Happy Reading:)
Vote dan komen:)
Mwah❤️Tiffani menghapus airmata yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya. Ia menekuk kedua lututnya di sudut kamar mandi, menumpahkan semua kesakitan yang ada dihatinya. Tiffani memang lah Bad Girl, tapi Bad nya lah yang menyembunyikan sisi lain dari dirinya, yaitu Kerapuhan. Tiffani merupakan gadis yang rapuh, gadis lemah, Gadis yang hanya butuh kasih sayang dan juga perhatian. 11 tahun ini ia lewati dengan hidup sendiri tanpa kasih sayang. Tiffani mempunyai orangtua dan keduanya masih hidup, tapi ia hidup bagaikan yatim piatu. Dalam kesendirian, kesepian, kesuraman dan juga kegelapan.
Jika kalian mengenal Tiffani secara detail, maka kalian akan tau sisi lain Tiffani. Ia hidup dengan harta yang melimpah tapi, minim kasih sayang dan juga perhatian. Disinilah, kalian akan tau seperti apa kehidupan Tiffani sebenarnya. Kalian tidak akan percaya, bahwa Tiffani memang pernah mengalami hal yang sangat buruk.
11 tahun yang lalu, pada saat umur Tiffani 5 tahun. Gadis itu tampak ceria dan juga riang, Jessi dan Wira tampak menyayangi putri semata wayang mereka. Pada saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga, Jessi memberitahu kan sesuatu.
"Papa tau nggak, Mama sedang hamil!" Seru Jessi dengan senyuman yang tak luput dari wajahnya. Wira sang suami yang mendengar berita itu sangat bahagia dan bersyukur.
"Hamil? Itu apa Ma?" Tiffani kecil bertanya sambil melahap ice cream rasa coklat. "Hamil adalah, diperut Mama ada adik kecil." Ujar Jessi sambil mengelus kepala Tiffani.
"Wah adik? Yey Tiffani bakalan punya adik." Tiffani berujar dengan senang, ia meletakkan ice cream ya dan berlutut dihadapan perut Mamanya.
"Halo Adek. Ini Kakak Fani, kamu didalem lagi ngapain?" Tiffani seakan akan berbicara dengan sang adik di kandungan Mamanya. Jessi dan Wira hanya tertawa melihat tingkah polos Tiffani.
"Adeknya lagi bobok Kak. Kakak mandi dulu sana, bau acem." Jawab Jessi dengan nada seperti anak kecil.
"Ih, Tiffani udah mandi Ma. Baunya wangi."
"Kalau udah mandi, berarti waktunya belajar dong."
"Masih sore Ma. Nanti aja, Tiffani mau nemenin Adek dulu."
"Sayang, Tiffani belajar dulu ya. Kalau sudah belajar, Tiffani boleh temenin Adek." Tiffani mengangguk patuh dan mencium perut Jessi.
"Adek, kakak belajar dulu ya. Nanti abis belajar, kakak temenin Adek."
"Iya kakak. Sana belajar." Tiffani berlari kecil untuk menuju kamarnya.
8 bulan berlalu. Kini kandungan Jessi telah mencapai hampir sembilan bulan. Selama itu, Tiffani rutin menemani sang adik yang masih ada didalam kandungan.
Tiffani sudah siap dengan seragam play group nya. Tiffani turun dan menuju meja makan untuk sarapan bersama orangtuanya.
"Pagi Mama, Papa."
"Pagi sayang. Sini sarapan." Ajak Jessi, ia mendudukkan Tiffani dikursi. Bel pintu berbunyi, Jessi beranjak menuju pintu dan melihat siapa yang datang pagi-pagi seperti ini.
"Pagi Jessi." Wanita seumuran Jessi datang dengan membawa buah buahan.
"Eh Karin, apa kabar? Silahkan masuk." Wanita yang bernama Karin tersebut masuk kedalam rumah dan duduk di sofa.
"Yaampun, udah lama gak ketemu ya Rin, kamu kemana aja selama ini?" Tanya Jessi antusias kepada sahabat SMA nya dulu.
"Aku ikut Mas Gio ke Amrik, perusahaan nya disana ada Masalah, jadinya aku ikut dan menetap disana."
"Eh itu putrimu ya? Cantik sekali." Karin melihat Tiffani yang sedang menghampiri mereka.
"Tiffani kenalin dia Tante Karin, temen Mama."
"Hallo Tante, aku Tiffani. Mama, boleh gak aku ngajak Tante Karin buat liat kamar aku? Aku mau tunjukin Tante Karin boneka aku, Ma." Ujar Tiffani , sepertinya Tiffani menyukai Karin saat ini.
"Iya boleh, tapi cepet ya. Bentar lagi kamu berangkat."
"Sip ma." Tiffani menarik tangan Karin untuk mengikuti langkahnya menuju Kamar.
Setelah beberapa menit, Jessi berniat menyusul mereka karena Tiffani sekarang harus berangkat sekolah. Saat sudah sampai dilantai atas, ia memanggil Tiffani untuk segera turun. Lalu, saat Jessi hendak turun dari tangga, tubuhnya terdorong dan jatuh berguling guling ke bawah. Namun, Jessi sempat melihat Tiffani berdiri di atas tangga. Sehingga, Jessi berfikir bahwa Tiffani lah yang mendorong dirinya.
Jessi segera dibawa ke rumah sakit dan langsung menuju IGD. saat diperiksa, bayi yang ada didalam kandungan Jessi tidak tertolong dan rahimnya terpaksa diangkat. Setelah Jessi sadar, Wira memberitahu semuanya dan Jessi menangis sekencang-kencangnya.
"GAK MUNGKIN. BAYIKU GAK MUNGKIN MENINGGAL. RAHIM KU GAK MUNGKIN DIANGKAT. BAYIKU MANA, HIKS!"
Tiffani menangis melihat Jessi menangis histeris. Ia mendekati sang Mama dan mengelus tangannya dengan lembut. "Mama sabar ya. Adik nya Fani pasti sudah tenang disana." Ucapan Tiffani justru membuat Jessi marah.
"GARA GARA KAMU ANAK SAYA MENINGGAL! KAMU MENDORONG SAYA DARI TANGGA, DAN MEMBUAT BAYIKU MENINGGAL! DASAR PEMBUNUH!". Tiffani menangis saat Jessi berteriak seperti itu dihadapannya. Wira terkejut jika mengetahui fakta, bayi yang ada diperut istrinya meninggal akibat Tiffani.
"Bukan Ma, bukan Fani yang dorong Mama, hiks. Percaya sama Fani Ma." Gadis itu hanya bisa menangis dan pasrah saat tatapan tajam Mama dan Papanya ter-arah padanya.
"Percaya sama Fani Pa, Ma. Bukan Fani yang dorong Mama." Tiffani tetep kekeuh dengan pendiriannya, Tiffani tetap berkata apa yang benar menurut dirinya.
"Dasar anak pembawa sial! Pembunuh! Pergi kamu!" Wira mengusir Tiffani untuk keluar dari kamar rawat Jessi.
Tiffani berlari keluar dari rumah sakit menuju rumahnya. Ia duduk memeluk kedua lutut nya dipojok ruangan. Tiffani menangis terisak untuk menumpahkan sebuah kesedihannya. Gadis kecil berumur 5 tahun itu sangat tersiksa batinnya. Kata kata kasar orangtuanya membuat hatinya tercabik.
💠
Didalam kamarnya, Toufan memandang foto Tiffani. Ia mengucap kata 'maaf' didepan foto gadis cantik itu. "Maafin aku sayang, aku gak bermaksud buat ngomong kayak gitu ke kamu." Toufan mengecup foto Tiffani. Ia berharap bahwa esoknya Tiffani memaafkan kebodohannya.
Toufan mengeluarkan ponselnya dan mencoba mengirim pesan kepada Tiffani.
ToufanR
Night🌃Toufan menghela nafasnya. Tiffani pasti masih marah pada dirinya, yang harus ia lakukan adalah mendapat Maaf Tiffani. Toufan mengambil kunci motor di nakas dan mengendarainya menuju rumah Tiffani.
Sesampainya dirumah Tiffani, Toufan segera masuk tanpa mengetuk pintu. Keadaan rumah sangat gelap, sunyi dan sepi. Toufan menyalakan saklar, dan menaiki tangga.
Ceklek
Toufan membuka pintu kamar Tiffani. Gelap? Toufan menyalakan senter yang ada di ponselnya. Ia mengarahkan nya di seluruh sudut kamar. Dan Toufan menemukan Tiffani yang sedang duduk menenggelamkan kepalanya di kedua lututnya.
"Tiffani!"
Toufan menghampiri Tiffani, ia menyentuh kulit Tiffani yang terasa panas.
"Tif, bangun. Tiffani!" Toufan menepuk pipi Tiffani, berharap agar Tiffani bangun dari pingsannya.
"Sayang, aku mohon bangun. Aku khawatir sama kamu." Toufan mengecup dahi Tiffani, berharap gadisnya akan membuka matanya.
-My Lovely Bad Girl-
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bad Girl [Completed]
Novela Juvenil[#Teenfictionseries - 1] Rank : #1 posesif #1 possessive #4 teenfiction #5 sma #6 romance #7 remaja Tiffani Agustine, Bad Girl cantik dan banyak tingkah. Selalu mendapat hukuman dan juga peringatan dari guru. Gadis yang gak suka dikekang da...