- AZ 18 -

9K 412 2
                                    

Aku masih belum siapa-siapa hingga bisa mengkhawatirkanmu melebihi keluargamu. Tapi setiap kesempatan aku selalu berdoa agar Allah mengizinkanku untuk menjadi orang pertama yang lebih mengkhawatirkan dan menyayangimu.

-MAS-

✿✿✿

Dua puluh menit yang lalu, Zahra dibawa ke rumah sakit Kasih Pertiwi milik keluarganya. Tentu saja kejadian Zahra pingsan membuat Yusuf, Thariq, serta Amar khawatir. Sebab, Yusuf yang tadi menangkap tubuh Zahra bisa merasakan hawa tubuh adiknya itu dingin.

Saat ini, mereka sedang menunggu di depan ruang IGD. Zahra dengan cepat diperiksa oleh salah satu dokter yang sudah dikontak oleh Thariq saat di perjalanan tadi. Baik Amar, Yusuf, dan Thariq, ketiganya terus membisikkan doa agar Zahra baik-baik saja.

Mata Thariq beralih pada perempuan hamil besar yang duduk di kursi tunggu tak jauh dari mereka. Ia baru menyadari jika itu adalah pemilik rumah yang tadi mereka datangi saat ingin menjemput Zahra.

Thariq menoleh pada Yusuf, lalu berkara, "Bang, perempuan itu..."

Yusuf melihat ke arah yang dimaksud Thariq, begitu pun dengan Amar. Dari yang mereka lihat, perempuan itu terus mengelus perutnya yang besar dengan mata terpejam sambil terus menggumamkan sesuatu.

Yusuf berdiri dan mengambil langkah menuju tempat perempuan tersebut. Sesampainya di sana dengan memberikan jarak, Yusuf mulai mengajak ia berbicara.

"Sebelumnya maaf, jika saya lancang untuk bertanya. Tapi, apa saya boleh tahu nama anda siapa?" tanya Yusuf membuat perempuan itu melirik sekilas lalu menunduk kembali.

"Naura. Naura Asyifa," jawab Naura.

Yusuf mengangguk. Ia melirik sebentar pada Thariq dan Amar yang dibalas anggukan kecil oleh keduanya.

"Saya tahu kejadian ini bisa membuat saudari Naura trauma, apalagi dalam keadaan hamil besar seperti ini. Tapi, untuk kebaikan anda dan juga adik saya Zahra, apa boleh saya tahu apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Yusuf kembali dengan lebih hati-hati.

Melihat keadaan Naura yang hamil besar dan pergi tanpa pasangan, membuat Yusuf tak ingin mengguncang mental ibu hamil tersebut jika bertanya dengan tidak hati-hati.

Beberapa saat tidak ada respon dari Naura. Lorong tempat ruang IGD yang sunyi, semakin senyap terasa. Wajar, karena saat ini sudah hampir tengah malam.

Setelah terdiam beberapa menit, Yusuf dapat melihat Naura yang mengangguk pelan. Masih dengan tangan yang mengelus perutnya, Naura mengangguk perlahan pertanda ia setuju untuk menjelaskan kronologi kejadian.

Saat Naura akan berbicara, suara derap langkah sepanjang lorong mengalihkan pandangan keempat orang yang ada di sana. Ternyata, itu ada keluarga Zahra beserta keluarga Amar yang datang.

"Yusuf, Nak, bagaimana keadaan adik kamu? Zahra baik-baik saja kan?" Umi Maryam langsung menyerbu Yusuf dengan tergesa, melihat itu Abi dan Thariq mencoba untuk menenangkan beliau sebelum menceritakan kejadian yang sebenarnya.

Thariq membawa umi untuk duduk lalu menenangkannya. Yusuf beranjak menuju Fatimah yang sudah menatapnya khawatir, juga sesekali wanita itu melihat ke arah Naura yang tertunduk sambil mengelus perut besarnya.

"Sayang," panggil Yusuf seraya memeluk istrinya sekilas. "A, Zahra gimana?" tanya Fatimah setelah pelukan mereka terlepas.

"Masih ditangani sama dokter Wanda. Tadi, pas aku dan yang lainnya sampai di lokasi tempat Zahra, dia tiba-tiba pingsan. Karena khawatir aku belum tahu cerita pastinya gimana, dan langsung bawa Zahra ke rumah sakit."

AMZAH [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang