Hidden conversation
"Aku bahagia melihat dia juga bahagia."
"Hei, kemunafikan yang kuno. Aku tahu apa yang kau rasakan. Aku tahu kau mampu dan bisa mengambil hakmu."
Lepaskan satu tawa hambar serta menelisik lebih dalam pada sepasang netra yang ia kira memiliki pendar selembut dan seputih sutra. "Tidak lagi, aku menghargai si lelaki yang tengah menjaga wanitanya."
Mendengus muak. "Kau tahu aku bisa melakukan segalanya, bukan? itu artinya ketika kau berhadapan denganku, kau cuma memiliki pilihan hancurkan Jeon Jungkook atau hancurlah dirimu." Menarik sudut labium tatkala lawan bicara mengeraskan rahang. Ia berdiri dan yakin sekali predatornya kali ini tengah menerima misi. "Tolol sekali kalau cuma hidup untuk tersakiti. Berusaha bertahun-tahun dan berakhir merelakan."
***
"Maaf mengganggu sesi belanja bulananmu. Aku pikir kau sedang bersama Jeon Jungkook."
"Tidak apa-apa, kok. Jungkook mungkin sedang tidur makanya tidak menjawab teleponmu."
Nyatanya berbicara dengan Namjoon di telepon mampu mengusir rasa bosannya seraya menunggu kasir menghitung semua barang belanjaan.
"Jungkook biasanya akan berinisiatif menemanimu berbelanja, dia sudah sembuh, kan?"
Oh, Hyoji sudah lelah bagaimana mata rusa lelakinya selalu memperhatikannya dalam diam. Kemana pun Hyoji pergi, Jungkook selalu mengikuti dengan berbagai macam alibi. Bahkan saat Hyoji ke kamar mandi pun, Jungkook menantinya di luar sambil membaca buku. Hyoji tahu apa yang Jungkook cemaskan, maka dengan gamblang wanita itu berkata, "Jung, berhenti bersikap konyol, aku tidak berniat bunuh diri di saat kamu lengah. Kamu bahkan tidak mengizinkanku mendekati benda tajam dan membuang semua tali." Dilanjut dengan mengancam lelakinya sebelum ia berhasil berbelanja bulanan sendiri.
"Jungkook sudah membaik, kok. Tetapi dia tetap harus beristirahat total sebelum bertempur dengan pekerjaannya lagi."
Tawa pelan Namjoon terdengar merdu, sampai Hyoji spontan terbayang lesung pipi lelaki itu tersedot dalam. "Cuma trik murahan. Hyo, aku yakin sekali Jungkook tidak selemah itu. Aku tahu bagaimana dia yang berlagak lesu di depanmu padahal mampu mengangkat-angkat lemari, sofa, ranjang, bahkan mengangkat jabatan di belakangmu."
Menguar kekehan ringan saat dengar gurauan Namjoon. "Aku tahu, tetapi berlagak tertipu saja. Jungie kalau sedang sakit tidurnya seperti bayi."
Juga selama sakit terkadang menyebalkan di jam-jam tertentu. Bila tidur siang maunya terlelap di pangkuan Hyoji dan menyuruhnya untuk mengusap-usap kepalanya sampai lelaki itu tertidur. Pernah suatu kali Hyoji sudah bosan mengelus surai suaminya, ia hendak beranjak tetapi Jungkook malah merintih; Sayang, kepalaku sakit lagi. Ingin dipijat. Maka bila malam tiba, gantian Hyoji yang mengerjai Jungkook dengan dalih, "Aku sepertinya mengidam, deh. Ingin menjambak rambut kamu. Mau, ya? Daripada aku mencari lelaki yang mau mengorbankan rambutnya."
"Jungkook masih suka menghabiskan susu hamilmu, Hyo?"
Tercekat. Mendadak pipinya memerah. Menyadari Hyoji tak segera menyahut, Namjoon lantas memberi keterangan, "Well, Saeyoung terkadang bercerita apa saja bila kami sedang kehabisan bahan obrolan. Terkadang juga aib orang-orang jadi ikut terbawa-bawa." Dia tertawa. "Hei, aku tidak sedang menjelek-jelekkan kekasihku, ya. Cuma menanyakan kebenaran saja. Jungkook ternyata bisa bertingkah uwu. Aku terkadang merasa kurang romantis. Hyo, kenapa kalian menyukai pria romantis?"
"Bukan aibku lagian juga, tak masalah, Nam. Kau bisa menceritakan apapun padaku. Dan apa? pria romantis? Kami memiliki pandangan berbeda untuk itu. Aku paham maksudmu, tetapi jangan cemas. Saeyoung sering bercerita bagaimana dia selalu merasa gugup saat kau menggenggam tangannya, itu juga romantis menurutnya. Romantis dengan kadar yang pas."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕
Fanfiction(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey --- Sejak awal, pernikahan mereka memang terasa bak terjerembab dalam lembah menyedihkan. Jeon Jungkook menikahi Shin Hyoji tanpa aba-aba yang...