04:20 AM, SeoulJeon Jungkook mengenakan celana jeans dan jaket kulit hitam yang Hyoji belikan saat mengantarnya ke bandara, sedang berdiri di ambang pintu, memandanginya dengan segelas susu pagi seperti biasa. Hai, katanya sebelum beranjak menaruh susu tersebut di atas meja. Jeon Jungkook duduk di sampingnya yang sedang berbaring miring di atas rajang. Selamat pagi, wanitaku. Rasanya seperti sudah setahun tidak melihatmu, seolah kita memang berpisah selama itu, lanjutnya. Hyoji mampu merasakan hangat tangan lelaki itu mengusap kening dan menyisiri rambutnya dengan telaten. Hyoji tak menjawab apapun, ia cuma menangis tanpa sebab, atau, kehadiran Jungkook yang membuatnya menangis karena tak mampu menahan perasaan sepi dan perih yang membelenggu dirinya.
Ia menggenggam jemari Jungkook dengan erat seraya menggeleng, menolak suaminya beranjak dengan cepat. Aku akan pulang, Sayang. Aku akan pulang setelah semua ini selesai, imbuhnya dengan mata yang berair. Sementara Hyoji bangkit memeluk lengan Jungkook tatkala suaminya mencoba menguraikan genggaman tangannya. Aku akan menerimanya bila memang hidupku hanya untuk memutus deritamu selama ini. Aku akan berusaha mengerti seandainya kita tak lagi ditakdirkan bersama. Aku berjanji, jika kita bertemu di kehidupan selanjutnya, aku akan menjadi suamimu lagi. Aku akan memperjuangkanmu melebihi ini. Aku akan mencintaimu sebanyak yang kamu inginkan sampai usiaku tertutup lagi. Dan bila ada lagi sebuah kehidupan, aku akan meminta dirimu pada Tuhan. Aku ingin kamu selalu menjadi wanitaku. Aku berjanji. Jadi, tolong lepaskan, ya, Sayang?
Hyoji sudah menahannya sekuat yang ia bisa. Hyoji sudah menggenggamnya seerat yang ia mampu. Tetapi ketika Tuhan berkata lepaskan, maka tak ada lagi yang mampu menahannya, termasuk tangisnya yang kelewat nyata.
Hyoji terbangun karena ponselnya berdering nyaring. Seraya mengangkat pangilan dari sang suami, ia menyeka sisa air mata di pipi. Jeon Jungkook hadir lagi dalam mimpinya. Menyiksanya dengan kerinduan.
"Maaf karena mengganggu tidurmu, aku hanya ingin mengabarkan keadaanku di sini, aku baik-baik saja dan jangan cemas. Ah, iya, siang ini aku akan langsung ke Houston, Sayang. Ayahnya Namjoon sudah menjemput kami, padahal sebenarnya tidak perlu. Kamu tidur dengan nyenyak? kamu mendengarkan aku berbicara? Masih sangat mengantuk, Sayang?"
Hyoji mengusap dadanya lega saat mendengar suara yang senantiasa ia tunggu bila membuka ponsel.
"Iya, aku mendengarkan kamu, Jung. Aku istirahat dengan cukup. Aku tidak tahu harus menjawab bagaimana karena kamu berbicara terus." Hyoji mencoba tertawa pelan. "Terima kasih karena sudah memberitahu kabarmu."
"Aku akan menutup teleponnya, kamu bisa melajutkan tidur lagi. Dan, boleh kirimkan aku fotomu sekarang sebelum aku menutupnya? Kamu tidak mau mengaktifkan kamera, padahal aku sangat ingin melihat wajahmu."
"Kamu kira aku tidak tahu? Sebelum berangkat kamu banyak sekali mengambil gambarku saat aku tidur."
Jeon Jungkook tertawa di sana, sementara Hyoji terganggu dengan notifikasi panggilan yang lain, menunggunya. "Aku ketahuan. Itu karena kamu tidak mau difoto sama sekali. Kirimkan ya, Sayang. Aku tidak tahan harus merindukanmu begini."
Kalimat yang terakhir itu terdengar sendu di telinga Hyoji. Membuat satu goresan perih mengenai dadanya. "Jung, apa kamu pikir ini mudah untukku?" Apa kamu pikir aku percaya bahwa keadaanmu baik-baik saja di sana? Hyoji mengulum kedua belah bibirnya. "Aku juga sangat merindukanmu, aku ingin berlari dan memelukmu."
"Hyoji, aku akan pulang. Aku akan kembali padamu. Aku mencintaimu, Ji-yaa. Sangat mencintaimu."
Sampai di sana, sambungan telepon mereka terputus dengan berat. Setiap kali Hyoji mendengar suara Jungkook, rasanya ia merindukan lelaki itu lebih banyak dari sebelumnya. Semakin padat dan panas di permukaan netranya. Tepat kala itu juga, Taehyung kembali meneleponnya, berujar dengan suara yang serak, "Tolong Hyora, Hyo. Tolong maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕
Fanfiction(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey --- Sejak awal, pernikahan mereka memang terasa bak terjerembab dalam lembah menyedihkan. Jeon Jungkook menikahi Shin Hyoji tanpa aba-aba yang...