Elys's POV
Entah udah keberapa kali gue menguap di kelas selagi memperhatikan guru fisika gue menjelaskan di depan kelas dan menulis rumus-rumus aneh di papan tulis. Gue melirik jam tangan gue yang menunjukkan pukul 9.52. Istirahat masih 8 menit lagi. Gue menguap lagi. Gue kurang bisa pelajaran yang ada hitung-hitungannya. Jadi, matematika dan fisika bukan termasuk ke dalam pelajaran yang gue suka. Tapi di SMA ini, entah kenapa matematika malah lebih gampang daripada fisika.
Selama pelajaran berlangsung, gue cuma melihat papan tulis dan mencatat rumus-rumus penting. Setiap beberapa menit, gue melirik jam tangan gue. Kenapa, sih, 8 menit rasanya lama banget?
Tiiing toong...
Hampir aja gue lompat dari tempat duduk dan teriak "YES!!!" ketika suara bel istirahat berbunyi. Guru fisika gue langsung mengakhiri pelajaran dan berjalan keluar kelas. Gue pun merapikan buku fisika dan alat tulis gue dan menaruhnya di dalam tas.
"Cathy, jajan, yok?" ajak gue pada Cathy yang masih duduk diam di tempat duduknya. Cathy menoleh ke arah gue dan mengangguk sambil tersenyum. Kita beranjak dari tempat duduk dan berjalan keluar kelas menuju kantin.
Kantin penuh seperti biasa. Gue dan Cathy membeli makanan dan minuman dan segera keluar dari sana. Kami memutuskan untuk makan di taman karena taman biasanya sepi dan tenang. Untuk sekarang, gue cenderung milih tempat-tempat yang tenang dan gak terlalu banyak orang. Bukan karena gue suka, tapi gue tau Cathy lagi butuh ketenangan sekarang.
Sesuai dugaan gue, taman sekolah sepi. Anak-anak yang ke sini biasanya hanya membaca buku, ngobrol santai, atau hanya sekedar lewat. Gue dan Cathy menemukan bangku taman yang kosong dengan mudah. Kita duduk di sana dan makan makanan yang kita beli.
Kita makan tanpa berbicara sama sekali. Gue merasa agak nggak enak. Tapi gue juga nggak mau gangguin Cathy. Mana bisa gue gangguin dia, setelah apa yang terjadi di mall tempo hari.
"Lys..."
Suara Cathy membuat gue tersentak sedikit. Gue langsung menoleh ke arahnya.
"Iya, kenapa?" tanya gue selembut mungkin. Gue gak mau ngebuat Cathy lebih sedih lagi.
"Gue boleh cerita?" tanya Cathy pelan. Gue terdiam. Gue tau dia pasti mau cerita tentang kejadian di mall. Dia nggak tau kalo gue udah tau semuanya. Gue belom bilang kalo gue dan Kevin ngebuntutin Cathy sama Leo. Gue masih nunggu waktu yang tepat, dan gue rasa sekarang adalah waktu yang tepat. Gue menatap Cathy dengan wajah setenang mungkin.
"Boleh," jawab gue. "Tapi kalo gue boleh nebak, lo pasti mau cerita sesuatu tentang Leo, ya?"
Cathy menatap gue. Dia mengangguk. Sebelum dia sempet ngomong apapun, gue udah bicara duluan.
"Tentang kejadian di mall... kan?" tanya gue hati-hati.
Kali ini wajah Cathy menghadap gue sepenuhnya dan raut wajahnya menandakan bahwa dia benar-benar terkejut.
"Lo... lo tau?" tanyanya. Gue mengangguk. Mulut Cathy terbuka hendak berbicara lagi, tapi gue buru-buru ngomong duluan.
"Hari itu, gue sama Kevin janjian di mall. Gue ngeliat kalian berdua di toko buku. Gue sama Kevin ngebuntutin lo. Maaf ya," ujar gue tanpa menatap Cathy.
Cathy terdiam selama beberapa saat. Lalu dia menghela napas berat.
"Gue harus gimana?" gumamnya.
Gue menatapnya lagi. "Gue gak tau juga harus bilang apa, tapi... gue rasa lo harus ngelupain dia. Lo harus tinggalin dia selagi masih bisa. Jangan dipikirin lagi. Itu cuma bakal buat lo tambah susah. Gue tau ini mungkin susah buat lo karena ini pertama kalinya lo ngerasain, tapi lo harus coba."
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Teen Fiction-Cathilin Fidela Earlena Panggilan gue Cathy, kelas 2 SMA. Kehidupan remaja gue normal. Sahabat gue absurd dan sukanya petakilan. Kena karma itu hobi dia. Gue sering berantem sama cowok sekelas yang juteknya amit-amit. Cerita romance? Jangan tanya! ...