Tiffani merapikan rambutnya yang berantakan di terpa angin dan juga ia merapikan seragamnya. Jantungnya sedari tadi berdegup kencang, ia gugup setengah mati. Kini, Tiffani sedang berada didepan rumah Toufan. Lelaki itu memaksa Tiffani untuk bertemu dengan sang Bunda tepat pulang sekolah.
"Fan, aku malu. Kapan-kapan aja ya." Ujar gadis itu, berkali kali ia merengek kepada Toufan, namun tak digubris sama sekali.
"Kita udah hampir sampai tujuan loh Tif. Diibaratkan kita itu sedang berperang, nah pas mau menang kamu justru milih mundur padahal kemenangan sudah ada didepan kita. Tenang aja, Bunda aku gak gigit kok," Tiffani memukul bahu Toufan.
"Gak usah bercanda, aku serius tau! Aku bener-bener gugup!"
"Nah biar kamu gak gugup, makanya aku bercanda."
"Aku pulang aja!" Toufan menghela nafas dan memegang kedua bahu gadis itu.
"Tenang aja, aku selalu disamping kamu. Bunda aku gak bakal macam-macam." Ujar Toufan untuk menenangkan kegugupan Tiffani.
"Kalau misalnya bunda kamu gak suka sama aku, gimana? Kalau bunda kamu ngusir aku, terus ngelarang aku Deket sama kamu gimana? Apalagi kalau bunda kamu nyuruh kamu milih aku atau bunda kamu, gimana? Aduh Fan, enggak ah! Kapan-kapan aja ya." Toufan menyentil dahi pacarnya itu, kenapa Tiffani bisa berpikiran seperti itu? Kejadian itu hanya ada di sinetron alay yang sekarang ini merajalela di Indonesia. Ah, dia seharusnya melarang pacarnya untuk menonton sinetron, liat kan otak Tiffani sekarang sudah terpengaruhi oleh kejadian alay tersebut.
"Bunda gak bakal kayak gitu kok," Bunda Rista mendekat disertai kekehannya kecilnya.
"Pan, kayaknya pacar kamu korban sinetron deh. Dia lucu." Ujar Bunda Rista, matanya menelisik tubuh Tiffani dari atas sampai bawah.
"Kamu pinter ya cari pacar, dia cantik kayak Bunda waktu muda dulu." Lanjut Bunda Rista.
"Masih cantikan Tiffani dong Bun," Tiffani hanya bisa menunduk menyembunyikan rona pipinya.
"Assalamualaikum Tante, saya Tiffani. Temennya Toufan." Mata Toufan mendelik, Rista hanya menahan tawanya.
"Kok temen si yang? Aku tuh pacar kamu, kenapa kamu gak mau ngakuin aku? Kamu malu punya pacar kayak aku, iya? Kamu tuh kenap--" Rista menutup mulut putranya, wanita paruh baya itu menjewer telinga sang Ketua OSIS.
"Addd--uuhh Bun, kk-ook dijewer sih?!" Adu Toufan, Rista melepaskan jewerannya dan menunjukkan tatapan garangnya.
"Jangan pernah ngomel sama calon mantu Bunda ya, kamu tuh main ngomelin aja! Yuk sayang masuk." Ajak Rista, ia merangkul bahu Tiffani dan membawa gadis itu masuk kedalam rumah.
"Duduk aja, kamu mau minum apa sayang?" Tanya Rista, Tiffani hanya menggeleng lalu tersenyum.
"Gak usah repot repot Tan,"
"Kamu kan pacarnya anak Bunda yang nakal, berarti kamu calon menantu Bunda dong. Anggap Bunda keluarga ya sayang,"
"Makasih Tante, Tante baik banget sama Tiffani." Rista hanya tersenyum.
"Kabar orang tua kamu gimana?" Pertanyaan Rista membuatnya terdiam, bibirnya seakan kelu untuk menjawab. Rista mengerti, ia hanya mengelus punggung gadis itu.
"Jadi, kamu emang gak pernah berhubungan lagi sama orangtua kamu?" Tiffani hanya mengangguk, Rista menatap Tiffani dengan pandangan kasihan.
"Bunda tau semuanya dari Toufan. Kamu tenang ya, kamu bisa anggap Bunda sebagai orang tua kamu." Mata Tiffani berkaca-kaca, ia memeluk Rista seperti ia memeluk Mamanya, Jessi. Sudah sekian lama Tiffani tidak merasakan pelukan seorang ibu. Semenjak insiden itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bad Girl [Completed]
Teen Fiction[#Teenfictionseries - 1] Rank : #1 posesif #1 possessive #4 teenfiction #5 sma #6 romance #7 remaja Tiffani Agustine, Bad Girl cantik dan banyak tingkah. Selalu mendapat hukuman dan juga peringatan dari guru. Gadis yang gak suka dikekang da...