6; Terror

9.4K 1.2K 130
                                    

"Kau gila, bodoh, idiot atau bagaimana?!" Jungkook menyentak. Sejujurnya ia ingin sekali menggunakan alibi kalau wanita-hamil-tidak-boleh-dibentak, tetapi itu tidak akan mujarab untuk seorang istri yang ketahuan telah digigit manusia lain. Ah, sayang sekali dia tidak bisa beralasan tanda merah itu ia dapatkan karena habis kerokan bersama seseorang. Jadi demi Tuhan, ia sudah berpikir macam-macam, seperti, bagaimana jika Jungkook mencukur botak rambutnya, memasukkannya ke dalam microwave, atau mencukur habis alisnya? Sialnya, pintu terkunci, jadi dia tidak bisa kabur. Melompat dari jendela? Tidak, dia sedang hamil, dia tidak mau anaknya menjadi Spider Man. Tetapi barangkali Jungkook mau?

"Bagaimana, ya? Aku bingung kalau disuruh menjelaskan." Jadi Hyoji memasang wajah sok sedih dan ketakutan, juga menundukkan pandang bercengkerama dengan lantai. Seperti anak kecil.

Sialnya, Jungkook juga memiliki kelemahan tidak bisa melihat wanita menangis. Ia waspada kalau sewaktu-waktu Hyoji memilih meraung menumpahkan air matanya.

"Biar kuberitahu, banyak orang yang tidak suka dan berusaha menjatuhkanku. Nasib buruk menikah denganmu adalah salah satu rencana mereka. Paparazi itu, adalah salah satunya. Bagaimana jika dia juga memata-mataimu, huh?!"

Heol! menyalahkan mereka, padahal itu karena dia sendiri yang mabuk.

"T-tidak, kok. Aku jamin tidak ada yang mengikutiku tadi," sanggah Hyoji.

"Sebelumnya maaf jika aku berburuk sangka denganmu. Pagi kau bilang mau bekerja, tetapi kau pulang membawa tanda itu. Apa begini pekerjaanmu?" Cibirnya.

Hyoji mendongak, menatap Jungkook nyalang, ia bahkan berjinjit demi menyorot netra Jungkook lebih dekat. "Kau bilang itu pekerjaan? Hey, Jeon! Kau pikir aku tidak tahu apa yang kau lakukan saat malam sebelum kita menikah? Maaf jika aku berasumsi tak kalah buruk sepertimu, apa kau ini sering mem-booking yang begituan?"

Jungkook tidak memberi ekspresi apapun. Ia tidak perlu terkejut jika Hyoji akan tahu soal itu, ia juga tahu, kok, siapa yang memberitahu Hyoji.

"Kau mau tahu? Dengan Yesi aku melakukannya. Aku rasa itu sah saja, karena statusku belum sah menikah denganmu." Karena Jungkook mengatakannya dengan santai seolah tidak merasa salah, Hyoji jadi gemas dan ingin menginjak kakinya lagi.

"Statusmu mau menikah!"

"Dan kau melakukannya setelah menikah! Jadi mana yang lebih salah?!" Sentak Jungkook, membuat Hyoji menciut kembali.

Dada Jungkook tiba-tiba bergemuruh, ada amarah yang merangkak naik, namun ia tahan sebisa mungkin.

"Dengan siapa?"

"Apanya?"

"Yang membuat tanda itu."

"Mantan kekasihku."

"Mantan kekasihmu tidak punya nama?"

"Punya tapi disembunyikan."

Jungkook mendecak. Sejak awal dia sudah menduga kalau wanita ini akan banyak menguji kesabarannya. Jadi demi mempertahankan wajah tampan agar tak cepat menua, dia memilih untuk tabah.

Menghela napas, lalu menetralisir degup jantungnya yang mana sejak tadi rasanya ingin meledak. "Aku tidak melarangmu mencintai siapapun, tetapi perilaku yang seperti itu sangat tidak baik." Jungkook menunjuk tanda merah itu melalui tatapan matanya, lalu pandangan itu naik berubah tajam tatkala netranya bertemu dengan milik Hyoji dalam sekali sentak. "Sadar tengah hamil anakku, tapi berbuat yang tidak-tidak dengan pria lain. Kau tidak merasa berdosa, Nona Hyoji?"

Ah, dia sebal sekali kalau lawan bicaranya sudah menyenggol soal dosa. Semua orang punya dosa, kok, tetapi tidak semua orang mau disinggung soal dosa yang pernah dilakukan. Kenapa, sih? Semua orang tidak saling menghargainya dengan menyembunyikan dosa orang lain yang mereka diketahui.

𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang