01 : Tiffani sang Bad Girl

79.7K 2.3K 58
                                    

"Kutitipkan rindu disetiap tetesan hujan."



Rintikan hujan menghiasi malam yang sunyi. Hanya ada suara hujan yang menjadi temannya saat ini, Tiffani. Tiffani merupakan gadis yang sangat tertutup, ia selalu menyembunyikan masalah dan sesuatu dihatinya.

Tiffani adalah anak Broken Home, akibat kejadian masa lalu membuat dirinya harus dibenci orangtuanya sendiri. Orangtuanya lebih memilih pekerjaan dibandingkan putri semata wayang mereka. Kerapuhan Tiffani ia tutupi dengan senyum manisnya. Tanpa semua orang tau, senyum itu menyembunyikan beribu luka dan kesedihan.

Tiffani menghela nafasnya dan menutup matanya. Kepingan-kepingan masa lalu memutar diotak nya, seperti bagian film lama. Tiffani merasakan ketakutan kembali, ia menggelengkan kepalanya dengan kuat dan berusaha menenangkan diri.

"Gue takut." Lirih Tiffani, airmatanya menetes begitu saja, ia terduduk lemas dilantai dan menggigit bibir bawahnya agar isakan tidak keluar dari mulutnya.

Setiap hujan, Tiffani pasti teringat akan masa lalu yang pahit dan dadanya selalu sesak serta airmata menetes begitu saja.

"Kapan hidup gue bahagia?" Tiffani menghapus air matanya dan beranjak kekasur miliknya. Ia meringkuk layaknya janin dengan selimut menutupi tubuhnya.

Dan Tiffani terlelap.

💠

Pagi harinya Tiffani sudah siap dengan seragam sekolah yang sudah melekat ditubuhnya. Ia menyisir rambut dan memoles bedak serta lipbalm. Dirasa sempurna, Tiffani segera turun ke meja makan. Senyumnya mengembang dikala melihat orangtuanya duduk di meja makan.

"Papa, Mama!" Seru Tiffani, ia segera memeluk Jessi--Mamanya.

"Apaan kamu peluk-peluk?!" Tiffani tersentak lalu Jessi melepas pelukan dengan kasar sehingga Tiffani terhuyung kebelakang.

"Fani kangen Mama."

Jessi berdecih dan menatap Tiffani tajam. "Saya tidak peduli! Dan ingat, jangan pernah menyentuh saya sedikit pun!"

Airmata Tiffani mengalir dengan derasnya. "Kenapa Ma? Fani juga anak Mama."

"Saya tidak Sudi punya anak pembawa sial seperti kamu!" Tiffani terisak, Wira--Papa Tiffani menenangkan istrinya yang sedang emosi.

"Mama, kejadian itu bukan karena Tiffani..." Lirih Tiffani disertai isakannya. Jessi menatap sinis Tiffani.

"Terus karena siapa? Setan, iya?! Lebih baik kamu pergi, saya muak liat kamu!" Tiffani berjalan dengan perlahan sesekali mengusap airmatanya. Ia berharap mempunyai keluarga yang harmonis, keluarga yang selalu menyayangi nya. Namun, itu semua hanyalah harapan yang entah kapan dapat terwujud.

Tiffani mengendarai mobilnya kebut-kebutan, mood-nya sedang buruk dan ia ingin mencakar seseorang sekarang. Tak butuh waktu lama ia sampai di SMA JAYA BANGSA.

Membuka pintu mobilnya, banyak siswa yang menatap Tiffani dengan pandangan bermacam-macan. Tiffani tersenyum tipis dan menyibakkan rambut hitam dipadu dengan merah. Sebenarnya, disekolah ini tidak boleh ada siswa yang menyemir rambut atau mewarnai rambutnya. Namun, Tiffani adalah seorang Bad Girl yang Hobby melanggar peraturan sekolah.

"Apa liat-liat? Iri Lo pada liat kecantikan gue?" Ujar Tiffani dengan nada angkuhnya. Para murid berdecih dan segera kembali ke aktivitas masing-masing.

Tiffani berjalan di koridor untuk menuju kelasnya. Banyak lelaki menatap Tiffani dengan pandangan memuja, namun Tiffani tidak peduli akan hal itu.

"Ehh Sok cantik!" Seru seorang Siswi yang menatap Tiffani sengit, ialah Yoona. Gadis asal Korea itu memandang tidak suka kepada Tiffani, begitupun Anjeli dan Risa.

"Ada yang ngomong, tapi gak ada wujud. Sapa ya?" Gumam Tiffani seraya tersenyum meremehkan.

Yoona menatap sinis Tiffani dan meredam emsoinya. "Wah kurang ajar Bad Girl ini. Enaknya kita apain nih Girls?"

"Bully aja Na."

"Jangan. Kita suruh jadi babu aja."

Tiffani mendengus kesal dan mencari ide untuk kabur dari ketiga Cabe itu.

"BU SISKA!" Seru Tiffani memanggil guru killer seantero sekolah. Yoona dan kedua temannya was-was, lalu memutar tubuhnya kebelakang. Dan Tiffani langsung kabur begitu saja.

Yoona mengernyit saat menyadari Bu Siska tidak ada. Ia memutar kembali tubuhnya. "TIFFANI KABUR WOY!" Kedua temannya menepuk keningnya mereka.

Tiffani terengah-engah dan mengatur nafasnya. Ia sampai dikelasnya tepat waktu dan mendudukkan diri dibangku nya.

"Habis dikejar hantu ya?" Tanya Hilla, sahabat Tiffani.

"Enggak. Habis dikejar artis." Hilla mencibir lalu selanjutnya terkekeh. "Kebalik Tif! Justru artis yang dikejar. Serius ih, kamu habis dikejar siapa?"

"Trio nenek lampir yang menjelma menjadi cabe-cabean. Gak bosen apa mereka gangguin gue."

"Fans setia kamu itu namanya. Oh ya, kamu ganti warna rambut?" Hilla menyadarinya barusan, sedangkan Tiffani hanya cengengesan.

"Iya, bosen ungu Mulu. Yaudah gue ganti merah. Bagus gak?" Hilla menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gak bosan apa ngelanggar peraturan sekolah? Rambut di cat, sepatu warna pink, jarang masuk kelas, ke sekolah bawa mobil kebutan, gak capek Lo?" Tiffani berdecak.

"Lengkap amat buk nyebutinnya. Gue gak capek, karena emang Hobby gue."

"Serah dah lu. Jam pertama Lo gak bolos kan?" Tanya Hilla, Tiffani mengangguk.

"Tentu aja gue bolos, jam pertama kan pelajarannya Bu Siska. Gue gak suka banget sama guru itu sumpah, gue keluar ya. Jagain tas gue, ada jimat disana." Hilla berdecih, Tiffani berjalan ke pintu dengan kekehannya. Namun matanya membulat seketika. Bu Siska berdiri dengan wajah galaknya, dan kacamata yang selalu bertengger manis dihidungnya.

"Eh ada Bu Siska. Annyeong Bu." Tiffani menyapa Bu Siska dengan senyum manis andalannya.

"Mau kemana kamu?" Bu Siska meneliti penampilan Tiffani dari atas sampai bawah.

"Rambut di cat, sepatu warna pink, seragam dikeluarin, pake gelang. Cepet ke BK!" Titah Bu Siska, Tiffani tersentak lalu tersenyum kikuk.

"Maaf Bu, BK masih tutup. Bukanya kan jam 10."

"Kamu kira BK itu toko? Sana ke BK! Apa perlu saya yang Antar?!" Tiffani menggeleng.

"Ingat, kamu harus ke BK! Kalau sampai kamu gak ke BK, konsekuensinya kamu tanggung sendiri!" Tiffani segera pergi dari kelas.

💠

"Kamu tidak capek masuk ke BK?" Tanya Bu Wiwin-- Guru BK.

"Ibu mau jawaban jujur apa bohong? Kalau bohong saya gak capek, kalau jujur saya capek Bu!"

"Dasar kamu ini! Udah 100 catatan kamu di buku ini, kalau kamu gak naik kelas ke kelas 12 gimana?"

"Gak gimana-gimana Bu. Tinggal dinaikin kan beres." Bu Wiwin-- menepuk keningnya.

"Terserah, ini surat panggilan untuk Orangtua kamu. Ingat, kali ini Orangtua kamu harus datang menemui saya."

"Maaf Bu, Orangtua saya sibuk. Jadi tidak bisa datang. Saya permisi." Tiffani melangkah keluar dari BK dengan sendu.

"Karena Orangtua gue emang gak peduli sama gue..."









-My Lovely Bad Girl-
TBC



HALLOO. Cecil kembali dengan cerita baru. Vote dan coment juga readers. Jadilah readers yang bijak. :)

My Lovely Bad Girl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang