Ia terpaku pada sebuket bunga di atas meja. Ia kira cuma bermimpi saat rasakan presensi Taehyung berdiri di sampingnya dengan sebuket bunga di genggaman pada jam empat dini hari. Hyoji beranjak duduk dan raih buket tersebut beserta sebuah amplop merah marun di dalamnya. Secarik kertas terselip di sana.
Selamat pagi, Perempuan Hebat.
Kau harus menjawab baik-baik saja bila kutanyakan kabar. Sebab cuma itu jawaban yang ingin kudengar setelah aku (barangkali) menyakiti dan membuatmu bingung semalam.Aku terluka, tentu saja. Tetapi aku sadar bahwa ini semua tidak akan terjadi kalau di antara kita mematuhi tata krama mencintai. Aku yang berengsek berusaha merebutmu karena cinta yang masih tertinggal. Dan, perasaan yang tertinggal itu memang seharusnya tak dijemput kembali, bukan?
Merelakan. Aku harus menjalani pelajaran tersulit itu untuk kebaikanmu. Kebaikan kita.
Sebelum pergi ke lokasi shooting aku menyempatkan diri untuk menilikmu, ingin meminta maaf padamu atas keburukanku semalam. Tetapi tampaknya tidurmu nyenyak sekali, aku tidak tega membangunkan karena pasti kau melewati malam yang panjang dan berantakan. Aku paham rasanya. Lelah sekali, ya? Dan, karena tak bisa berbicara langsung denganmu, jadi aku menulis ini di sisimu sambil sesekali berhenti untuk memandangmu.
Aku akan memaklumi keputusanmu untuk menghindariku dan berhenti menghubungiku. Tetapi aku masih tidak tahu denganku.
Aku tidak bisa menulis macam-macam di sini karena cemas suratku akan memicu pertengkaran kalian, soalnya suamimu di depan pintu memantauku.
Have a nice day, Hyoji.
Taehyung.Sayang sekali, ia sudah memutuskan untuk tidak menghubungi Taehyung lagi meski masih banyak yang ingin ia katakan. Hyoji melipat kembali kertasnya dan dimasukkan ke dalam amplop kemudian menaruhnya di atas meja. Ia mengendus aroma parfume Taehyung yang menempel pada tulip putih. Sambil membayangkan lelaki itu duduk di sisinya menulis sebuah surat. Jantungnya nyaris berdesir pelan andai Jungkook tidak mendadak datang. Lelaki itu tiba dengan setelan jas rapi dan segelas susu di baki yang dibawanya.
"Terkagum-kagumnya nanti lagi, minum susu dulu." Jungkook mengambil alih buket itu dan menggantikannya dengan segelas susu.
"Apa Taehyung tadi datang?"
"Ya, aku memintanya untuk tidak mengganggu tidurmu." Ia meletakkan baki di atas meja dan menatap buket bunga itu.
Selagi Hyoji meminum susu, Jungkook amati bunga yang terangkai cantik tersebut. "Mawar merah, baby breath, tulip putih dan ... yellow carnation?" Jungkook melemparnya pelan ke atas meja dengan sedikit senyuman sinis. "Kau menyukainya?"
"Bagus, kok," ungkapnya tenang. "Biasanya dia cuma memberi sebuket mawar merah saja."
Tentu saja. Karena hari ini Taehyung mengungkapkan banyak sekali perasaan itu. "Aku pikir kau sudah tahu kalau bunga adalah sebuah ungkapan yang tersirat."
Setelah menandaskan susu dan meletakkan gelas di atas meja, ia menatap Jungkook seraya mengangguk. "Aku tahu, mawar merah itu berarti cinta, 'kan?"
"Ya, dia masih begitu mencintaimu meski tahu apa yang sudah terjadi." Jungkook mendekat buat membersihkan sisa susu di ujung bibir Hyoji dengan jempolnya. "Eum. Juga baby breath itu bisa dikatakan seperti cinta sejati yang tak akan berakhir."
Sorot kecemasan terpatri pada manik Hyoji selepas Jungkook mencoba untuk tersenyum hampa. "Ada banyak topik yang bisa kau bahas hari ini," katanya mencoba untuk mengalihkan.
"Dan salah satunya adalah kedatangan Taehyung pagi ini." Tangan lelaki itu merapikan surai berantakan wanitanya. "Pilihan bunganya sangat membuatku tidak nyaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕
Fanfiction(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey --- Sejak awal, pernikahan mereka memang terasa bak terjerembab dalam lembah menyedihkan. Jeon Jungkook menikahi Shin Hyoji tanpa aba-aba yang...