop pintu yang berderit perlahan terbuka.
Presensi lelaki paruh baya dengan setelan mencolok mendekat, tersenyum sadis dan berdiri di samping ranjang.
Kang Seungmo.
Tubuh Hyoji mengerut. Bibirnya bergetar, takut. Keringat dingin yang menetes seperti jarum yang sedang menggelitiki permukaan kulit, merunjamnya. Rantai berkarat yang terikat di setiap sudut ranjang membuat pergelangan tangannya memerah bengkak, berdarah-darah sejak ia mencoba melepaskannya.
"Kau sudah menunggu lama?" Seungmo melepas jasnya, melemparkanmya ke lantai. "Suamimu, maksudku. Kau sudah menunggu suamimu begitu lama?" Seungmo tersenyum, duduk di samping Hyoji seraya mengelus lengan Hyoji dengan intim.
Kendati mati-matian mencoba menghindar, ia tak punya banyak tenaga setelah diculik pagi tadi. Suhu ruangan seolah merosot drastis dan menusuk telapak kakinya. Hyoji bahkan tak berani memandangnya, ia memalingkan muka seraya menggigit lidah, menahan panas di permukaan mata agar tak terkoyak dan pecah.
"Seharusnya kau menungguku saja. Mau kuceritakan sesuatu? Saat aku sedang bekerja, tiba-tiba sinyal memberitahukanku kalau tikus-tikus sudah berada di luar dan siap menyusup." Seungmo berdecak, tertawa kemudian. "Jeon Jungkook pikir aku bodoh dan tak tahu maksud kedatangannya ke Houston sama sekali, ya? Jadi setelah menanam bom dan hama-hama itu masuk, aku menutupnya dan pergi."
Tawa pria biadab tersebut selalu berhasil memukil gendang telinga dan menciptakan rasa takut yang berlebih. Lantas bagaimana dengan Jungkook? Bagaimana jika dia-tidak. Dada Hyoji nyeri luas biasa. Kepanikan menggerogoti setiap inci dari tubuhnya.
Seungmo lebih mendekat, menarik dagu Hyoji dengan keras agar ia bisa menikmati wajah cantik dan mempesona ini. "Kau membuatku semakin mencintaimu, gadis cantik. Kau membuatku bisa berpaling dari Dahyun Noona. Kau segalanya saat ini."
"Aku dengar, bom yang kutanam sudah meledak dan mari lihat apa yang akan aku panen. Mungkinkah bangkai-bangkai hama itu?" Seungmo mengusap peluh di pelipis Hyoji. "Pagi nanti akan aku beritahu padamu, nama-nama bangkai hamanya. Tetapi karena gosong, mungkin kau tak bisa membedakan suamimu yang mana."
Tidak. Tidak mungkin. Tidak.
Hyoji ingin menjerit andai lehernya tak gersang perih bak sebilah silet mengganjal pada kerongkongan. Ketakutan berhadapan dengan Seungmo ternyata tak sedahsyat rasa takutnya bila memang ia harus kehilangan Jeon Jungkook. Seketika air mata Hyoji yang masih sepanas air mendidih merembes deras, membasahi seluruh hatinya yang merindukan suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕
Fanfic(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey --- Sejak awal, pernikahan mereka memang terasa bak terjerembab dalam lembah menyedihkan. Jeon Jungkook menikahi Shin Hyoji tanpa aba-aba yang...