"Jeon Jungkook sedang ditahap mencoba mencintai dan Shin Hyoji masih berusaha mencoba melepaskan. Ini permulaan yang bagus untuk menghancurkan."
***
Memandang lurus pada cakrawala pekat dengan taburan bintang yang minoritas dari balkon ruang kerjanya, Jungkook mengantongi tangan kirinya seraya mendengarkan Namjoon di telepon-tengah membeberkan informasi terkait liburan tim artist yang sudah berakhir. "Kami sangat menikmatinya. Benar-benar liburan yang luar biasa. Kata Jian, sayang sekali kau dan Hyoji memilih tempat lain, padahal Jian ingin melihat lebih jelas dan berinteraksi dengan istrinya Bos Jeykey. Seulji juga bilang Jian ini penggemar beratnya Hyoji."
Jungkook tertawa pelan, ia sudah tahu. Ketika Jungkook undur diri terlebih dahulu saat Sohee melakukan presentasi. Ia meminta Namjoon untuk menyuruh Yeobin membuatkan teh, tetapi malah salah sebut nama. Begitu ia menyadari dan kembali lagi, kakinya terhenti di depan pintu sebab Jian berseru semangat, "Ini kesempatan! cepat telepon atau kirim pesan untuk Dokter Hyoji kalau Jeon Daepyo tidak enak badan. Astaga! aku harus tampil elegan dan menyambutnya di ruang resepsionis kalau beliau datang." Jadilah Jungkook membiarkannya.
"Ya, sepertinya begitu. Kau tahu, hyung? Saat Hyoji datang ke kantor membawa teh untukku. Kebetulan aku satu lift dengan Jian saat pulang, dia bercerita kesal dengan Sohee karena merebut dokumen yang seharusnya ia berikan untukku. Sohee merebut kesempatan emasnya untuk bertemu langsung dengan Hyoji. Lucunya saat itu kami sama-sama kesal dengan Sohee."
"Ah, aku ingat. Andai Jian yang datang, mungkin kau dan Hyoji tidak mendapat masalah serius. Aku penasaran, seseorang selalu punya alasan untuk menjadi seorang penggemar, kan. Alasan Jian?"
Jungkook terbengong, bukan karena ia menyetujui perkataan Namjoon perihal andai, tetapi karena alasan Jian. "Dia tahu kalau Hyoji selalu menyumbangkan uang gajinya untuk pasien yang kekurangan dana. Kakaknya bekerja sebagai office boy di rumah sakit itu, kebetulan dia selalu membersihkan ruangan Hyoji setiap hari. Jadi dia mendapatkan banyak informasi tentang Hyoji. Omong-omong, apa kau bisa mengatur jadwalku lagi? Aku sudah berjanji pada ibunya Yeobin lusa akan memulangkan dia."
"Akan kuatur ulang, tenang saja. Dan, apa kau baik-baik saja?"
"Huh?"
"Kau kira aku tidak sadar? Jika kau berbincang lama di telepon, itu artinya keadaan hatimu sedang tidak baik."
Jungkook sempat tercekat. Ia kembali ke dalam untuk menuangkan wine ke dalam gelas. "Ah, jadi kau sudah menduga."
"Kau hanya akan membicarakan sesuatu jika kita bertemu saja. Saat aku bertanya bagaimana liburanmu, lalu kau menjawab sekaligus melempar pertanyaan yang sama seolah ingin mendengar cerita dan melupakan sejenak apa yang tengah kau pikirkan."
Jungkook mengangkat gelas. Namjoon benar. Ketika pekerjaan tak lagi bisa mengalihkan fokus pada masalahnya, ia selalu ingin mendengarkan orang lain bercerita sebagai jeda atas lelahnya berpikir.
"Apa malam ini si red wine menemanimu?"
Sontak menurunkan gelas ketika bibirnya nyaris menyentuh. Ia lantas menjawab, "Ya, sedang bersamaku."
"Kalau red wine pilihanmu, apa alasannya karena wanita? Well, kurasa aku harus mengakhiri sambungan ini. Kalau memang pikiranmu sedang sepenat itu. Kusarankan, jangan terlalu banyak kalau tidak ingin bermasalah lagi."
"Kau tidak mau datang? Aku yakin kau akan menyukai wine-ku."
"Tidak, terima kasih. Lain kali saja kalau jamuannya Penfolds Grange Hermitag."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕
Fanfiction(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey --- Sejak awal, pernikahan mereka memang terasa bak terjerembab dalam lembah menyedihkan. Jeon Jungkook menikahi Shin Hyoji tanpa aba-aba yang...