Cathy's POV
Yuhuuuuu, akhirnya bebaaasss!!! Gue memasukkan alat-alat tulis gue ke dalam tas dengan wajah bahagia. Ulangan semester ganjil selesai hari ini. Pelajaran hari ini juga nggak terlalu susah. Tadi gue ngerjain dengan santai, tapi tetep dengan teliti. Kali ini, gue harus bisa ngalahin Elys. Seinget gue, gue baru ngalahin Elys 3 kali. Itu pun nilai kita beda tipis banget.
Setelah menggendong tas, gue berjalan keluar kelas. Elys udah nunggu di depan kelas karena dia udah ngumpulin kertas lebih dulu daripada gue.
"Akhirnya kita bebas!!" seru gue dengan girang sambil mengangkat tangan tinggi-tinggi. Elys mengangguk sambil tersenyum lebar. Kita berjalan menuju ruang 2, ruangannya Kevin dan Leo. Di samping ruang 2 ada ruang 3, ruangannya Zahra. Kita berdua nunggu mereka bertiga di depan ruang 2. Lorong-lorong kelas kini sudah agak ramai dengan anak-anak yang kegirangan karena ujian sudah berakhir.
Nggak lama kemudian, Zahra datang. Dia juga kelihatan bahagia banget, sama kayak anak-anak yang lain. Zahra juga merasa soal ujian hari ini gampang. Setelah menunggu beberapa saat, Kevin dan Leo keluar berbarengan dari ruang 2. Mereka nyanyi-nyanyi nggak jelas. Suaranya kenceng, jelek pula.
"Ulangan selesai, ulangan selesai!! Gue bisa main PS lagi, woooohh!!" sorak Kevin heboh yang langsung ditegur oleh pengawas di ruang 2 karena berisik. Kevin tersenyum lebar sambil mengulang perkataannya lagi, kali ini dengan berbisik.
"Ulangan selesai, ulangan selesai!! Gue bisa main PS lagi, woooohh!!"
"Gue bisa begadang main laptop lagi!" seru Leo.
"Gue bisa nonton anime sampe malem lagi!" seru gue dan Zahra bareng. Kita berdua emang anak otaku.
"Gue bisa makan es krim banyak-banyak lagi tanpa takut dimarahin emak!!" seru Elys yang langsung gue setujui.
Kita jalan bareng menuruni tangga sambil membicarakan rencana-rencana kita selagi menunggu hari pembagian rapor. Pembicaraan kita terhenti begitu sampai di depan pintu masuk sekolah. Ternyata kita terlalu asik ngomongin rencana liburan sehingga nggak sadar kalo hujan deras mengguyur sekolah ini. Sejenak, kita terbengong-bengong menatap tetes-tetes air hujan yang turun dengan kencang tanpa ampun. Gue lupa kalo sekarang udah mulai memasuki musim hujan. Dan gue lupa buat bawa--
"Yaah, gue lupa bawa payung," keluh Leo. Nah, itu dia. Gue lupa bawa payung. Elys mengobok-obok tasnya dan mengeluarkan satu payung biru muda. Payung itu lumayan besar dan sepertinya memungkinkan untuk dipakai 2 orang. Zahra juga sudah mengeluarkan payungnya yang berwarna hijau daun.
"Lys, gue bareng sama lo ya? Anterin gue sampe depan gerbang asrama cowok, plis," pintanya kepada Elys.
Elys memutar bola matanya. "Yaudah, deh, iya," ucapnya pada akhirnya.
"Eh, gue pulang bareng kalian, ya," ucap Zahra sambil membuka payungnya. Elys dan Leo mengangguk setuju.
"Cathy, gue duluan, ya," ujar Elys pada gue, lalu tatapannya mengarah ke Kevin. "Vin, gue duluan. Lo naik apa pulangnya?" tanyanya.
"Gue, sih, kayaknya dijemput ibu gue. Nih, barusan gue sms," jawab Kevin sambil menunjukkan hapenya. "Lo hati-hati, ya. Jangan kehujanan. Gue males jenguk soalnya kalo lo sakit," lanjutnya.
"Sialan lo. Kalo gue sakit juga bakalan gue tularin ke lo biar lo merana," balas Elys. Kevin tertawa mendengarnya.
Elys membuka payungnya dan Leo nyempil di sampingnya. Lalu, mereka berdua dan Zahra berjalan menembus hujan.
Gue menghadap Kevin. "Ntar kalo lo udah dijemput, gue sama siapa dong?" tanya gue.
Kevin mengangkat bahunya. "Sama penunggu sekolah ini aja. Yang waktu itu pernah diceritain Zahra," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare
Teen Fiction-Cathilin Fidela Earlena Panggilan gue Cathy, kelas 2 SMA. Kehidupan remaja gue normal. Sahabat gue absurd dan sukanya petakilan. Kena karma itu hobi dia. Gue sering berantem sama cowok sekelas yang juteknya amit-amit. Cerita romance? Jangan tanya! ...