Cathy's POV
Gue, Elys, dan Zahra sibuk merapikan barang-barang kita yang masih berada di luar koper. Kebanyakan, sih, baju. Zahra sibuk mengambil baju dalamnya yang kotor dan memasukkannya ke dalam kantung plastik. Elys sibuk mencari-cari baju pink bergambar teddy bear. Dia bilang baju itu selalu buat dia bisa tidur malem tanpa kebangun-bangun. Akhirnya, dia nemuin baju itu deket tong sampah pojok kamar di bawah meja. Entahlah gimana bisa sampe situ padahal tempat tidur kita ada di pojok kamar yang satunya lagi. Mungkin gara-gara waktu Kevin buka pintu kamar kita tanpa ngetok dulu terus Elys refleks ngelempar baju itu ke sembarang tempat biar Kevin nggak liat baju itu. Kenapa, ya?
Nggak lama kemudian, kita semua selesai beres-beres. Kita langsung keluar kamar dan ngunci pintu. Sampe di ruang utama villa, anak-anak yang lain udah memenuhi ruangan itu. Sebenernya bukan mereka yang menuh-menuhin ruangan, tapi koper-koper mereka yang segede gaban itulah yang bikin ruangan jadi sempit. Bu Dewi lagi sibuk mengabsen muridnya supaya ketauan kalo ada yang ngilang atau diculik wewe gombel. Di seberang ruangan, gue melihat Kevin yang lagi ngobok-ngobok tas ranselnya dan Leo serta Ervin yang lagi ngomong sesuatu dan nunjuk-nunjuk koper Kevin. Mereka ngapain, deh?
"Itu Kevin, Leo, sama Ervin ngapain, sih? Kok ribet banget kayaknya?" ucap Zahra mewakili gue yang juga penasaran.
Elys mengangkat bahunya. "Samperin aja, yuk."
Kita bertiga berjalan ke arah mereka yang masih keliatan sibuk. Mereka nggak sadar kalo kita udah ada di depan mereka.
"Kev, lu ngapain, sih? Kok rempong banget?" tanya Elys.
Kevin, Leo, dan Ervin kayaknya baru sadar kalo kita ada di deket mereka. Serempak, mereka berhenti ngobok-ngobok ransel Kevin dan melihat ke arah kita.
"Eh, kalian ada di sini? Gue gak nyadar. Kamera gue ilang, nih," jawab Kevin dan lanjut mengobrak-abrik ranselnya, kali ini kopernya ikut jadi korban. Elys membuka kopernya dan mengeluarkan kantung hitam yang lumayan besar dengan tali pengikat di bagian atasnya. Dia menyerahkan kantung itu ke Kevin. Kevin memperhatikan kantung hitam itu selama beberapa saat, lalu membukanya.
"Ini, kan, kamera gue!" seru Kevin kegirangan, terus dia mandang Elys. "Kok bisa ada di elo?"
Elys memutar bola matanya. "Kan, gue minjem. Terus lo bilang balikinnya hari ini aja gara-gara kemaren lo udah ngantuk dan ngeloyor pergi."
Kevin diem sebentar, terus dia nyengir lebar. "Oh iya, gue inget."
"Duh, pikun banget, siiiihh!!" seru Elys sebal dan mencubit kedua pipi Kevin dengan keras. Kevin mengaduh-aduh kesakitan, tapi dia tetep nyengir, entahlah itu nyengir bahagia atau gara-gara pipinya ditarik Elys.
Gue ketawa melihat Elys dan Kevin. Mereka pacaran, tapi nggak pernah woles. Sama aja kayak waktu mereka masih temenan doang. Makanya, persahabatan kita nggak rusak cuma gara-gara ada yang pacaran. Tiba-tiba, seseorang menepuk pundak gue. Gue menoleh dan menatap Ervin.
"Ngapain senyum-senyum?" tanyanya, ketus kayak biasa.
"Hmm, nggak. Gapapa," sahut gue, masih sambil senyum-senyum.
"Berarti gila, dong? Senyum sendiri gak ada sebabnya," ucap Ervin.
Gue cemberut dan memukul bahunya agak keras. "Jahat."
Ngomong-ngomong, sejak kejadian di danau kemaren, gue dan Ervin resmi jadian. Kita pun mengikuti jejak Elys dan Kevin dengan cara pacaran gak woles, ngomong pun tetep pake 'lo-gue' biar lebih seru.
"Duh, mentang-mentang baru jadian, nih," tegur Zahra sambil cekikikan kayak monyet. Gue melirik Leo. Dia menangkap lirikan gue. Gue menunjuk-nunjuk Zahra dan menaik-turunkan alis gue. Wajah Leo memerah dan dia mengacungkan kepalan tangannya. Gue tertawa dan mengabaikan ancaman Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Teen Fiction-Cathilin Fidela Earlena Panggilan gue Cathy, kelas 2 SMA. Kehidupan remaja gue normal. Sahabat gue absurd dan sukanya petakilan. Kena karma itu hobi dia. Gue sering berantem sama cowok sekelas yang juteknya amit-amit. Cerita romance? Jangan tanya! ...