- AZ 14 -

9K 399 12
                                    

Jika kita memang ditakdirkan untuk berjodoh, mau sekeras apapun orang lain untuk memisahkan kita. Kamu dan saya akan tetap bertemu dan bersatu dalam ikatan takdir.

-MAS-

✿✿✿

Irsyad yang baru ingin melanjutkan laporan mengenai kerja sama dengan perusahaan lain, terpaksa terhenti saat handphone Amar berbunyi

"Ah, maaf, Syad. Aku angkat telfon dulu," izin Amar yang diangguki oleh Irsyad dengan senang hati.

"Assalamualaikum, bang Yusuf."

Beberapa saat menunggu, Irsyad dibuat sedikit khawatir dengan perubahan air muka Amar setelah mengobrol dengan seseorang bernama Yusuf.

"Apa, bang?! Innalilahi. Baik bang, Amar akan ke sana sekarang."

Setelah mengakhiri dengan salam, Irsyad dibuat bingung dengan Amar yang tiba-tiba berdiri dan keluar ruangan dengan tergesa. Merasa ada yang tidak beres, Irysad mengikuti di belakang. Bahkan sampai memasuki lift, Amar terlihat gelisah bukan main.

"Irsyad, untuk hari ini kamu tolong pulangkan karyawan lebih awal. Karena ada masalah yang sangat penting, saya tidak bisa di kantor sampai jam pulang biasa. Jadi, saya mohon bantuan kamu. Saya duluan. Assalamualaikum," pamit Amar yang kemudian berlari keluar lift. Hal itu menarik perhatian karyawan yang heran melihat atasan mereka berlarian seperti orang panik.

"Wa-wa'alaikumussalam. Sebenarnya ada apa ya?"

✿✿✿

Zahra membuka matanya dengan sesekali mengernyit karena kepalanya yang terasa sakit. Di balik cadar maroonnya, bibir gadis itu meringis dengan tangan yang memijit-mijit pelan kepalanya.

Dengan pandangan yang masih samar-samar, tapi Zahra dapat mengetahui jika ia melihat langit-langit ruangan. Ia juga merasa, jika saat ini dirinya terbaring di tempat tidur.

Zahra mencoba untuk mengingat kembali apa yang terjadi, tapi yang ia ingat terakhir kali adalah saat sedang menolong ibu muda yang hamil besar untuk pergi ke rumah sakit. Namun, setelah menaiki taxi untuk menuju RS ia tak mengingat apapun lagi. Selain rasa perih di lengan atas kirinya.

Perlahan, gadis itu bangkit untuk duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Merasa tubuhnya lemah, Zahra jadi tak bisa banyak gerak. Pandangannya memerhatikan sekeliling ruangan, dan ia sangat terkejut sekaligus takut saat sadar jika ini kamar seorang laki-laki.

Hal itu terlihat nuansa manly yang terdapat di kamar itu, bahkan suasana yang redup dan gelap semakin membuat Zahra merinding. Dalam hati, Zahra terus memohon perlindungan dari Allah agar dijauhkan dari hal-hal yang buruk.

"Ya Allah, jauhkanlah hamba dari marabahaya. Hanya kepada-Mu hamba memohon pertolongan, jangan biarkan kejahatan mendekat, ya Allah. Tubuh hamba terasa lemas sekali, berikanlah hamba pertolongan-Mu."

Memaksakan diri, Zahra perlahan bergerak turun dari atas ranjang. Matanya yang sedari tadi melihat sekitar, belum juga menemukan petunjuk siapa pemilik kamar ini dan dimana ia berada.

Dengan langkah yang diseret, Zahra berjalan menuju pintu kamar yang sepertinya tidak terkunci karena kuncinya tergantung di pintu. Saat akan membuka pintu itu, Zahra dikagetkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka dan menampakkan seseorang.

Di balik cadarnya, ekspresi terkejut terpampang di wajah Zahra. Ia terkejut siapa yang didapatinya saat pintu itu terbuka.

"Kamu?! Kamu bukannya..."

✿✿✿

Yusuf terus mengelus punggung Fatimah yang sedari tadi sesegukan. Dalam rengkuhannya, Yusuf dapat merasakan sesekali tubuh istrinya itu bergetar akibat menangis.

Hal itu membuat Yusuf sedih dan khawatir sekaligus. Sedih karena sang istri terus menangis, dan khawatir dengan kondisinya serta sang jabang bayi di dalan perut istrinya tersebut.

Tak berbeda jauh dari Fatimah, uminya dan Fitri juga sesegukan bahkan sesekali masih menghapus air mata yang keluar. Baik Yusuf, abi, dan Thariq yang melihat ketiga perempuan tersebut menangis, merasa tak tega.

"Umi, udah ya. Sekarang umi tenang dulu, insyaallah Zahra berada dalam lindungan Allah. Kita doakan agar tidak terjadi apa-apa pada Zahra," bujuk Thariq sambil duduk berjongkok di depan sang umi.

Saat ini, tepatnya di rumah Zahra, sudah berkumpul orang tua, kakak kedua dan ketiga, kakak ipar serta sahabat Zahra. Hal itu dikarenakan dengan kehilangan Zahra yang tiba-tiba.

Tadi, saat Yusuf dan Fatimah menjemput Zahra seperti yang dikatakan, mereka hanya menemukan Fitri yang menangis sambil marah-marah pada salah satu pelayan di cafe itu.

Setelah melerai dan mendengarkan penjelasan Fitri serta kesaksian seorang barista perempuan, akhirnya baik Yusuf dan Fatimah tahu jika adik mereka itu sedang berada di situasi yang tidak baik-baik saja.

"Sekali lagi maafin Fitri, Umi. Ini salah Fitri. Coba aja Fitri enggak tinggalin Zahra sendiri dan pergi berdua pas nyari buku, hal ini pasti enggak bakal kejadian. Maafin Fitri," isak Fitri sambil menggenggam tangan umi Maryam yang memang duduk di sebelahnya.

Umi yang masih terisak itu, menggeleng pelan. Tidak setuju dengan ucapan sahabat anaknya itu, ia tahu jika ini bukanlah salah Fitri. "Enggak, Nak. Fitri enggak salah kok. Saat ini Allah sedang menguji kita aja, jadi jangan terus-terusan salahin diri kamu."

Thariq yang mendengar isakan Fitri, dengan cepat memalingkan wajahnya. Selain menyakitkan saat mendengar tangisan orang yang dicintai, Thariq diam-diam juga menyalahkan dirinya karena tak bisa menjaga adik perempuannya.

"Umi dan Fitri tenang dulu ya. Aku sudah menghubungi temanku untuk membantu mencari Zahra, dengan petunjuk yang ada insyaallah Zahra akan ketemu," ujar Yusuf berusaha menghibur.

Abi yang sejak tadi diam, di dalam hati terus berdoa untuk keselamatan putri kesayangannya itu. Meskipun terkesan kaku, tapi jika menyangkut keluarga, abi akan lebih sensitif. Terbukti saat ini, setetes air mata keluar dari sudut matanya yang sudah terdapat kerutan.

"Abi..." Panggilan Thariq membuat mata abi yang terpejam terbuka. "Abi selalu berdoa untuk keselamatan Zahra, dan Abi percaya jika Allah selalu melindungi hamba-Nya dari marabahaya."

Di tengah-tengah suasana sedih itu, mereka kedatangan Amar yang terlihat cemas dan gelisah. Terlihat dari bulir-bulir keringat yang membasahi pelipis hingga dagunya.

"Assalamualaikum, semua," salam Amar yang dijawab oleh semua yang ada di sana.

Amar berjalan mendekat ke arah abi dan menyalami beliau, setelahnya laki-laki itu langsung menanyakan kabar Zahra yang ia dapat dari Yusuf.

"Abi, bagaimana bisa Zahra menghilang?" Tanpa waktu lama, Abi menjelaskan apa yang terjadi dengan sesekali dibantu oleh Yusuf dan Fitri untuk menjelaskan detailnya.

"Astagfirullahal'adzim. Sekarang kamu ada di mana, Zahra?" gumam Amar dengan penuh kekhawatiran.

✿✿✿

Assalamualaikum warahmatullahi wabaratuh semuaaa!!!

Waduh, Zahra beneran diculik? Terus siapa ya yang nyulik?
1 kata dong buat chapter ini.

Don't forget to vote and comment ❤️
Wassalamu'alaikum.

AMZAH [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang