- AZ 16 -

9.1K 470 6
                                    

Cinta adalah ketika kamu lebih mendahulukan cinta pada penciptanya dari pada ciptaan-Nya.

-MAS-

✿✿✿

"Nak..."

Amar yang baru saja menyelesaikan doanya, memutar tubuhnya menghadap sang bunda yang memanggilnya. Ia bisa melihat wajah khawatir sang bunda, dan tentu saja beliau mengkhawatirkan kabar yang ia bawa pulang beberapa jam yang lalu.

"Kenapa, Bun?" tanya Amar setelah wanita yang disayanginya itu duduk di sampingnya dengan sesekali mengusap pundaknya.

"Sudah beberapa jam, apa ada kabar perihal Zahra?" Amar menggeleng untuk menjawab pertanyaan sang bunda.

Sepulangnya dari kediaman keluarga Zahra tadi, Amar langsung menghubungi kakak iparnya untuk membantunya. Dikarenakan Fikri merupakan salah satu agen khusus di kepolisian atau biasa disebut detektif. Setelah mengkonfirmasi jika iparnya tak sibuk, Amar meminta tolong untuk bisa membantu dalam pencarian Zahra yang saat ini diduga telah di culik.

Kemudian, setelahnya Amar menghubungi Irsyad untuk meminta bantuan agar bisa menyewa beberapa orang untuk menyelidiki hilangnya Zahra. Bukannya ia tak bisa menyerahkan kasus ini pada polisi, hanya saja Amar tak bisa tinggal diam saat perasaannya merasa tak enak ditambah dengan tak tega akan keluarganya dan keluarga Zahra yang khawatir.

"Untuk jelasnya, belum diketahui Bunda. Cuma tadi Irsyad menghubungi Amar, dia bilang jika cctv di cafe tempat Zahra dan temannya berkunjung sudah ada petunjuk dan ekarang sedang diselidiki lebih lanjut," jawab Amar.

Bunda yang mendengar hanya bisa menghela nafas. Meskipun hanya bertemu dua kali, tapi bunda sudah merasa cocok dengan Zahra. Saat diajak mengobrol, Zahra dengan sopan dan berhati-hati menjawab setiap pertanyaan yang ia lontarkan. Bahkan tak sedikit hal dari Zahra yang membuat bunda ingin menjadikan Zahra menantu secepatnya.

"Bunda khawatir, Am. Zahra anaknya baik, bunda gak rela kalau Zahra kenapa-kenapa. Baik bunda atau keluarganya juga pasti mikir begitu," isak bunda seakan putus asa karena tak jua mendapat kabar baik soal Zahra.

Amar yang mendengarnya dengan segera merangkul sang bunda. "Istighfar, Bun. InsyaAllah, Zahra selalu dilindungi oleh Allah. Kita doakan semoga dia baik-baik saja dan pencarian ini secepatnya bisa membuahkan hasil. Yakin sama Amar, Allah akan mendengarkan doa hamba-Nya kapan pun dan di mana pun."

Perlahan isakan bunda mereda. Dengan sesekali mengehela nafas panjang, beliau beristighfar dan berdoa agar Zahra selamat. Dirasa sudah tenang, Amar melepaskan rangkulan pada bundanya dan berganti menggenggam tangan beliau.

"Bun, habis ini Amar izin keluar ya? Sebelumnya kedua kakaknya Zahra sudah sepakat untuk ikut bergabung dalam pencarian, karena kakak pertamanya masih berada di luar negeri dan sedang mengurus kepulangan, Amar berinisiatif untuk menggantikan beliau," tutur Amar.

Bunda mengangguk mengizinkan. Dengan tangan kanannya, bunda mengusap-usap kepala sang anak dengan lembut. Kemudian beliau berkata, "ini juga permintaan Bunda, Am. Tolong selamatkan calon menantu Bunda, jangan pakai alasan menggantikan tapi lakukan dengan peran kamu sendiri. Bunda minta tolong ya, Nak?"

Mendengar suara bergetar sang bunda, Amar segera memeluk wanita paruh baya tersebut. Meskipun tidak mengikrarkan janji, tapi Amar bertekad untuk tidak berhenti sebelum Zahra ditemukan.

Disaat Amar dan bunda berpelukan, Aisyah datang dari luar dengan mengetuk pintu kamar Amar yang terbuka saat bunda masuk tadi. "Am?" panggilnya.

Amar melepaskan pelukannya dan menoleh pada kakaknya tersebut. Bahkan Aisyah yang baru sebentar berkenalan dengan Zahra, sampai menangis hingga matanya sembab. Awalnya hanya terkejut, tapi setelahnya Fikri yang terkejut karena Aisyah tiba-tiba menangis histeris karena khawatir plus pengaruh hormon ibu hamil.

AMZAH [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang