Ervin's POV
Sepi. Gak ada tanda-tanda keberadaan seseorang disini. Gue berjalan menyusuri jalan setapak dari batu yang di sekelilingnya terdapat tanaman bunga melati. Jalan ini berbelok melewati sebuah pohon beringin besar dan dibalik pohon itu ada sebuah kursi taman di tengah-tengah tanah berumput, dikelilingi tanaman bunga-bungaan yang kebanyakan adalah mawar.
"Kok sepi ya," gumam gue. Lama-lama gue merinding juga nih. Gue mengelilingi taman dan nggak menemukan apapun. Akhirnya gue putuskan untuk balik ke kelas. Gue lari melewati jalan setapak tadi dan berbelok melewati pohon itu. Sebenarnya menurut gue pohon itu terlalu besar sehingga menghalangi apa yang ada di jalan setelah belokan.
BUGG!!
Tuh kan. Gara-gara terhalangi pohon ini, gue menabrak seseorang tepat ketika gue berbelok dengan kecepatan tinggi. Gue terjatuh dengan posisi kedua tangan dan kaki menopang badan gue. Untunglah badan gue nggak menyentuh tanah.
"Aduh," rintih seseorang.
Gue melihat ke bawah dan bertatapan dengan seorang cewek yang terjatuh dengan posisi telentang di bawah gue. Muka kita berhadap-hadapan dengan jarak yang cukup dekat, hidung kita hampir bersentuhan. Anehnya, gue nggak segera bangun. Gue menatap mata si cewek dengan lekat.
Ada sesuatu di matanya yang membuat gue terpikat. Matanya indah banget. Tiba-tiba mata itu membelalak.
"HIH, COWOK GANTENG BEROTAK MESUM!!" teriaknya dan mendorong gue hingga terjungkal ke belakang.
"Aduh," gue meringis dan berdiri sambil mengusap-usap pantat gue yang sakit. Gue melirik ke arah cewek itu dan keliatannya dia masih agak shock. Dia belum berdiri. Cuma melongo menatap gue. Gue juga melongo menatap dia begitu sadar siapa cewek-bermata-indah itu.
"Cathy?! Ngapain lo disini?" tanya gue setengah membentak.
Dia berdiri, menepok-nepok roknya dan menatap gue tajam. "Seharusnya gue yang nanya gitu! Ngapain lo disini?! Lo kan harusnya udah di kelas, bel udah bunyi!"
"Trus lo ngapain masih disini kalo lo tau bel udah bunyi?"
"Pengen tau banget sih urusan orang!"
"Terserah gue dong!"
"Udah deh. Gausah mancing-mancing emosi gue! Gue mau balik!" bentaknya.
Gue menghalangi jalannya dan menatap dia dengan tatapan dingin dan wajah datar.
"Jelasin dulu ke gue kenapa lo teriak-teriak!"
Sekilas, dia kaget denger pertanyaan gue. Emang itu kan alasan gue dateng ke taman?
"Emangnya lo denger gue teriak?" tanyanya dengan suara pelan.
"Iyalah, suara lo cempreng gitu mana mungkin gue gak denger. Bego banget sih."
Dia melotot.
"Yaudah sih. Ngapain lo peduliin coba?!"
Gue cuma memutar bola mata gue. Tapi bener juga ya. Ngapain gue peduli?
"Trus mau disini aja sampe pulang dan kena hukuman? Bu Dewi pasti udah dateng. Mungkin kalo buru-buru masuk, hukuman dia gak terlalu kejam," ujar gue ketus dan balik badan, jalan balik ke kelas.
Hening selama beberapa saat, tapi gue denger derap langkah kaki di belakang gue yang berarti Cathy mengikuti gue. Gue merasakan bibir gue membentuk senyuman.
"Ngapain lo senyum-senyum?" tanyanya yang udah ada di samping gue. Gue menoleh dikit.
"Emang gaboleh?" tanya gue balik dengan dingin kayak biasa.
Dia mendengus kesal. Gue terkekeh dikit ngeliat kelakuan dia. Setelah itu gak ada percakapan lagi. Hening sepenuhnya sampe kita masuk kelas.
"Permisi, Bu," ujar kita waktu masuk kelas.
Seisi kelas langsung ngeliatin kita berdua. Bu Dewi berhenti mengajar dan melihat ke arah kita berdua dengan tatapan killer-nya.
"Kenapa telat?" tanyanya.
"Maaf, Bu. Tadi saya ke toilet sebentar buat cuci tangan, trus tiba-tiba Cathy jerit-jerit di taman. Kayaknya dia kerasukan, Bu. Jadi saya samperin dan bawa dia kesini. Siapa tau Ibu bisa nolongin," jawab gue seenaknya. Anak-anak langsung ngetawain alasan gue. Lagian gue gak tau kenapa dia jerit-jerit.
"Apaan tuh?!" bentak Cathy. Gue mendelik. Sebelum gue bisa jawab, Bu Dewi udah mengeluarkan bentakannya yang terkenal itu.
"Udah, cukup ketawanya! Kalian berdua," katanya sambil nunjuk gue dan Cathy, "harus bersihin kelas ini setiap sepulang sekolah selama seminggu dimulai minggu depan! Selama itu, anak-anak yang lain bebas dari piket!" lanjutnya.
Gue dan Cathy melongo sementara anak-anak bersorak kesenengan, termasuk Kevin. Dia malah teriak "Makasih!" ke gue. Sialan! Liat aja, bakal gue lempar dia ke amazon. Semoga daging dia cukup enak buat piranha di sana. Gue melirik Cathy yang lagi melotot ke Elys yang juga ngetawain dia. Eh ngapain tuh anak nunjuk-nunjuk gue sambil naik-turunin alis? Dengan resmi, gue tambahin dia ke daftar blacklist gue.
*****
A/N :
Dua chapter sehari! Okeee ini dia chapter 6! Maaf kalo masih berantakan dan typo bertebaran. Comment nya selalu gue tunggu! Jangan lupa vote juga ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Novela Juvenil-Cathilin Fidela Earlena Panggilan gue Cathy, kelas 2 SMA. Kehidupan remaja gue normal. Sahabat gue absurd dan sukanya petakilan. Kena karma itu hobi dia. Gue sering berantem sama cowok sekelas yang juteknya amit-amit. Cerita romance? Jangan tanya! ...