Chapter 8

62.7K 2.6K 4
                                    

Author's POV

"Eh, Lys, liat lukisan lo dong," pinta Cathy sambil berdiri di hadapan Elys yang sedang berkutat dengan cat minyak warna-warninya. Tangannya sibuk mencoret-coretkan kuas di atas kanvas dan membentuk sebuah objek.

"Hmm," jawabnya dan Cathy menganggapnya sebagai 'Iya, boleh'. Cathy mencondongkan badannya di samping Elys dan memperhatikan lukisan sahabatnya itu. Lukisan Elys memang selalu keren dan indah sampai-sampai Cathy sempat merasa iri akan kemampuan sahabatnya.

"Ih, gila, keren banget! Ajarin gue dong!" pinta Cathy sambil memelototi lukisan Elys. Elys hanya memutar bola matanya dan kembali mencoret-coret kanvasnya.

"Ih gue dicuekin. Jahat banget sih," gerutu Cathy sambil manyun.

"Jangan manyun. Lu tambah kayak bebek tau gak?" ujar Elys kalem yang dihadiahi jitakkan dari Cathy. Elys meringis kesakitan sembari mengusap-usap kepalanya dan memelototi Cathy. Setelah itu dia kembali berkutat dengan lukisannya. Cathy yang merasa dicueki mendengus sebal.

"Yes, jadi!!" seru Elys sambil berdiri membuat Cathy terlonjak.

"Ih, elu tuh ya, kalo mau bikin kaget tuh ngomong dulu!" omel Cathy.

"Ya Tuhan, kenapa sih gue bisa punya sahabat bolot kayak Cathy? Salah gue apa, Tuhan?" ratap Elys sambil mengelus dadanya.

Cathy melotot. "Lo bilang apa barusan?"

"Tuh kan. Udah bolot, budeg pula," gumam Elys sambil membereskan kuas dan cat minyaknya.

"Ih jahat banget sumpah," gerutu Cathy sambil ikut membereskan peralatan melukisnya. Elys terkikik. Lalu Elys mengangkat tangan dan memanggil guru kesenian mereka yang sedang berkeliling kelas untuk melihat-lihat lukisan murid-muridnya.

"Bu! Bu Lani!" panggil Elys. Bu Lani menoleh dan berjalan ke arah mereka.

"Kenapa, Lys?" tanyanya.

"Saya sama Cathy udah selesai, Bu. Coba Ibu liat dulu deh, udah bagus belum?" kata Elys.

Bu Lani melihat lukisan mereka berdua sambil sesekali bergumam tidak jelas. Akhirnya dia berbalik menghadap Cathy dan Elys.

"Elys, lukisan kamu bagus seperti biasa. Nanti dikembangkan lagi ya bakat melukisnya. Cathy, lukisan kamu juga udah bagus. Lain kali tolong tambahkan warna-warna lain supaya terlihat lebih berwarna dan tidak kaku. Ya sudah, sekarang kalian boleh istirahat," ucap Bu Lani.

Elys dan Cathy pun mengucapkan terima kasih dan berjalan keluar kelas untuk pergi ke kantin dan membeli makanan. Setelah membayar, mereka bermaksud untuk makan di taman ketika seseorang memanggil nama mereka. Dua cewek itu berbalik dan melihat seorang orang anak melambai, menyuruh mereka mendekat. Itu Kevin. Melihatnya, Cathy menaik-turunkan alisnya dan menggoda Elys. "Cie cieee dipanggil pacar cieee."

Raut wajah Elys yang tadinya tersenyum langsung berubah masam. "Ih, apaan deh! Kita gak pacaran tau!" bentaknya.

Cathy terkekeh. "Udahlah, yuk ke sana," ajaknya dan melengos pergi ke arah meja Kevin meninggalkan Elys yang masih menggerutu.

"Kenapa, Kev? Tumben manggil-manggil," ucap Cathy. Kevin cengar-cengir menatap dua gadis itu seperti menatap sebongkah emas yang dia dapatkan dengan menggali tanah. Akhirnya dia membuka mulut.

"Pasti kalian tadi mau ke taman kan? Makan di sini aja bareng kita," tawar Kevin sambil menunjuk kursi di hadapannya.

Cathy mendengar kata "kita" dari Kevin dan melirik ke samping cowok itu. Dia baru menyadari bahwa ada Ervin duduk di sana sambil bertopang dagu, meliriknya dengan ogah-ogahan. Tampang Cathy langsung suram seperti melihat sesuatu yang tidak mengenakkan di toilet sekolahnya. Dia bisa mendengar Elys terkikik diam-diam di belakangnya. Dia merengut tapi menerima tawaran Kevin untuk makan bareng.

Truth or DareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang