Jika memang kamu ingin mencintai makhluk-Nya, seharusnya kamu lebih dulu mencintai penciptanya. Karena apa pun yang kamu lakukan, jika Allah tidak meridhoi, semuanya akan sia-sia dan merugikan.
-ZAF-
✿✿✿
"Kamu?! Kamu bukannya ibu hamil yang saya bantu tadi?" tanya Zahra sambil mendekat pada perempuan yang ternyata orang berada di depan kamar yang ditempatinya.
"Iya, Teh. Saya tadi yang Teteh bantuin pas di cafe, sekarang kita ada di rumah saya. Maaf sebelumnya karena saya tidak minta izin dulu, soalnya saya juga panik pas Teteh pingsan di depan setelah nganter saya pulang," jelas wanita itu.
Zahra yang tadinya merasa khawatir karena tidak tahu berada dimana, merasa sedikit lega. Matanya memandangi sekeliling. Rumah yang berkesan minimalis ini terasa sangat sunyi, Zahra menebak jika hanya ada mereka saja di sini.
Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh Zahra, perempuan hamil tersebut tersenyum lagi. "Saya memang tinggal sendiri, Teh. Suami saya sudah terlebih dahulu menghadap Allah dua bulan yang lalu, sedangkan orang tua saya sedang balik ke rumah mereka untuk mengurus beberapa urusan. Jadi, untuk sementara saya tinggal sendirian."
Detik itu juga, Zahra merasakan simpati terhadap wanita hamil tersebut. Melihat dari perawakannya, Zahra mengira jika wanita tersebut lebih muda darinya.
"Innalilahi wa innailaihi roji'un. Maaf kalau gelagat saya membuat kamu tidak nyaman atau menyinggung kamu," sesal Zahra. Perempuan di depannya menggeleng sambil tersenyum lagi.
"Tidak apa-apa, Teteh. Oh iya, nama saya Naura. Naura Asyifa."
Naura mengulurkan tangannya yang disambut dengan hangat oleh Zahra. "Saya Zahra, Zahra Amiera Firdausi. Maaf jika saya malah merepotkan kamu, padahal seharusnya saya yang membantu kamu tapi malah saya yang menyusahkan kamu."
Naura lagi-lagi menggeleng, sejujurnya ia juga berterima kasih kepada Zahra yang sudah membantunya padahal mereka sama sekali tidak kenal. Bahkan gadis itu mengantarkan ke rumah sakit serta mengantarnya pulang sampai ke rumah. Namun, tadi Naura sempat panik saat Zahra akan pamit pulang tapi tiba-tiba gadis itu pingsan di depan rumahnya.
"Tidak, Teh. Harusnya saya berterima kasih kepada, Teteh. Kalau saja saya tadi tidak di tolong, saya tidak tahu bagaimana nasib saya serta anak saya," tutur Naura sambil mengusap perutnya yang sudah besar.
"Sama-sama, Naura. Saya juga tidak tega melihat seorang perempuan yang sedang hamil kesakitan, tapi tidak ada yang membantu. Alhamdulillah, anak kamu baik-baik saja. Semoga lancar sampai persalinan," sahut Zahra.
Setelahnya Naura mengajak Zahra ke untuk makan bersama, takut jika alasan Zahra pingsan tadi karena perut kosong. Selama Zahra pingsan tadi pun, sebenarnya Naura ingin membuka cadar Zahra untuk memastikan gadis itu pucat atau tidak. Namun, sekali lagi ia takut jika tidak meminta izin terlebih dahulu. Akhirnya, Naura hanya membiarkan dan memilih untuk memasak agar bisa makan bersama Zahra saat gadis itu sadar.
Awalnya Zahra menolak secara halus, tapi saat tahu jika Naura memasak untuknya dengan keadaan hamil besar, akhirnya Zahra pun mengiyakan.
Selama makan bersama, mereka hanya mengobrol beberapa hal tentang diri masing-masing. Dan benar saja tebakan Zahra, Naura lebih mudah setahun darinya. Perempuan itu menikah saat berusia 17 tahun, namun sayangnya diusianya ke 18 Naura harus ikhlas ditinggal sang suami.
Tapi, Zahra merasa ada yang mengganjal di hatinya. Merasa ada yang kurang, Zahra mencoba untuk mengingat. Setelah beberapa saat berpikir, detik berikutnya ia langsung beristighfar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMZAH [Selesai]
Spiritualecr cover from pinterest : cover story (@covermy002) & watermelon_ (@iniristiani259) ______________________________________ Ini kisah sederhana dari seorang gadis bernama Zahra Amiera Firdausi. Setelah berusaha melupakan kenangan pahit masa lalu, Zah...