Author's POV
Cathy terdiam mendengar pertanyaan Ervin. Dia bingung. Pertama, dari mana Ervin tahu? Kedua, apa yang harus dia katakan untuk menjawab pertanyaan Ervin?
"Eh, eh, eng...nggak, kok! Idih, apaan, sih? Kok tau-tau nanya gituan? Jelas nggaklah! Hahahaha...ehmmm..."
Cathy menyadari tatapan yang diberikan Ervin padanya. Wajahnya datar dan dingin, sebelah alisnya terangkat. Intinya, Ervin tahu Cathy sedang berbohong. Cathy meringis.
"Mmm, emangnya sejelas itu, ya?" tanya Cathy dengan suara pelan dan kepala tertunduk.
"Nggak," jawab Ervin.
"Kok lo bisa tau?" tanya Cathy lagi.
Ervin menyenderkan punggungnya di sandaran bangku dan menatap lurus ke depan.
"Gue ada di dalem kelas. Di samping jendela yang langsung menghadap balkon."
Jawaban itu membuat Cathy membeku. Tiba-tiba, dia merasa bodoh. Dia mengawasi sekelilingnya sewaktu berbicara dengan Elys, tapi tidak memperhatikan murid-murid yang ada di dalam kelas. Dan seseorang mengetahuinya. Orang itu adalah Ervin. Cathy hanya bisa terdiam.
Tidak ada percakapan di antara mereka sampai Elys, Kevin, Leo, dan Zahra kembali. Ervin langsung berdiri melihat kedatangan mereka, lalu sempat berbicara sebentar dengan mereka. Setelah itu, dia pergi meninggalkan keempat anak itu yang saling bertukar pandang kebingungan.
Cathy berdiri dan menghampiri mereka. "Gimana? Udah puas mainnya?" tanya Cathy.
"Kevin ngajak kita naik roller coaster berkali-kali," sungut Zahra sambil melipat tangan. Kevin cengengesan.
"Ervin kemana?" tanya Cathy sambil berusaha keras untuk terlihat biasa saja.
"Nggak tau. Dia bilang dia ada urusan, terus dia pulang," sahut Elys.
"Aneh. Padahal kemaren, dia bilang hari ini nggak ada acara apa-apa," timpal Kevin.
Cathy merasa semakin tidak enak. Untung saja, mereka memutuskan untuk pulang saja karena hari sudah semakin sore. Cathy merasa dia tidak sanggup bersenang-senang lagi sementara dia memiliki beban yang sangat mengganggunya.
*****
Sejak hari di taman hiburan itu, Cathy merasa tidak lagi bersemangat untuk pergi ke sekolah, apalagi masuk ke kelas. Ervin tidak pernah menegurnya lagi. Cathy juga tidak berani menyapa. Dia takut, entah kenapa. Jujur, di dalam hati, Cathy merindukan pertengkarannya dengan Ervin yang biasa terjadi tiap hari di sekolah. Biasanya, kapan pun dan di mana pun mereka berada, pasti pertengkaran terjadi. Atau mungkin perdebatan kecil yang nggak ada gunanya.
Dulu, dia benci dengan semua hal itu dan berharap semuanya segera hilang dari kehidupannya. Sekarang, dia sudah mendapat apa yang dia inginkan. Namun dia malah merasa hari-harinya kosong, seperti kehilangan sesuatu. Sayangnya, dia sudah berbuat satu kesalahan yang tidak dia sadari: membuang sebagian kesenangan hidupnya.
Pernah nggak, sih, kalian memiliki sebuah benda yang sudah kalian punya sejak kecil dan sangat kalian suka? Setelah kalian semakin besar dan beranjak remaja, kalian masih menyimpan benda itu. Kemudian, kalian berpikir untuk membuangnya. Setelah kalian membuangnya, kadang-kadang kalian masih mencari-cari benda itu secara tidak sadar, kemudian teringat bahwa kalian sudah membuangnya. Kejadian itu terjadi berulang-ulang. Setelah itu, kalian merasa sedikit atau bahkan sangat menyesal sudah membuangnya karena kalian sadar bahwa benda itu sudah termasuk sebuah kepingan kecil di dalam hidup kalian.
Kalau kalian pernah mengalaminya, bagaimana rasanya? Seperti ada sesuatu yang kosong di bagian dalam diri kalian, kan? Misalkan saja, benda itu adalah sebuah boneka. Setiap hari, kalian selalu memeluknya. Setelah itu, kalian merasa bosan dan akhirnya membuang boneka itu. Kemudian, kalian merasa ada sesuatu yang aneh sejak kalian membuang boneka itu. Biasanya kalian memiliki sesuatu untuk dipeluk dan menemani tidur kalian. Sekarang, sudah tidak ada lagi. Dan kalian merasa kosong. Mirip seperti rasanya kehilangan. Seperti puzzle yang kehilangan satu keping bagiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Teen Fiction-Cathilin Fidela Earlena Panggilan gue Cathy, kelas 2 SMA. Kehidupan remaja gue normal. Sahabat gue absurd dan sukanya petakilan. Kena karma itu hobi dia. Gue sering berantem sama cowok sekelas yang juteknya amit-amit. Cerita romance? Jangan tanya! ...