- AZ 1-

59.9K 1.3K 43
                                    

Karena saat ini alasanku untuk bahagia adalah keluargaku, tidak tahu jika Allah akan menambah alasan lainnya.

-ZAF-

✿✿✿

Azan subuh sudah terdengar beberapa puluh menit yang lalu, dan gadis itu sudah selesai melaksanakan sholatnya. Bahkan ia juga sudah selesai bermuroja'ah.

Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat empat puluh menit, dan ia sudah siap dengan pakaian gamisnya yang panjang berwarna navy dengan bercorak abu-abu.

Tak lupa pula jilbab lebarnya yang panjang yang hampir menutupi setengah tubuhnya, kaos kaki, dan juga kain yang menutupi setengah wajahnya atau biasa disebut dengan cadar.

Zahra Amiera Firdausi, gadis 19 tahun yang sudah memutuskan untuk bercadar sejak lulus dari sekolah menengah atas. Sekarang ia terdaftar sebagai mahasiswi di salah satu universitas Bandung dengan jurusan fashion design semester tiga.

Pada awalnya keluarga Zahra sempat mengintrogasi akan niatnya itu. Mereka bukannya melarang, tapi merka hanya khawatir jika niat Zahra itu hanya mengikuti tren sekarang. Dimana banyak perempuan-perempuan yang berhijab lebar bahkan sampai bercadar, namun banyak yang melanggar aturan agama. Seperti berpacaran dengan berkedok syar'i.

Namun, dengan tegas gadis itu mengatakan jika ia tak pernah berpikir seperti itu. Zahra sudah niat dalam hati sejak lama dan itu karena Allah.

Dan tentu saja keluarganya mendukung penuh keputusannya itu. Keputusan untuk menutup aurat dengan sebaik-baiknya, demi mengharap ridho Allah.

Ia selalu berdoa semoga ia tetap istiqomah dan tak tergoda akan rayuan setan.

Setelah selesai bersiap, Zahra dengan segera melangkah keluar kamarnya setelah mengambil tas mininya yang ada di kursi meja riasnya.

✿✿✿

"Assalamualaikum, pagi, Umi. Umi lagi masak apa?"

Wanita paruh baya yang sedang berkutat dengan roti dan selai itu, mendongakkan kepalanya saat mendengar panggilan dari anak perempuannya itu.

"Wa'alaikumussalam. Umi enggak sempet masak, Dek. Umi cuma nyiapin roti sama selai doang," jawab wanita yang dipanggil Umi tersebut.

Zahra yang sudah berdiri di sebelah Umi dengan cepat membantu menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

"Assalamualaikum, pagi semua." Sapaan itu membuat Zahra dan Umi yang sedang sibuk mengalihkan perhatian mereka ke sumber suara. Mendapatkan dua laki-laki yang berbeda usia tengah berjalan ke meja makan.

Umi menggelengkan kepalanya saat melihat laki-laki yang lebih mudah mengapit kepala Zahra, heran melihat kedua anaknya yang selalu bertingkah jika berdekatan.

"Astagfirullah, Aa. Abi, lihat Aa nih... nakal banget," adu Zahra kepada laki-laki paruh baya yang dipanggil Abi tersebut hanya menggeleng melihat keduanya.

"Dasar aduan jadi adek," ledek laki-laki tersebut setelah melepaskan Zahra lalu duduk di sebelah Abi.

"Habisnya A Thariq ngapain ketekin Ara, bau tahu. Kayak Aa tuh enggak mandi lima minggu," ucap Zahra.

Thariq yang mendengar itu melotot ke arah Zahra yang ia tebak pasti sedang mengerucutkan bibirnya. Jika saja gadis itu tidak memakai cadar, bisa dipastikan jika pipinya sudah dicubit-cubit oleh Thariq.

Thariq Hidayatullah. Kakak ketiga Zahra yang sekarang berumur 26 tahun, dan diusianya yang tergolong muda ini Thariq sudah menjadi dokter sekaligus dosen di universitas yang sama dengan Zahra.

"Sudah sudah, kalian ini ribut terus. Sekarang ayo makan, nanti kalian telat. Abi tahu Ara ada kuliah pagi ini dan Thariq ada operasi hari ini," ucap Abi yang tak dapat dibantah lagi.

Umi yang melihat keduanya terdiam mengulum senyumnya, sungguh gemas akan tingkah keduanya meskipun sudah dewasa.

"Ara, sana duduk. Biar Umi yang nyiapin, kita sarapan." Zahra hanya mengangguk kemudian duduk di depan Thariq yang sudah menatapnya dengan tersenyum juga tangan kanannya yang membentuk tanda peace.

Mata Zahra juga terlihat mengecil, mewakilkan dirinya yang tersenyum juga. Ia tahu jika kakaknya yang satu ini sangat menyebalkan, tapi ia juga tahu jika itu semua hanya untuk memberi warna di rumah ini yang terasa sepi setelah kedua kakaknya yang lain pergi.

Yang jelas, Zahra hanya berharap semoga keluarganya selalu diberkahi oleh Allah.

✿✿✿

Assalamualaikum semua:) gimana part pertama revisinya? Beda banget ya?
Hihihi, ini aku emang sengaja rombak habis-habisan part-part AMZAH.

Kenapa? Karena aku gak mau pembaca aku bingung sama alurnya, cukup satu atau dua pembaca aku yang komplain karena bingung dengan alur cerita AMZAH.

Jadi aku memutuskan untuk merevisi AMZAH secepatnya, meskipun sekarang aku sedang di detik-detik mau UN:)

It's okay, asalkan kalian nyaman dengan cerita aku:)

Ya sudah, cukup sekian untuk part ini. Jangan lupa vote dan komen:☽

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

AMZAH [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang