Author's POV
Cathy berjalan memasuki gerbang sekolah Holly Hills Senior High School, sekolah swasta favorit di kotanya. Ya, sekolah ini terkenal akan murid-muridnya yang pintar dan fasilitasnya yang keren dan lengkap. Menurut Cathy, gedung sekolah ini sama sekali tidak mirip gedung SMP. Lebih mirip gedung-gedung universitas yang keren-keren itu. Untuk masuk ke sekolah ini pun tidak mudah. Persaingannya ketat sekali, anak-anak yang berprestasi dari berbagai daerah bersaing memperebutkan tempat di sekolah itu.
SMA Holly Hills memiliki asrama yang dikelola oleh sekolah. Tentunya anak cowok dan cewek berbeda gedung. Banyak anak-anak yang masuk ke asrama dikarenakan rumah mereka yang jauh dari sekolah. Cathy tidak tinggal di asrama karena dia tidak suka tinggal terpisah dari keluarganya dan karena rumahnya memang cukup dekat dengan sekolah. Hanya Elys, sahabatnya, yang tinggal di asrama.
Cathy menaiki tangga ke lantai 3 dan menyusuri lorong menuju kelasnya, kelas 9-8, yang berada di paling pojok. Seperti biasa, kelasnya masih kosong dengan bangku-bangku yang berada di atas meja. Cathy masuk ke dalam kelas dan mengambil tempat di paling depan sekaligus pojok dekat pintu kelas dan tembok, tempat favoritnya dan Elys.
"Enaknya ngapain, ya? Masih sepi, bosen kalo baca buku doang," gumamnya.
Dia pun berjalan keluar dan menatap ke bawah dari balkon depan kelasnya. Kebiasaannya yang memang dia sukai adalah datang pagi-pagi ke sekolah karena masih sepi dan tidak ramai oleh murid-murid. Tapi setelahnya, dia pasti bingung sendiri apa yang akan dia lakukan. Padahal setiap hari dia hanya bengong menatap lapangan sambil menghayal (yang merupakan salah satu hobinya). Semilir angin pagi yang dingin menerpa wajahnya dan membuatnya nyaman. Mata kecoklatannya menyipit. Banyak yang bilang bahwa mata Cathy itu indah banget, persis dengan arti namanya, Cathilin, yang berarti "mata yang indah".
"Woy, bos! Bengong aja, dah. Kesambet tau rasa lo!" teriak seseorang sambil menepuk pundaknya dengan keras.
Cathy terkejut dan berbalik ke arah orang yang menepuk pundaknya, cewek berambut sebahu dengan muka yang manis, Elys.
"Woles bang, bahu gue sakit. Telinga gue juga pengang. Bisa budeg gue kalo terus-terusan sama lo," gerutu Cathy sambil mengelus-elus pundaknya.
Elys hanya nyengir. "Habisnya lo gak nyadar-nyadar kalo gue udah dateng. Gue malah udah nurunin bangku dan tas gue di kelas. Lo masih aja diem," Elys cengengesan.
"Batu banget jadi anak. Udah tau gue lagi menghayal malah diganggu," Cathy memonyongkan bibirnya.
Mereka mengobrol dan membicarakan berbagai hal, dari yang agak penting sampe yang paling gak penting. Contohnya, kejadian waktu Elys, yang emang petakilan dan agak gila, nekat ngatain banci yang lewat depan sekolah. Alhasil, mereka dikejar sama wanita berjakun dan berbulu kaki itu sampai akhirnya mereka ngumpet dibelakang tong sampah yang baunya naudzubillah. Dan kejadian ketika Cathy, yang anaknya jujur, bilang ke mamanya kalau dia baru saja main ke kamar Elys di asrama dan melihat seorang anak cowok yang lagi ganti baju di gedung sebelah dari jendela kamar. Mungkin anak cowok itu lupa menutup jendela kamarnya waktu mau ganti baju. Mamanya tiba-tiba stroke. Cathy itu emang paling jujur dalam mengungkapkan segala hal tapi jujurnya kelewatan.
Mereka tertawa ketika membicarakan semua hal itu sampai akhirnya Elys mengalihkan pembicaraan.
"Eh, Cath, udah ngerjain tugas dari si galak Gatot belom? Yang minggu lalu dikasi gara-gara dia gak masuk itu," tanya Elys sambil memainkan jari-jari tangannya. Pak Gatot itu guru matematika mereka yang suaranya menggelegar dan muka yang mirip sama hewan karnivora. Kalau beliau mengajar di kelas, ekspresi mukanya sudah seperti mau membunuh orang. Urusan anak yang bandel dan lupa mengerjakan PR? Jangan tanya.
Seketika, mata Cathy membesar. "Hah? Emang ada? Serius?" tanyanya cemas. Dia panik.
Elys memiringkan kepalanya sedikit sambil menatap Cathy. "Ada. Ditulis di papan tulis. Disuruh ngerjain buku paket yang bab 4 latihan 1 sampe latihan 5. Lu belom ngerjain?" tanya Elys sambil menaikkan satu alisnya.
Cathy serasa ingin pingsan. Dia bahkan nggak tau kalau ada tugas di papan tulis.
"Yah, Lys, gimana nih, gue belom ngerjain. Gue gak tau kalo ada tugas," serunya panik.
"Lah, emangnya lu ngapain aja? Menghayal?"
"Nggak, gue minjem komik punya Zesya trus gue ngorok gara-gara begadang nonton malemnya."
"Nonton apaan malem-malem? Lo nyetel CD?"
"Iya."
"Buset, udah tau besoknya masih sekolah malah begadang nonton CD."
"Habisnya gue baru beli dan gue suka. Makanya gue pulang langsung nonton."
"Tapi kan gak mungkin sampe malem-malem banget selesainya. Paling lama 2 jam kan?"
"Gue beli 5 kaset trus abangnya bilang bonus 1. Ya gue ambil."
"Banyak amat. Emang lu beli CD apaan?"
"Tom and Jerry."
"Hah?!"
Hening sejenak.
..........................
"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!!!!!!"
Tawa Elys seketika meledak mendengar omongan sahabatnya itu. Terlalu polos.
"Elys, udah dong ketawanya. Bantuin gueeee!" rengek Cathy sambil menggoyang-goyangkan badan Elys yang lagi ngakak sambil kelojotan di lantai. Elys kelihatan susah menghentikan tawanya sehingga menarik perhatian anak-anak yang ternyata sudah banyak yang datang. Elys berusaha keras untuk berdiri dan menghentikan tawanya. Cathy cemberut melihat kelakuan sahabatnya karena dia sedang betul-betul panik. Yah, salahnya sendiri sih dia jadi ketiduran karena begadang nonton film Tom and Jerry. Apalagi itu sudah menjadi PR dari seminggu yang lalu. Pak Gatot pasti nggak akan mengampuni muridnya yang tidak mengerjakan PR ini.
Cathy dan Elys berjalan masuk ke kelas ketika bel berbunyi.
"Yaah, udah masuk, nih. Pinjem PR lu ya. Ngerjainnya ntar aja pas istirahat," ujar Cathy sambil menarik bangkunya dan duduk.
"Lho, Cath, Pak Gatot kan hari ini jam pelajaran pertama," kata Elys sambil mengetuk-ngetukkan pensil ke kepalanya. "Masa lo lupa?"
Baru saja Cathy akan menjerit dan lompat dari jendela untuk melarikan diri ketika seorang guru dengan kacamata tebal dan kumis yang sama tebalnya masuk ke kelas. Raut mukanya sama dengan hari-hari sebelumnya, sangar. Mirip kucing garong yang banyak codetnya di depan rumah Cathy. Oke, itu nggak sopan. Pak Gatot berjalan menuju meja guru dan duduk. Tanpa aba-aba, sang ketua kelas menyiapkan kelasnya dan memerintahkan untuk memberi salam. Setelah itu, keheningan melanda.
"Kalian masih ingat dengan PR yang saya berikan minggu lalu? Pastinya sudah kalian kerjakan, kan? Kumpulkan sekarang!!" perintah Pak Gatot dengan suaranya yang menggelegar.
Cathy lemas mendengar perintah Pak Gatot. Matanya menatap Elys yang lagi ngaduk-ngaduk tas dan mengambil buku matematikanya, minta tolong apa yang harus dia lakukan. Elys berdiri dari bangkunya dan balik menatap Cathy.
"Sabar aja ya. Palingan cuma disuruh bersihin lapangan dan lari-lari di lapangan 10 kali," kata Elys dan langsung kabur ketika melihat Cathy melotot padanya.
Ketika semua anak (kecuali Cathy) sudah mengumpulkan PRnya, Pak Gatot berdiri di depan kelas. Pandangannya menyapu seisi ruangan. Lalu, Pak Gatot berkata dengan seringainya, "Sepertinya ada yang nggak mengumpulkan PR ya?"
Cathy langsung mampus di tempat duduknya.
"Tamatlah riwayat gue. Coba gue gak begadang nonton Tom and Jerry. Pasti gak akan kayak gini akhirannya," ratapnya.
*****
A/N :
Haaii, para readers! Ini cerita pertama gue di wattpad. Jadi maklum ya kalo alur ceritanya masih kacau dan typo bergelimpangan di antara tulisan-tulisan ini. Moga-moga kalian suka. Dan sebagai reader yang baik, tolong vote dan comment nya ya~ Oke, byeee!
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Teen Fiction-Cathilin Fidela Earlena Panggilan gue Cathy, kelas 2 SMA. Kehidupan remaja gue normal. Sahabat gue absurd dan sukanya petakilan. Kena karma itu hobi dia. Gue sering berantem sama cowok sekelas yang juteknya amit-amit. Cerita romance? Jangan tanya! ...