Haruskah aku kembali membuka hati dan melupakan luka yang lalu?
-ZAF-
✿✿✿
Dua hari setelah malam itu, zahra melakukan kegiatannya seperti biasa. Ke kampus, perpustakaan, menyelesaikan tugas, dan pulang ke rumah. Semuanya terlihat normal seperti biasanya.
Namun, ada satu yang berbeda. Satu pikiran menambah jumlah hal yang harus dipikirkan oleh Zahra, bahkan hal itu secara tiba-tiba menjadi prioritas untuk ia pikirkan.
Muhammad Amar Syahid. Laki-laki yang merupakan junior Thariq, sekaligus dosen fakultas seberang, dengan niat yang baik mengajaknya untuk melaksanakan ibadah terhadap Allah, yaitu pernikahan.
Malam itu, setelah Amar menyelesaikan pertanyaannya, Zahra terkejut bukan main. Bahkan ia yakin, jika Fitri tifak kalah terkejut akan hal itu.
Zahra bukannya ragu akan niat lelaki itu, namun ia ragu akan hatinya yang masih merasakan sakit akan luka yang lalu.
Ajakan itu pernah ia dapatkan sebelumnya, bahkan hampir melaksanakannya. Namun, semua itu berakhir dengan luka menganga pada hati Zahra. Bahkan, akibat kejadian itu ia hampir mendapatkan trauma yang menggangu mentalnya.
Malik Al-Kadri. Nama lelaki yang pernah menjadi calon suami Zahra, namun berakhir menjadi penjahat yang mencabik perasaan Zahra. Dan akibatnya, dengan rapat gadis itu menutup pintu hatinya seraya berniat untuk menyembuhkan luka dalam yang ia dapatkan.
Dan sekarang, pintu yang tertutup rapat itu kembali mendapatkan tamu yang meminta izin agar dibukakan dan membiarkannya masuk lalu menetap. Namun, keraguan masih menjadi penghambat untuk tamu itu masuk.
Idris yang sejak tadi memperhatikan Zahra yang melamun, padahal si kecil Faiz yang merupakan anaknya sejak tadi berusaha menggapai tangan Zahra yang memegang mainan kerincing.
Seakan tahu apa yang menjadi pikiran sang adik, Idris akhirnya menghampiri Zahra sekalian berniat menjadi tempat keluh kesah sang adik.
"Ara..."
Panggilan itu membuyarkan lamunan Zahra. Gadis itu tersentak saat merasakan kepalanya di elus lembut oleh sang kakak.
"Kang Id," gumam Zahra. Ia kembali membunyikan mainan kerincing yang ada di tangannya sehingga membuat si kecil Faiz tertawa lucu.
Zahra mencoba untuk tidak terlalu memikirkan masalah itu terlebih dahulu. Saat ini ia hanya ingin menenangkan dan mendinginkan pikirannya, meskipun hanya sebentar.
"Akang tahu apa yang Ara pikirkan sekarang," ucap Idris membuat gerakan tangan Zahra berhenti. Gadis itu memilih untuk memberikan mainan yang ada di tangannya pada Faiz untuk dimainkan.
Zahra tahu, sekarang ia membutuhkan tempat untuk bisa mencurahkan kegelisahannya setelah malam itu. Ia membutuhkan nasehat agar tak salah dalam memutuskan, dan Idris sudah peka akan kesulitannya.
"Ara, bukannya meragukan niat dari kak Amar, Kang. Dengan percaya pada Allah, keyakinan a Thariq, serta penilaian umi abi, Ara tahu jika kak Amar merupakan laki-laki yang baik. Namun masalahnya bukan pada kak Amar, melainkan pada hati Ara."
Idris dengan sabar mendengarkan setiap perkataan yang keluar dari bibir Zahra. Ia yakin, dibalik cadar adiknya itu, bibir Zahra pasti bergetar menahan tangis.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Zahra. Apalagi ada sesuatu yang tidak mengenakan hatinya, atau pun berada dalam situasi yang membuatnya takut dalam bertindak, adiknya itu akan berbicara dengan suara yang bergetar serta mata yang mulai berembun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMZAH [Selesai]
Spiritualcr cover from pinterest : cover story (@covermy002) & watermelon_ (@iniristiani259) ______________________________________ Ini kisah sederhana dari seorang gadis bernama Zahra Amiera Firdausi. Setelah berusaha melupakan kenangan pahit masa lalu, Zah...