- AZ 23 -

8.8K 383 0
                                    

Masalah yang terus berdatangan bukan berarti tidak ada penyelesaian. Ini hanya sekian dari bentuk ujian yang diberikan sang Khaliq pada setiap hamba-Nya.

- unknow -

✿✿✿

Esok harinya. Dengan sudah mengantongi izin sang suami dari hasil debat dan serangan bujukan, Fatimah datang menemui Malik.

Saat di depan meja resepsionis Nusanta Company, Fatimah menunjukkan sebuah kartu pada kedua resepsionis yang bertugas. Setelah memperlihatkan itu, salah satu resepsionis secara langsung mengantarnya ke sebuah lift yang terlihat berbeda dari yang lainnya.

Fatimah melirik sang resepsionis menekan angka lantai 5. Bukan lantai teratas. Namun, Fatimah bisa menebak jika satu lantai tersebut khusus untuk ruangan CEO. Hal itu terbukti saat ia keluar dari lift dan mendapatkan suasana yang lebih sepi dari lantai dasar.

"Silakan, Bu Fatimah. Anda bisa mengkonfirmasi kepada sekretaris pribadi beliau, saya hanya bisa mengantarkan sampai di sini," ucap resepsionis tersebut dengan sopan.

"Terima kasih. Kamu bisa kembali bekerja."

Setelah kepergian resepsionis itu, Fatimah melangkahkan kakinya menuju meja yang terdapat di depan sebuah ruangan.

"Assalamu'alaikum, permisi."

"Wa'alaikumussalam. Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Fatimah cukup tenang dengan respon sekretaris perempuan itu. Setidaknya, Malik tidak asal mempekerjakan orang.

"Saya Fatimah Humairah. Salah satu pemegang saham di perusahaan ini, sekaligus saudari perempuan CEO Malik Al-Kadri. Apa bisa saja bertamu sekarang?"

Terlihat kentara ekspresi terkejut perempuan itu. Sudah pasti, karena selama ini Fatimah bisa dikatakan sangat-sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah datang ke perusahaan.

"Maaf Bu, saya tidak tahu. Baik, akan saya sampaikan terlebih dahulu pada pak Malik."

Tidak butuh waktu lama, pintu ruangan yang tadi dimasuki sekretaris tadi kembali terbuka. Tapi dengan sosok yang berbeda.

"Kakak?"

✿✿✿

"Alhamdulillah, Dek. Akhirnya kamu boleh pulang juga."

Zahra tersenyum mendengar celetukan Thariq yang sedang membawakan tas yang berisi pakaiannya.

Saat ini, Zahra yang ditemani umi, Thariq, dan Fitri sudah diperbolehkan pulang. Sambil dituntun oleh Fitri dan umi, Zahra mengikuti Thariq yang berjalan di depan mereka yang sekaligus membukakan pintu.

"Iya, Ra. Alhamdulillah banget kamu udah dibolehin pulang. Tahu enggak sih, di kampus aku kesepian banget enggak ada kamu. Mau ke kelas selalu sendiri, ada sih Tari sama Yumi yang nemenin, cuma kan aku sama mereka cuma sama di satu kelas doang," tutur Fitri dengan ekspresif.

Zahra terkekeh mendengar gerutuan sahabatnya itu, rasanya sudah lama tidak mendengar ocehan Fitri. Padahal setiap hari ia selalu dibesuk oleh sahabatnya itu.

"Maaf ya, bikin kamu kesepian. Tenang aja, lusa aku udah boleh masuk kok. Iya kan, Umi?"

Umi mengangguk. "Benar. Makanya hari ini sampai besok, Zahra harus istirahat penuh. Biar lusa udah bisa beraktivitas seperti biasa."

Setelah masuk, Zahra meminta Fatimah untuk membawanya ke ruang tengah saja. Sedangkan Thariq terus ke kamar Zahra untuk meletakkan barang-barang adiknya itu, diikuti oleh umi yang berjalan menuju dapur.

"Ngomong-ngomong, Fit. Tugas selama aku izin gimana?" tanya Zahra memecah keheningan.

"Soal itu kamu tenang aja. Aku dan A Thariq udah jelasin soal keadaan kamu ke ketua prodi, jadi untuk tugas-tugas kamu bisa langsung konfirmasi ke dosen pas masuk nanti. Tenang aja, ada waktu kompensasinya kok," jawab Fitri.

"Wah, makasih loh Fit. Maaf jadinya ngerepotin kamu," sahut Zahra. "Santai-santai, kayak sama siapa aja kamu."

Keduanya terus berbincang dengan Thariq yang sudah kembali ke ruang tengah serta umi yang datang membawa nampan berisi minuman serta dua toples cemilan.

Obrolan keempatnya terhenti saat mendengar suara bel serta salam dari luar. Thariq dengan refleks langsung berdiri dan melihat siapa yang datang. Ternyata Idris serta istri dan anaknya yang datang.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabaratuh."

Balasan salam terdengar diiringi Idris dan Khadijah yang menyalami umi. Serta Zahra, Thariq, dan Fitri yang bergantian menyalami keduanya.

"Ya ampun, Ra. Alhamdulillah kamu udah boleh pulang. Maaf banget pas kejadian Teteh enggak di sini," ujar Khadijah setelah mendudukkan dirinya di sebelah adik ipar.

Idris yang menggendong sang anak pertama, tersenyum lembut melihat interaksi keduanya. Ia juga membenarkan perkataannya istrinya.

Saat mengetahui kabar kejadian yang menimpa Zahra, Idris merasa tidak tenang. Meskipun ia percaya kepada kedua adik laki-lakinya, tetap saja ia khawatir akan kemungkinan trauma Zahra yang kembali.

"Enggak apa-apa, Teh. Semua kan sudah kehendak Allah, kita juga enggak tahu kan apa yang akan terjadi sama kita kedepannya. Lagian sekarang Ara udah baik-baik aja, lusa juga udah boleh masuk buat ngampus," ujar Zahra menenangkan Khadijah yang masih terlihat cemas.

"Akang juga khawatir sama kamu, Ra. Zaid bahkan sampai nanyain kamu terus loh, Ayuma juga kayaknya khawatir sama auntynya."

Senyum tak luntur dari wajah Zahra seraya menatap dua anak kecil yang saat ini tertidur di pangkuan kedua orang tuanya. Zaid sang keponakan pertama yang bersandar pada Idris, dan Ayuma yang menggeliat kecil di pelukan sang kakak ipar.

"Gak papa, Kang. Ara sekarang baik-baik aja kok, jadi enggak perlu khawatir lagi."

✿✿✿

Kepalan tangan yang mengerat menjadi bukti kegelisahan yang dirasakan oleh seorang Zidan. Pikirannya kacau sejak beberapa menit yang lalu, saat sebuah pesan mengatakan jika semua rencananya selama ini sudah diketahui seseorang.

Tanpa berpikir pun, Zidan dapat mengetahui siapa yang sudah mengirimkan pesan itu. Hal itu membuatnya semakin tidak tenang, ditambah dengan ketidaktahuannya tentang kondisi Zahra sejak beberapa hari yang lalu. Bahkan, keberadaan Naura yang sudah ia pantau sejak kejadian malam itu tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak.

"Aku tidak bisa terus-terusan diam seperti ini, aku harus melakukan sesuatu. Aku harus memikirkan rencana selanjutnya, aku harus—"

Tiba-tiba gumamannya berhenti saat terlintas sebuah suara di pikirannya.

Apa yang sebenarnya kamu tuju, Zidan?

✿✿✿

Assalamu'alaikum semuaaa!!

Satu kata untuk chapter ini dong!
Don't forget to vote and comment ❤️

See you next chapter 🦋

Wassalamu'alaikum.

AMZAH [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang